Saturday, April 20, 2024
24.7 C
Jayapura

Milenial Harus Tangkal Penyebaran Berita Hoax

Duta Hoaks, Resa Nangin menerima pernak-pernik dari Binmas Noken Polri dalam mengikuti Talkshow dan deklarasi anti hoax di Auditorium Universitas Cenderawasih Selasa (23/4) kemarin.( foto : Takim/Cepos)

Dari Acara Talkshow dan Deklarasi Anti Hoax di Uncen

JAYAPURA – Generasi masa kini atau yang lebih dikenal dengan sebutan kaum minelineal dari berbagai perguruan tinggi mengikuti Talkshow dan deklarasi anti hoax yang diselenggarakan oleh Binmas Noken Polri di Auditorium Uncen, Selasa (23/4) kemarin.

 Salah satu pemateri dalam deklarasi anti hoaks tersebut, Dr. Adriana Elisabeth, M.Soc, Sc mengatakan, para kaum milineal saat ini sifatnya lebih cenderung menyukai yang sifatnya instan dan tidak pernah mau mencari rekomendasi terlebih dahulu sebelum mempercayai sebuah berita (konten). Sehingga gampang terpengrauh dalam berita atau konten hoaks yang beredar di Gejet masing-masing.

“Jadi saya pikir para kaum milineal ini harus bisa lebih mengerti dalam menggunakan media sosial itu secara bijak terutama fungsi utama gadget,”jelas Adriana ke awak media.

Lanjut Adriana, dengan mengadakan berbagai kegiatan literasi seperti yang ada ini, kaum milenial harus lebih melek terhadap media tersebut dan bisa lebih menahan diri untuk tidak cepat-cepat menyebarkannya. 

Baca Juga :  12 Bendahara Ondoafi di 10 Kampung Adat Ikuti Bimtek Bendahara

 Sementara itu Sebagai salah satu duta anti hoax, Resa Nangin yang merupakan komedian tanah air juga menyebut peran media sosial sangat besar dalam penyebaran berita hoax ini, sebagai seorang Youtuber dan juga duta hoax peran kita juga tentunya akan sangat penting sebagai filter dari berita hoax. 

Salah satu pemateri, Prof Hermawan Sutistiwo, MA, PH.D, APU mengatakan, berita bohong atau hoax tersebut dalam lingkungan sosial politik merupakan suatu fenomena baru. Di mana pada Pilpres 2004 lalu, hoax tersebut belum menyentuh masyarakat umum, akan tetapi hal itu mulai muncul sejak digelarnya Pilgub DKI dua tahun silam. 

 “Hoax ini akan sangat berbahaya ketika ia muncul dengan sentimen-sentimen atau aplikasi akan berita suku, ras dan agama (Sara). Dan rata-rata berita hoax tersebut diproduksi oleh mesin di luar Indonesia, sehingga keberadaannya akan sangat berbahaya bagi kehidupan kita bersama khususnya para kaum minilineal itu sendiri, karena memang para pengguna internet aktif itu adalah mereka yang berada di umur 17 – 30 tahun, ” ujar Prof Hermawan.

Baca Juga :  Belum Berpotensi Banjir, Waspadai Puncak Hujan di Februari

Ancaman lain kata Hermawan, dimana 50 persen penduduk Indonesia hanya sebatas lulusan pendidikan  dasar, sehingga akan sangat susah untuk mereka memisahkan antara berita yang benar dan hoax atau juga memahai pengunaan gejet ang efektif dan menjadi medsos yag anti hoaks tersebut sangat sulit untuk dipahami.

“Untuk memproduksi hoax itu bisa mencapai puluhan juta rupiah per berita, jadi sumber-sumber server yang ada di luar negeri itu lah yang dimanfaatkan dengan tujuan tertentu seperti halnya untuk politik, orang tidak mungkin memproduksi hoax jika sifatnya hanya mencari uang (ekonomi) semata. Dan rata-rata sasaran berita bohong tersebut adalah para kaum milinial,” tutupnya.(kim/wen)

Duta Hoaks, Resa Nangin menerima pernak-pernik dari Binmas Noken Polri dalam mengikuti Talkshow dan deklarasi anti hoax di Auditorium Universitas Cenderawasih Selasa (23/4) kemarin.( foto : Takim/Cepos)

Dari Acara Talkshow dan Deklarasi Anti Hoax di Uncen

JAYAPURA – Generasi masa kini atau yang lebih dikenal dengan sebutan kaum minelineal dari berbagai perguruan tinggi mengikuti Talkshow dan deklarasi anti hoax yang diselenggarakan oleh Binmas Noken Polri di Auditorium Uncen, Selasa (23/4) kemarin.

 Salah satu pemateri dalam deklarasi anti hoaks tersebut, Dr. Adriana Elisabeth, M.Soc, Sc mengatakan, para kaum milineal saat ini sifatnya lebih cenderung menyukai yang sifatnya instan dan tidak pernah mau mencari rekomendasi terlebih dahulu sebelum mempercayai sebuah berita (konten). Sehingga gampang terpengrauh dalam berita atau konten hoaks yang beredar di Gejet masing-masing.

“Jadi saya pikir para kaum milineal ini harus bisa lebih mengerti dalam menggunakan media sosial itu secara bijak terutama fungsi utama gadget,”jelas Adriana ke awak media.

Lanjut Adriana, dengan mengadakan berbagai kegiatan literasi seperti yang ada ini, kaum milenial harus lebih melek terhadap media tersebut dan bisa lebih menahan diri untuk tidak cepat-cepat menyebarkannya. 

Baca Juga :  Pemprov Targetkan MCP Capai 90 Persen

 Sementara itu Sebagai salah satu duta anti hoax, Resa Nangin yang merupakan komedian tanah air juga menyebut peran media sosial sangat besar dalam penyebaran berita hoax ini, sebagai seorang Youtuber dan juga duta hoax peran kita juga tentunya akan sangat penting sebagai filter dari berita hoax. 

Salah satu pemateri, Prof Hermawan Sutistiwo, MA, PH.D, APU mengatakan, berita bohong atau hoax tersebut dalam lingkungan sosial politik merupakan suatu fenomena baru. Di mana pada Pilpres 2004 lalu, hoax tersebut belum menyentuh masyarakat umum, akan tetapi hal itu mulai muncul sejak digelarnya Pilgub DKI dua tahun silam. 

 “Hoax ini akan sangat berbahaya ketika ia muncul dengan sentimen-sentimen atau aplikasi akan berita suku, ras dan agama (Sara). Dan rata-rata berita hoax tersebut diproduksi oleh mesin di luar Indonesia, sehingga keberadaannya akan sangat berbahaya bagi kehidupan kita bersama khususnya para kaum minilineal itu sendiri, karena memang para pengguna internet aktif itu adalah mereka yang berada di umur 17 – 30 tahun, ” ujar Prof Hermawan.

Baca Juga :  THR Wajib Dibayar H-7 Secara Penuh

Ancaman lain kata Hermawan, dimana 50 persen penduduk Indonesia hanya sebatas lulusan pendidikan  dasar, sehingga akan sangat susah untuk mereka memisahkan antara berita yang benar dan hoax atau juga memahai pengunaan gejet ang efektif dan menjadi medsos yag anti hoaks tersebut sangat sulit untuk dipahami.

“Untuk memproduksi hoax itu bisa mencapai puluhan juta rupiah per berita, jadi sumber-sumber server yang ada di luar negeri itu lah yang dimanfaatkan dengan tujuan tertentu seperti halnya untuk politik, orang tidak mungkin memproduksi hoax jika sifatnya hanya mencari uang (ekonomi) semata. Dan rata-rata sasaran berita bohong tersebut adalah para kaum milinial,” tutupnya.(kim/wen)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya