Srava Cava Kembalikan Nilai Budaya Kampung Kayu Batu
Salah satu penampilan grup tari asal Kayu Batu yang dimainkan dalam pembukaan Festival Scara Cava di Base G Sabtu (21/11). Ini sekaligus menjadi momen mengangkat nilai – nilai budaya masyarakat kampung Kayu Batu. (FOTO: Gamel Cepos)
Salah satu penampilan grup tari asal Kayu Batu yang dimainkan dalam pembukaan Festival Scara Cava di Base G Sabtu (21/11). Ini sekaligus menjadi momen mengangkat nilai – nilai budaya masyarakat kampung Kayu Batu. (FOTO: Gamel Cepos)
JAYAPURA – Festival Srava Cava akhirnya Sabtu (21/11) kemarin digelar. Meski sempat molor hingga siang hari karena cuaca hujan namun tampilan yang ditunjukkan dalam event perdana ini tetap memukau. Ondoafi Kampung Kayu Batu, Rudolf Makanuay menyampaikan bahwa ada banyak hal penting dari kampung terkait nilai – nilai adat istiadat dan budaya yang harus tetap dilestasikan. Srava Cava yang menjadi nama asli Pantai Base G ini menjadi momentum untuk menunjukkan jika Kampung Kayu Batu juga bisa menggelar event bertajuk seni budaya dan pariwisata. Festival ini mengambil tagline, satu hati satu suara demi kemajuan.
Asisten III Setda Kota Jayapura, Najamudin Konu menyampaikan bahwa ada banyak potensi wisata di Jayapura yang hingga kini belum maksimal tergarap. Ia melihat Srava Cava bisa menjadi satu daya tarik yang selanjutnya akan ditindaklanjuti dalam kalender event tahunan sehingga akan menjadi agenda tetap yang ditunggu publik. “Kami berharap ada kemandirian yang muncul termasuk bagaimana mempertankan nilai nilai budaya masyarakat adat di kampung. Dengan Srava Cava ini kami pikir bisa menjadi tonggak kebangkitan masyarakat khususnya di Kampung Kayu Batu,” beber Najamudin.
Sekretaris Dinas Pariwisata Kota Jayapura, Erik Rumansara menyampaikan ada tradisi yang jarang ditemukan dari sebuah festival selama ini namun Srava Cava memiliki itu. Tradisi yang dimaksud adalah timba laor atau berburu cacing laut. Ini jika dikemas secara apik tentunya dengan sendirinya akan menjadi daya tarik pariwisata. “Ini juga meningkatkan kreatifitas ekowisata yang terdiri dari 16 subsektor,” jelasnya. Dari event ini juga dikemas sebuah trip menuju puncak bukit Kayu Batu yang menyajikan kondisi hutan dan pemandangan sisi utara Kota Jayapura. Tak hanya itu dalam trip ini juga tersaji peluang untuk melihat burung Cenderawasih.
“Ada jenis Cenderawasih Mati Kawat dan Cenderawasih Minor,” kata Ady salah satu tour leader. Disini pengunjung yang ingin mengikuti trip bermalam lebih dulu di Pantai Base G kemudian pagi harinya menuju puncak untuk melihat sunrise maupun burung cenderawasih. (ade/wen)
Salah satu penampilan grup tari asal Kayu Batu yang dimainkan dalam pembukaan Festival Scara Cava di Base G Sabtu (21/11). Ini sekaligus menjadi momen mengangkat nilai – nilai budaya masyarakat kampung Kayu Batu. (FOTO: Gamel Cepos)
JAYAPURA – Festival Srava Cava akhirnya Sabtu (21/11) kemarin digelar. Meski sempat molor hingga siang hari karena cuaca hujan namun tampilan yang ditunjukkan dalam event perdana ini tetap memukau. Ondoafi Kampung Kayu Batu, Rudolf Makanuay menyampaikan bahwa ada banyak hal penting dari kampung terkait nilai – nilai adat istiadat dan budaya yang harus tetap dilestasikan. Srava Cava yang menjadi nama asli Pantai Base G ini menjadi momentum untuk menunjukkan jika Kampung Kayu Batu juga bisa menggelar event bertajuk seni budaya dan pariwisata. Festival ini mengambil tagline, satu hati satu suara demi kemajuan.
Asisten III Setda Kota Jayapura, Najamudin Konu menyampaikan bahwa ada banyak potensi wisata di Jayapura yang hingga kini belum maksimal tergarap. Ia melihat Srava Cava bisa menjadi satu daya tarik yang selanjutnya akan ditindaklanjuti dalam kalender event tahunan sehingga akan menjadi agenda tetap yang ditunggu publik. “Kami berharap ada kemandirian yang muncul termasuk bagaimana mempertankan nilai nilai budaya masyarakat adat di kampung. Dengan Srava Cava ini kami pikir bisa menjadi tonggak kebangkitan masyarakat khususnya di Kampung Kayu Batu,” beber Najamudin.
Sekretaris Dinas Pariwisata Kota Jayapura, Erik Rumansara menyampaikan ada tradisi yang jarang ditemukan dari sebuah festival selama ini namun Srava Cava memiliki itu. Tradisi yang dimaksud adalah timba laor atau berburu cacing laut. Ini jika dikemas secara apik tentunya dengan sendirinya akan menjadi daya tarik pariwisata. “Ini juga meningkatkan kreatifitas ekowisata yang terdiri dari 16 subsektor,” jelasnya. Dari event ini juga dikemas sebuah trip menuju puncak bukit Kayu Batu yang menyajikan kondisi hutan dan pemandangan sisi utara Kota Jayapura. Tak hanya itu dalam trip ini juga tersaji peluang untuk melihat burung Cenderawasih.
“Ada jenis Cenderawasih Mati Kawat dan Cenderawasih Minor,” kata Ady salah satu tour leader. Disini pengunjung yang ingin mengikuti trip bermalam lebih dulu di Pantai Base G kemudian pagi harinya menuju puncak untuk melihat sunrise maupun burung cenderawasih. (ade/wen)