Friday, April 19, 2024
27.7 C
Jayapura

BKSDA: Di Lokasi Banjir Bandang Tak Ada Pembalakan Liar

Kepala Balai Besar KSDA Papua, Edward Sembiring, S.Hut. M.Si.( FOTO : Takim/Cepos)

JAYAPURA – Banjir bandang di Sentani menimbulkan keprihatinan yang luas, banyak yang beranggapan bahwa banjir bandang tersebut karena adanya pembalakan liar dan penyangga cycloop dijadikan pemukiman warga. Dan tak sedikit yang menyoroti kinerja Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Papua yang mengawasi daerah Pegunungan Cycloop. 

 Kepala Balai Besar KSDA Papua, Edward Sembiring, S.Hut. M.Si. mengatakan bahwa pengertian pembalakan liar berbeda dengan perambahan itu berbeda jangan disamakan biar persepsi yang beredar tidak keliru.  “Kalau pembalakan itu sama dengan illegal logging, Jadi yang saya bilang itu di lokasi banjir bandang tidak ada pembalakan liar atau illegal logging,” kata Edwar ke Cenderawasih Pos Rabu (20/3) kemarin.

Baca Juga :  20 persen Dana APBD Digelontorkan Tangani Stunting

 Lanjutnya karena seminggu sebelum kejadian Tim Patroli Polhut BBKSDA patroli ke hulu Cycloop dan menemukan adanya longsoran menutupi Kali Kemiri yang diduga menjadi penyebab Kali Kemiri Keruh sebelum banjir bandang.

 Selain itu, berdasarkan pengamatan langsung ke lapangan pasca banjir bandang Kayu yang hanyut tercabut dengan akar-akarnya, dalam hal ini tidak ada satupun terlihat bekas tebangan atau bekas chainshaw apalagi kayu balok atau papan sisa tebangan. “Saya berharap persepsi masyarakat atau yang memberikat statmen di media tersebut untuk yang menyatakan terjadi pembalakan liar untuk diklarifikasi dulu biar tidak terjadi salah paham, “tuturnya. 

 Seperti yang disampaikan Edward seminggu sebelum kejadian bencana tersebut  Petugas KSDA bersama Masyarakat Mitra Polhut sudah melakukan patroli ke hulu Sungai Kemiri. Hasil patroli ditemukan adanya longsoran menutup aliran Sungai Kemiri. 

Baca Juga :  Formulir C6-KPU Harus Didistribusi H-3

“Ketika hujan yang sangat lebat seperti pada tgl 16 Maret curah hujan 114 mm maka beban air tersebut menyebabkan banjir bandang. Saya bisa pastikan bahwa kayu yang ikut hanyut bersama material batu dan lumpur berpasir tersebut bukan dari hasil penebangan di hulu karena kayu yang hanyut tersebut tercabut dengan akarnya,”tutupnya. (kim/wen)

Kepala Balai Besar KSDA Papua, Edward Sembiring, S.Hut. M.Si.( FOTO : Takim/Cepos)

JAYAPURA – Banjir bandang di Sentani menimbulkan keprihatinan yang luas, banyak yang beranggapan bahwa banjir bandang tersebut karena adanya pembalakan liar dan penyangga cycloop dijadikan pemukiman warga. Dan tak sedikit yang menyoroti kinerja Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Papua yang mengawasi daerah Pegunungan Cycloop. 

 Kepala Balai Besar KSDA Papua, Edward Sembiring, S.Hut. M.Si. mengatakan bahwa pengertian pembalakan liar berbeda dengan perambahan itu berbeda jangan disamakan biar persepsi yang beredar tidak keliru.  “Kalau pembalakan itu sama dengan illegal logging, Jadi yang saya bilang itu di lokasi banjir bandang tidak ada pembalakan liar atau illegal logging,” kata Edwar ke Cenderawasih Pos Rabu (20/3) kemarin.

Baca Juga :  Kali Acai Bukan Tempat Pembuangan Sampah

 Lanjutnya karena seminggu sebelum kejadian Tim Patroli Polhut BBKSDA patroli ke hulu Cycloop dan menemukan adanya longsoran menutupi Kali Kemiri yang diduga menjadi penyebab Kali Kemiri Keruh sebelum banjir bandang.

 Selain itu, berdasarkan pengamatan langsung ke lapangan pasca banjir bandang Kayu yang hanyut tercabut dengan akar-akarnya, dalam hal ini tidak ada satupun terlihat bekas tebangan atau bekas chainshaw apalagi kayu balok atau papan sisa tebangan. “Saya berharap persepsi masyarakat atau yang memberikat statmen di media tersebut untuk yang menyatakan terjadi pembalakan liar untuk diklarifikasi dulu biar tidak terjadi salah paham, “tuturnya. 

 Seperti yang disampaikan Edward seminggu sebelum kejadian bencana tersebut  Petugas KSDA bersama Masyarakat Mitra Polhut sudah melakukan patroli ke hulu Sungai Kemiri. Hasil patroli ditemukan adanya longsoran menutup aliran Sungai Kemiri. 

Baca Juga :  Pertanyakan Perkembangan Sidang VY

“Ketika hujan yang sangat lebat seperti pada tgl 16 Maret curah hujan 114 mm maka beban air tersebut menyebabkan banjir bandang. Saya bisa pastikan bahwa kayu yang ikut hanyut bersama material batu dan lumpur berpasir tersebut bukan dari hasil penebangan di hulu karena kayu yang hanyut tersebut tercabut dengan akarnya,”tutupnya. (kim/wen)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya