Friday, April 19, 2024
25.7 C
Jayapura

Hari Bumi, Sampah Masih Mewarnai

MULAI KOTOR – Meski akan menjadi icon Kota Jayapura, kondisi pantai yang dilewati Jembatan Yotefa juga perlu diperhatikan. Terlihat sampah plastik berserakan saat dibersihkan oleh berbagai komunitas yang tergabung dalam Forum Komunitas Jayapura (FKJ) dalam rangka memperingati hari bumi yang dilakukan Minggu (21/4) lalu. ( FOTO : Gamel Cepos )

JAYAPURA – Hari Bumi atau Earth Day yang diperingati setiap 22 April sejatinya bisa menjadi momentum bagi siapa saja untuk menumbuhkan sikap peduli dan ramah lingkungan. Dengan kondisi bumi yang kian hari terjadi degradasi mulai dari pemanasan global hingga polusi dan perambahan hutan seharusnya publik ikut peduli bahwa kondisi ini akan semakin parah bila tak disikapi. Papua sendiri yang disebut sebagai benteng terakhir keanekaragaman hayati sepatutnya  memiliki konsep yang bisa digarap secara masive dengan melibatkan kelompok-kelompok kecil masyarakat.

 Hal mudah yang bisa dilakukan juga banyak dimana menurut Ketua Forum Peduli Port Numbay Green (FPPNG), Fredy Wanda bisa dengan melakukan sesuatu yang tak muluk-muluk, mulai dari menempelkan pesan-pesan lingkungan sebagai pengingat, belajar memilah sampah, memperbaiki keran yang bocor, menanam pohon, menggunakan kendaraan umum, membawa minum sendiri hingga mengajak komunitas untuk berbenah. “Bisa juga dengan mematikan lampu jika tidak diperlukan, pokoknya banyak yang bisa dilakukan dan jangan katakan tak bisa karena semua di atas itu hal yang mudah,” bebernya, Senin (22/4).

Baca Juga :  Jika Tak Mau Merawat, Jangan Menyakiti

 Gagasan hari bumi sendiri telah muncul pada awal tahun 1960 dimana sebagian elemen masyarakat Amerika mulai menyadari dampak pencemaran lingkungan yang semakin membahayakan bumi. Nah Papua kata Fredy yang masih menyimpan hutan dan isinya serta matahari yang hampir seharian harusnya bangga dan bia berbuat lebih. “Memulai dengan tidak nyampah saja itu sudah bagus, sangat membantu. Jadi kadang kami menggunakan kalimat jika tak mau membersihkan ya jangan mengotori, jika tak mau menanam ya jangan menebang. Itu baru adil,” tambahnya.

 Fredy sendiri melihat untuk memperingati hari-hari lingkungan di Kota Jayapura masih sebatas dilakukan oleh instansi atau dinas terkait. Ia berpendapat jika Pemkot bisa mendorong hari bumi, hari air atau hari lingkungan lainnya digarap seperti festival yang melibatkan banyak komunitas dan warga maka bisa dipastikan pemahaman soal kondisi lingkungan di Jayapura maupun Papua akan jauh lebih baik. “Ruang dan konsep kreatifnya yang perlu ditumbuhkan. Kemarin kami memungut  sampah di bawah Jembatan Yotefa dan itu inisiatif kelompok komunitas. Nah ini sebenarnya bisa dibuat lebih menarik jika memang pemerintah mau terlibat,” pungkasnya. (ade/wen) 

Baca Juga :  Diduga Patah Hati, Seorang Pria Nekat Panjat Jembatan Youtefa
MULAI KOTOR – Meski akan menjadi icon Kota Jayapura, kondisi pantai yang dilewati Jembatan Yotefa juga perlu diperhatikan. Terlihat sampah plastik berserakan saat dibersihkan oleh berbagai komunitas yang tergabung dalam Forum Komunitas Jayapura (FKJ) dalam rangka memperingati hari bumi yang dilakukan Minggu (21/4) lalu. ( FOTO : Gamel Cepos )

JAYAPURA – Hari Bumi atau Earth Day yang diperingati setiap 22 April sejatinya bisa menjadi momentum bagi siapa saja untuk menumbuhkan sikap peduli dan ramah lingkungan. Dengan kondisi bumi yang kian hari terjadi degradasi mulai dari pemanasan global hingga polusi dan perambahan hutan seharusnya publik ikut peduli bahwa kondisi ini akan semakin parah bila tak disikapi. Papua sendiri yang disebut sebagai benteng terakhir keanekaragaman hayati sepatutnya  memiliki konsep yang bisa digarap secara masive dengan melibatkan kelompok-kelompok kecil masyarakat.

 Hal mudah yang bisa dilakukan juga banyak dimana menurut Ketua Forum Peduli Port Numbay Green (FPPNG), Fredy Wanda bisa dengan melakukan sesuatu yang tak muluk-muluk, mulai dari menempelkan pesan-pesan lingkungan sebagai pengingat, belajar memilah sampah, memperbaiki keran yang bocor, menanam pohon, menggunakan kendaraan umum, membawa minum sendiri hingga mengajak komunitas untuk berbenah. “Bisa juga dengan mematikan lampu jika tidak diperlukan, pokoknya banyak yang bisa dilakukan dan jangan katakan tak bisa karena semua di atas itu hal yang mudah,” bebernya, Senin (22/4).

Baca Juga :  Avanza Terbalik Setelah Menghantam Outlander

 Gagasan hari bumi sendiri telah muncul pada awal tahun 1960 dimana sebagian elemen masyarakat Amerika mulai menyadari dampak pencemaran lingkungan yang semakin membahayakan bumi. Nah Papua kata Fredy yang masih menyimpan hutan dan isinya serta matahari yang hampir seharian harusnya bangga dan bia berbuat lebih. “Memulai dengan tidak nyampah saja itu sudah bagus, sangat membantu. Jadi kadang kami menggunakan kalimat jika tak mau membersihkan ya jangan mengotori, jika tak mau menanam ya jangan menebang. Itu baru adil,” tambahnya.

 Fredy sendiri melihat untuk memperingati hari-hari lingkungan di Kota Jayapura masih sebatas dilakukan oleh instansi atau dinas terkait. Ia berpendapat jika Pemkot bisa mendorong hari bumi, hari air atau hari lingkungan lainnya digarap seperti festival yang melibatkan banyak komunitas dan warga maka bisa dipastikan pemahaman soal kondisi lingkungan di Jayapura maupun Papua akan jauh lebih baik. “Ruang dan konsep kreatifnya yang perlu ditumbuhkan. Kemarin kami memungut  sampah di bawah Jembatan Yotefa dan itu inisiatif kelompok komunitas. Nah ini sebenarnya bisa dibuat lebih menarik jika memang pemerintah mau terlibat,” pungkasnya. (ade/wen) 

Baca Juga :  Gencarkan Perekaman KTP Elektronik di Sekolah

Berita Terbaru

Artikel Lainnya