Monday, March 24, 2025
33.7 C
Jayapura

Jelang Lebaran, Daya Beli Masyarakat Justru Menurun

JAYAPURA – Ketua Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Provinsi Papua, Haris Manuputty menyebut, jelang Idul fitri, daya beli masyarakat di Papua terpantau lesu.

  “Dari pantauan kami, baik di pasar modern maupun tradisional, pembeli masih lesu. Banyak pedagang juga mengeluhkan hal yang sama,” kata Haris kepada wartawan di sela-sela sidak Pemprov bersama TPID Papua pada Selasa (18/3).

  Padahal kata Haris, harga barang yang dijual masih relatif stabil. Yang dikhawatirkan pedagang, jika harga dinaikkan justru memicu daya beli masyarakat semakin menurun.

Ia berharap, dengan pencairan Tunjangan Hari Raya (THR) yang dilakukan dalam minggu ini, daya beli masyarakat dapat meningkat.

   “Penurunan daya beli masyarakat ini bukan disebabkan oleh efisiensi anggaran pemerintah, melainkan sudah terlihat sejak awal tahun. Penurunannya sudah terasa sejak Januari. Kami berharap dalam sepekan ini, daya beli masyarakat bisa kembali normal, terutama karena stok sembako telah tercukupi,” jelas Haris.

Baca Juga :  Dua Pelaku Hipnotis Dibekuk

   Dikatakan, jika dibandingkan dengan tahun lalu, daya beli masyarakat tahun ini mengalami penurunan drastis. “Tahun lalu, kami melihat adanya lonjakan daya beli menjelang Idul Fitri, tapi tahun ini penurunannya mencapai 10 persen, khususnya untuk Saga Group,” tambah Haris.

   Haris yang juga sebagai General Manager Saga Grup ini menilai ketidakpastian ini akibat belum adanya pemerintahan definitif di Papua, berpengaruh pada menurunnya daya beli masyarakat.

  Selain itu, sektor perhotelan dan UMKM juga merasakan dampak serupa. “Jajanan buka puasa yang biasanya ramai, tahun ini terlihat sepi. Kami juga mencoba berjualan bersama teman-teman dari Pegadaian beberapa hari lalu, namun hasilnya tidak maksimal, pembeli sangat sedikit. Sepertinya masyarakat lebih berhati-hati dalam pengeluaran,” ujar Haris.

Baca Juga :  Befa Bantah Ada Deklarasi DOB dan Otsus II 

  Sementara itu, Haris menyampaikan sembilan bahan pokok (sembako) yang diperlukan untuk menghadapi Idulfitri telah dipersiapkan sejak jauh-jauh hari. Meski stok sembako seperti ayam, telur, dan kebutuhan lainnya sudah tersedia, namun daya beli masyarakat tetap rendah.

  “Seharusnya ada peningkatan daya beli sekitar 5 hingga 10 persen menjelang Lebaran, namun hal tersebut belum tercapai,” pungkasnya. (fia/tri)

Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos

BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS  https://www.myedisi.com/cenderawasihpos

JAYAPURA – Ketua Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Provinsi Papua, Haris Manuputty menyebut, jelang Idul fitri, daya beli masyarakat di Papua terpantau lesu.

  “Dari pantauan kami, baik di pasar modern maupun tradisional, pembeli masih lesu. Banyak pedagang juga mengeluhkan hal yang sama,” kata Haris kepada wartawan di sela-sela sidak Pemprov bersama TPID Papua pada Selasa (18/3).

  Padahal kata Haris, harga barang yang dijual masih relatif stabil. Yang dikhawatirkan pedagang, jika harga dinaikkan justru memicu daya beli masyarakat semakin menurun.

Ia berharap, dengan pencairan Tunjangan Hari Raya (THR) yang dilakukan dalam minggu ini, daya beli masyarakat dapat meningkat.

   “Penurunan daya beli masyarakat ini bukan disebabkan oleh efisiensi anggaran pemerintah, melainkan sudah terlihat sejak awal tahun. Penurunannya sudah terasa sejak Januari. Kami berharap dalam sepekan ini, daya beli masyarakat bisa kembali normal, terutama karena stok sembako telah tercukupi,” jelas Haris.

Baca Juga :  Mau Nangis Tapi Bingung, Malu Karena Makan Numpang Sana Sini

   Dikatakan, jika dibandingkan dengan tahun lalu, daya beli masyarakat tahun ini mengalami penurunan drastis. “Tahun lalu, kami melihat adanya lonjakan daya beli menjelang Idul Fitri, tapi tahun ini penurunannya mencapai 10 persen, khususnya untuk Saga Group,” tambah Haris.

   Haris yang juga sebagai General Manager Saga Grup ini menilai ketidakpastian ini akibat belum adanya pemerintahan definitif di Papua, berpengaruh pada menurunnya daya beli masyarakat.

  Selain itu, sektor perhotelan dan UMKM juga merasakan dampak serupa. “Jajanan buka puasa yang biasanya ramai, tahun ini terlihat sepi. Kami juga mencoba berjualan bersama teman-teman dari Pegadaian beberapa hari lalu, namun hasilnya tidak maksimal, pembeli sangat sedikit. Sepertinya masyarakat lebih berhati-hati dalam pengeluaran,” ujar Haris.

Baca Juga :  Dasar Laut Dok II Ternyata Penuh Sampah

  Sementara itu, Haris menyampaikan sembilan bahan pokok (sembako) yang diperlukan untuk menghadapi Idulfitri telah dipersiapkan sejak jauh-jauh hari. Meski stok sembako seperti ayam, telur, dan kebutuhan lainnya sudah tersedia, namun daya beli masyarakat tetap rendah.

  “Seharusnya ada peningkatan daya beli sekitar 5 hingga 10 persen menjelang Lebaran, namun hal tersebut belum tercapai,” pungkasnya. (fia/tri)

Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos

BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS  https://www.myedisi.com/cenderawasihpos

Berita Terbaru

Artikel Lainnya