JAYAPURA – Hasil riset dan penelitian yang dilakukan salah satu dosen Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) di Tanah Papua, Syafiuddin Halid mendapati bahwa sejatinya biji pinang bisa dijadikan sebagai pewarna alternatif.
Selama ini biji pinang jika dicampur dengan kapur akan memberi efek merah yang cukup pekat dan memiliki daya rekat yang sangat kuat jika sudah menempel. Dari cairan biji pinang ini Syafiuddin yang juga seorang seniman menuangkan campuran biji pinang sebagai bahan pengganti cat pada lukisannya.
“Saya melihat selama ini orang selalu mengeluh jika mendapati noda biji pinang. Selalu menjadi soal juga, bahkan satu – satunya bandara di Indonesia yang ada larangan meludah pinang sembarangan itu hanya di Papua dan dari situ saya mencoba meracik menjadi cat alternatif,” kata Syafiuddin disela –sela pameran tunggal seni lukis dan karikatur 2023 pada peresmian ruang ekspresi, kedIAMan di Entrop, Sabtu (18/11)
Hanya dikatakan biji pinang ini tidak berdiri sendiri melainkan dicampur lagi dengan putih telur sehingga menghasilkan warna yang lebih soft. “Tapi dari kesimpulan sementara biji pinang ini bisa menghasilkan tiga warna utama yakni merah, kuning dan coklat. Warna merah cerah dan kuning cerah dihasilkan pada kondisi segar sementara warna coklat melalui proses pengendapan,” bebernya.
Dalam pameran tersebut, pemilik Rumah Komik di Doyo ini, juga memamerkan puluhan karya lukis yang cat atau tintanya menggunakan biji buah pinang. “Hanya saja warna dari buah pinang ini tidak memiliki sifat permanen atau cenderung akan terjadi perubahan sehingga jika ingin dibuat permanen saya pikir masih butuh penelitian lagi,” imbuhnya.
Meski demikian peraih juara nasional komik anti diskriminasi penderita HIV-AIDS ini menyampaikan bahwa biji pinang tetap bisa menghasilkan warna yang menarik untuk dijadikan sebagai pilihan alternative cat untuk melukis. “Tinggal dikembangkan bagaimana dari warna ini bisa memberi nilai kreatif lain dari setiap karya seni terutama yang berkaitan dengan warna atau cat,” tutupnya. (ade/tri)