JAYAPURA – Dengan kondisi ekonomi yang masih terpuruk dampak dari pandemi covid 19 plus rencana panen raya ganja yang akan dilakukan di Wutung, PNG bulan depan membuat aparat keamanan baik TNI Polri, Keimigrasian dan Bea Cukai di Jayapura mulai bersiap diri dengan mensolidkan sinergitas.

Tanda- tanda bahwa Kota Jayapura akan “diserang” ganja juga mulai terlihat dimana dalam sepekan ada dua kasus yang ditangani. Aparat menduga tidak lama lagi Jayapura akan dijadikan sebagai pasar untuk peredaran ganja sehingga perlu diantisipasi. Ini terbukti dari penangkapan terakhir dimana ada empat pemuda asal Distrik Waris Kabupaten Keerom yang ditangkap karena kedapatan membawa ganja kering sebanyak 1 Kg yang dikemas dalam 14 kantong plastik.
Keempatnya diamankan pada Senin (19/10) sekira pukul 00.45 WIT oleh tim gabungan setelah sebelum mendapat informasi tentang ganja yang akan dibawa ke Jayapura. Tim gabungan ketika itu melihat sebuah mobil daihatsu warna hitam melintas dari arah Waris menuju Abepura. Mobil ini sempat dicurigai melintas di depan Pos Kout KM 31 Satgas Yonif Mekanis Raider 413/BRM Jalan Poros Keerom – Abepura, Distrik Arso, Kabupaten Keerom. Saat diperiksa, tim gabungan menemukan empat pria masing –masing berinisial MM (30), OM (20), NM (20) dan TH (43) dan setelah digeledah ternyata tim mendapati 14 paket ganja yang disembunyikan di bagian belakang lantai dan ditutupi dengan tripleks.
“Dugaan kami masih ada yang lain, seperti gunung es bahwa ini belum seberapa,” kata Kepala KPPBC TMP C Jayapura Albert F. H. Simorangkir, SE, Mak dalam keterangan pers di kantornya di Entrop. Selasa (20/10). Penangkapan empat warga ini dilakukan melalui kerjasama Tim Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean (KPPBC TMP C) Jayapura dan Satgas Pamtas Yonif Mekanis Rider 413/BRM.
Brigadir Jenderal TNI Izak Pangemanan, M.Han menyebut wilayah kerja Korem cukup jauh dengan jarak sekitar 430 Km dan memang banyak lubang tikus yang dilalui oleh para pembeli ganja sehingga untuk menutup kekurangan jangkauan pihaknya bekerjasama pihak desa maupun tokoh agama untuk mencover garis batas. “Di PNG setelah covid ditutup pintu batas dan kehidupan disana menuntut mereka mendapatkan uang dan pengawasan disana tidak seketat di Indonesia. Ondoafi di PNG membenarkan bahwa banyak ladang ganja dan Jayapura jadi sasaran pasarnya sehingga untuk pos perbatasan kami aktifkan 24 jam sebab mereka akan lalui jalan tikus dan setelah itu akan lewat jalan poros nah di jalan poros ini kami sikat,” beber Izak.
Danlantamal, Laksmana Pertama TNI Yeheskiel Kantiadagho, SE, MM menyampaikan bahwa tiga kali penangkapan dengan waktu berdekatan membuktikan bahwa aksi pelintas batas yang akan menjual ganja cukup banyak.
Dari barang bukti, disini terungkap ada juga timbangan. Menurut AKBP Muhammad Safei AB, SE ia meyakini pengedar ini sudah terorganisir secara baik dan dipastikan ada bandar besarnya sebab para pelaku cukup paham untuk menjual. “Ini ada timbangan yang mereka pakai dan pasti ada bandar besarnya,” singkatnya. (ade/wen)