“Kami akan melakukan evaluasi dari kegiatan ini, sehingga dari tahun ke tahun semakin membaik. Sebab, BTF bukan hanya menampilkan ekonomi di wilayah perbatasan, melainkan juga budaya dari kedua negara,” ujarnya.
Ia juga menyampaikan bahwa, tahun depan, kegiatan serupa akan digelar. Ini sesuai dengan animo dan keinginan dari masyarakat dan para pelaku UMKM. Selain itu, menjaga hubungan baik Indonesia-PNG melalui kegiatan perekonomian.
“Tahun depan kami akan melaksanakan lagi. Namun kita akan melihat program-program yang langsung menyentuh masyarakat di wilayah perbatasan, salah satunya untuk meningkatkan ekonomi,” ungkapnya.
Ia berharap kerja sama baik ini terus berlanjut, melahirkan kegiatan ekonomi lintas batas yang fondasi berkelanjutan dan memperkuat persahabatan antara Indonesian dan Papua New Guinea untuk tahun-tahun mendatang.
Sementara itu, salah satu pelaku UMKM yang berasal dari Papua Nugini menyebut bahwa tiga hari merupakan waktu yang singkat untuk pelaksanaan Border Trade Fair RI–PNG Tahun 2025.
Ia berharap, pemerintah PNG dan Indonesia perlu duduk bersama membahas lama waktu pelaksanaannya. “Kedua belah pihak bisa duduk dan berbicara lalu membuat kegiatan ini berlangsung dalam jangka waktu yang panjang, seperti seminggu atau lima hari. Itu akan jauh lebih efektif ketimbang hanya tiga hari,” ungkpanya.
Menurutnya, dengan waktu yang lama. Maka mereka juga bisa mendapatkan banyak pemasukan dari hasil jualannya. Pelaku UMKM asal PNG ini berjuakan makanan kaleng, minuman kaleng, sosis PNG dan jajanan lainnya. (fia/tri)
Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos
BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS https://www.myedisi.com/cenderawasihpos