Saturday, April 27, 2024
28.7 C
Jayapura

Pergaulan Bebas, Picu Peningkatan Kasus HIV-AIDS di Papua

JAYAPURA-Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Papua Dr. Robby Kayame, SKM., M.Kes, mengatakan akibat tingginya pergaulan bebas di Papua mengakibatkan kasus HIV AIDS semakin meningkat. Bahkan sampai tahun 2023 tercatat sekitar 2000 penderita HIV-AIDS.

Menurutnya,  wilayah yang paling tinggi kasus HIV-AIDS ada  di Papua Tengah, Daerah Mamta, Pegunungan, dan beberapa wilayah lainnya di Papua.

“Kalau Papua Selatan kurang,” kata Robby Kayame di Jayapura, Kamis (10/8).

Dari jumlah kasus HIV-AIDS yang ada, sebagian besar penderita HIV-AIDS terjadi pada usia produktif. Selain karena pergaulan seks bebas, juga   konsumsi obat yang tidak teratur. “Kendala utama juga, karena keterbatasan SDM tenaga kesehatan,” kata Robby.

dr. Robby Kayame (FOTO: Elfira/Cepos)

Bahkan menurutnya Tenaga Kesehatan di Papua baru terisi sekitar 60 persen. Sehingga tidak semua rumah sakit memiliki tenaga kesehatan yang lengkap. “Dokter spesialis kurang, jadi kendala ini juga harus kita benahi,” ujarnya.

Baca Juga :  Sebagian Besar Pekerjaan di Dinas PU Hampir Rampung

  Adapun langkah yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan, diantaranya dengan memperluas wilayah pemeriksaan dan pengobatan. Serta sosialisasi rutin kepada masyarakat. “Tidak bisa sendiri, harus adanya dukungan berbagai pihak,” harapnya.

  Selain HIV AIDS juga kasus Malaria, dimana menurut Robby Kayame Kasus Malaria di Papua masih sangat tinggi. Hal ini disebabkan, selain karena kondisi wilayah, tapi juga polah hidup masyarakat.

  “Masyarakat masih banyak yang tidak pakai kelambu, ini yang menjadi kendala sehingga kasus malaria di Papua masih tinggi,” kata Robby.

  Diapun mengharapkan adanya dukungan dari lintas sektoral, sehingga di tahun 2030 kasus malaria di Papua dapat ditekan menurun. “Pengobatan masif kita lakukan, tapi pola hidup sehat masyarakat sangat perlu,” ungkap Robby Kayame.

Baca Juga :  Willem Wandik Akui Rahim Ibu Merupakan Surga

  Sementara itu, kasus  lainnya yang masih sangat tinggi di Papua, adalah kasus Stunting. Tahun 2023 kasus stunting masih mencakup 34, 6 persen. Hal ini juga disebabkan karena polah hidup masyarakat yang masih sangat rendah, terhadap asupan gisi. Serta minimnya pengetahuan tentang pola hidup sehat.

  “Pokoknya masalah kesehatan di Papua, masih menjadi perhatian serius banyak pihak, saya harap semua pihak, baik pemerintah dserah maupun pusar peduli akan kondisi kesehatan di Papua,” pungkasnya. (rel/tri)

JAYAPURA-Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Papua Dr. Robby Kayame, SKM., M.Kes, mengatakan akibat tingginya pergaulan bebas di Papua mengakibatkan kasus HIV AIDS semakin meningkat. Bahkan sampai tahun 2023 tercatat sekitar 2000 penderita HIV-AIDS.

Menurutnya,  wilayah yang paling tinggi kasus HIV-AIDS ada  di Papua Tengah, Daerah Mamta, Pegunungan, dan beberapa wilayah lainnya di Papua.

“Kalau Papua Selatan kurang,” kata Robby Kayame di Jayapura, Kamis (10/8).

Dari jumlah kasus HIV-AIDS yang ada, sebagian besar penderita HIV-AIDS terjadi pada usia produktif. Selain karena pergaulan seks bebas, juga   konsumsi obat yang tidak teratur. “Kendala utama juga, karena keterbatasan SDM tenaga kesehatan,” kata Robby.

dr. Robby Kayame (FOTO: Elfira/Cepos)

Bahkan menurutnya Tenaga Kesehatan di Papua baru terisi sekitar 60 persen. Sehingga tidak semua rumah sakit memiliki tenaga kesehatan yang lengkap. “Dokter spesialis kurang, jadi kendala ini juga harus kita benahi,” ujarnya.

Baca Juga :  Di Nabire, Seorang Balita Tewas Usai Kemaluannya Ditusuk

  Adapun langkah yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan, diantaranya dengan memperluas wilayah pemeriksaan dan pengobatan. Serta sosialisasi rutin kepada masyarakat. “Tidak bisa sendiri, harus adanya dukungan berbagai pihak,” harapnya.

  Selain HIV AIDS juga kasus Malaria, dimana menurut Robby Kayame Kasus Malaria di Papua masih sangat tinggi. Hal ini disebabkan, selain karena kondisi wilayah, tapi juga polah hidup masyarakat.

  “Masyarakat masih banyak yang tidak pakai kelambu, ini yang menjadi kendala sehingga kasus malaria di Papua masih tinggi,” kata Robby.

  Diapun mengharapkan adanya dukungan dari lintas sektoral, sehingga di tahun 2030 kasus malaria di Papua dapat ditekan menurun. “Pengobatan masif kita lakukan, tapi pola hidup sehat masyarakat sangat perlu,” ungkap Robby Kayame.

Baca Juga :  Pemprov Papua Dorong Masyarakat Konsumsi Pangan Lokal

  Sementara itu, kasus  lainnya yang masih sangat tinggi di Papua, adalah kasus Stunting. Tahun 2023 kasus stunting masih mencakup 34, 6 persen. Hal ini juga disebabkan karena polah hidup masyarakat yang masih sangat rendah, terhadap asupan gisi. Serta minimnya pengetahuan tentang pola hidup sehat.

  “Pokoknya masalah kesehatan di Papua, masih menjadi perhatian serius banyak pihak, saya harap semua pihak, baik pemerintah dserah maupun pusar peduli akan kondisi kesehatan di Papua,” pungkasnya. (rel/tri)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya