Tuesday, April 23, 2024
27.7 C
Jayapura

Melihat Hasil Identifikasi Sampah di Muara Kali Kampwolker Waena

KUMPUL SANDAL – Megi Nando dari Lindungi Hutan Jayapura menjejerkan 139 sampah sandal yang ditemukan di muara Kali Kampwolker Waena, Sabtu (9/3) pekan kemarin. Dengan waktu hanya setengah jam para anggota komunitas lingkungan berhasil mengumpulkan 139 sandal dengan berbagai ukuran dan jenis. ( FOTO : Gamel Cepos )

Ada Mesin Cuci, Koper dan Sebanyak 139 Sandal Jepit 

Semangat masyarakat di Kota Jayapura untuk gencar memerangi sampah mulai terlihat. Kendati demikian harus digerakkan secara masive. Sejumlah komunitas lingkungan di Jayapura mencoba mengidentifikasi sampah di Muara Kali Kapwolker. Hasilnya,  mengejutkan. 

Laporan : Abdel Gamel Naser – Jayapura 

Kedatangan komunitas lingkungan di Jayapura pada aksi bersih muara Kali Kampwolker pada Sabtu (9/3) kemarin mungkin terlambat. Mereka datang ketika aktifitas bersih muara sudah dilakukan. Namun disini mereka justru menjadi peserta terakhir yang pulang setelah melakukan identifikasi jenis sampah. Hasilnya juga cukup menyejutkan karena ternyata sampah botol plastik disini jumlahnya ribuan. Hanya saja dari sekian banyak botol plastik ternyata sebagian besar tersangkut atau mengapung dipinggiran danau. 

 Jika jumlah botol plastik ini 10 kali lipat maka kemungkinan bisa dibuatkan sebuah pulang kecil dari botol plastik. Kondisi ini menunjukkan masih banyak masyarakat yang belum memberi perhatian untuk sebuah kehidupan yang lebih baik. Sampah botol tidak dibuang di tong sampah tetapi terbiar  begitu saja  dan kemudian masuk ke badan kali dan terus ke muara. Jika selama ini banyak negara maju mulai berfikir lebih bijak dengan mengolah sampah plastik, maka Kota Jayapura yang tengah menjadikan diri sebagai Smart  City seharusnya mulai berfikir ke arah sana. 

 “Sepertinya muara ini memang menjadi tepat berkumpulnya sampah. Hanya semua terlihat menepi karena mungkin didorong ombak dari arah danau. Jadi botol dan sampah lainnya lebih banyak berada di pinggiran,” kata Intan Nuari Puspita, salah satu pecinta reptile Jayapura. Ia sempat kaget karena sepanjang kali menuju muara ternyata banyak sekali sampah kantong plastik yang bertebaran di dinding kali. “Ia tadi banyak sekali sampah kantong plastik dan karung. Tidak bisa ditampik bahwa itu sampah yang sengaja dibuang warga,” jelas wanita berhijab yang berstatus ASN ini. 

Baca Juga :  Penyerapan Dana Otsus dan DAK Harus Maksimal

 Disini berbagai anggota komunitas lingkungan juga mempraktekkan bagaimana cara menghemat trash bag dimana sampah botol plastik tak secara utuh langsung dimasukkan ke dalam kantong sampah tetapi dilipat. “Kalau langsung dimasukkan kasihan trash bagnya. Kami coba melipat dari bagian bawahnya ke arah penutup dan setelah semua terlipat barulah ditutup, pasti lebih ringkas namun muatannya lebih banyak,” kata Intan. Sementara beberapa anggota komunitas lainnya terlihat berkumpul di bibir danau untuk mengidentifikasi jenis sampah. Yang dipilih adalah sandal jepit.

 Awalnya disiapkan satu trash bag kemudian para anggota komunitas melokalisir lokasi dengan jarak 8 hingga 10 meter untuk mengumpulkan sampah dan waktu pengumpulan sekira setengah jam. Hasilnya juga cukup mencengangkan dimana ditemukan sebanyak 139 sandal jepit  dengan berbagai ukuran, jenis dan warna. “Awalnya kami hanya kumpulkan botol plastik tapi sepertinya kok sandal ini selalu terlihat jadi teman-teman coba mengumpulkan dan menumpuk jadi satu dan ternyata banyak sekali. Lucunya yang paling banyak adalah sebelah kanan,” jelas Megi Nando dari Lindungi Hutan Jayapura. 

 “Jadi kami berhasil mengumpulkan sebanyak 139 sandal dengan berbagai ukuran hanya dengan waktu setengah jam. Kami lalu jejer dan ternyata panjang sekali dan ini belum semua,” katanya. Tak hanya itu, sampah lain yang cukup mencengangkan adalah ditemukannya kursi rotan, tas koper maupun tas ransel topeng, spon pembuat jok, kipas angin hingga mesin cuci. Tak sedikit yang kaget dengan temuan sampah seperti ini namun setelah dipungut, dikeluarkan dari air barulah ketahuan bahwa memang sampah mesin cuci dengan ukuran yang sangat besar juga ditemukan di lokasi tersebut. 

Baca Juga :  Mulai Bahas Pergub Pengangkatan DPRK

 “Agak aneh tapi seperti itu yang didapat. Masak mesin cuci bisa ikut dibuang seperti itu. Kadang kami mau protes, marah tapi bingung mau marah kepada siapa,” singgung Theresia dari Earth Hour Jayapura. Khoirul Yunus yang sempat membuat video lucu-lucuan juga kaget dengan sampah di muara. Pasalnya sebulan sebelumnya lokasi ini sempat dibersihkan tapi pekan kemarin ternyata menumpuk lagi. Iapun memilih duduk dan membuat diri senyaman mungkin saat berada di tumpukan sampah. “Harusnya orang-orang sudah mulai sadar sebab sampah plastik sekarang menjadi sangat berbahaya. Tak hanya pada manusia tetapi juga ikan. Micro plastik yang termakan ikan tak bisa dicerna sehingga ketika dimakan oleh manusia, kandungan itu (micro plastik) asih tetap ada,” imbuhnya. 

 Disini komunitas lingkungan menyimpulkan bahwa selain regulasi yang berisi konsekwensi disosialisasikan, penting kiranya publik juga diberikan pemahaman bagaimana memilah sampah dan memahami bahaya sampah plastik. “Saya pikir kita telah tau sama-sama bahwa plasti ini butuh ratusan tahun terurai. Kita mati, plastik masih ada,” singgung Megi. (*/wen)

KUMPUL SANDAL – Megi Nando dari Lindungi Hutan Jayapura menjejerkan 139 sampah sandal yang ditemukan di muara Kali Kampwolker Waena, Sabtu (9/3) pekan kemarin. Dengan waktu hanya setengah jam para anggota komunitas lingkungan berhasil mengumpulkan 139 sandal dengan berbagai ukuran dan jenis. ( FOTO : Gamel Cepos )

Ada Mesin Cuci, Koper dan Sebanyak 139 Sandal Jepit 

Semangat masyarakat di Kota Jayapura untuk gencar memerangi sampah mulai terlihat. Kendati demikian harus digerakkan secara masive. Sejumlah komunitas lingkungan di Jayapura mencoba mengidentifikasi sampah di Muara Kali Kapwolker. Hasilnya,  mengejutkan. 

Laporan : Abdel Gamel Naser – Jayapura 

Kedatangan komunitas lingkungan di Jayapura pada aksi bersih muara Kali Kampwolker pada Sabtu (9/3) kemarin mungkin terlambat. Mereka datang ketika aktifitas bersih muara sudah dilakukan. Namun disini mereka justru menjadi peserta terakhir yang pulang setelah melakukan identifikasi jenis sampah. Hasilnya juga cukup menyejutkan karena ternyata sampah botol plastik disini jumlahnya ribuan. Hanya saja dari sekian banyak botol plastik ternyata sebagian besar tersangkut atau mengapung dipinggiran danau. 

 Jika jumlah botol plastik ini 10 kali lipat maka kemungkinan bisa dibuatkan sebuah pulang kecil dari botol plastik. Kondisi ini menunjukkan masih banyak masyarakat yang belum memberi perhatian untuk sebuah kehidupan yang lebih baik. Sampah botol tidak dibuang di tong sampah tetapi terbiar  begitu saja  dan kemudian masuk ke badan kali dan terus ke muara. Jika selama ini banyak negara maju mulai berfikir lebih bijak dengan mengolah sampah plastik, maka Kota Jayapura yang tengah menjadikan diri sebagai Smart  City seharusnya mulai berfikir ke arah sana. 

 “Sepertinya muara ini memang menjadi tepat berkumpulnya sampah. Hanya semua terlihat menepi karena mungkin didorong ombak dari arah danau. Jadi botol dan sampah lainnya lebih banyak berada di pinggiran,” kata Intan Nuari Puspita, salah satu pecinta reptile Jayapura. Ia sempat kaget karena sepanjang kali menuju muara ternyata banyak sekali sampah kantong plastik yang bertebaran di dinding kali. “Ia tadi banyak sekali sampah kantong plastik dan karung. Tidak bisa ditampik bahwa itu sampah yang sengaja dibuang warga,” jelas wanita berhijab yang berstatus ASN ini. 

Baca Juga :  Komisi V Beri Sejumlah Catatan dari Penanganan Covid-19

 Disini berbagai anggota komunitas lingkungan juga mempraktekkan bagaimana cara menghemat trash bag dimana sampah botol plastik tak secara utuh langsung dimasukkan ke dalam kantong sampah tetapi dilipat. “Kalau langsung dimasukkan kasihan trash bagnya. Kami coba melipat dari bagian bawahnya ke arah penutup dan setelah semua terlipat barulah ditutup, pasti lebih ringkas namun muatannya lebih banyak,” kata Intan. Sementara beberapa anggota komunitas lainnya terlihat berkumpul di bibir danau untuk mengidentifikasi jenis sampah. Yang dipilih adalah sandal jepit.

 Awalnya disiapkan satu trash bag kemudian para anggota komunitas melokalisir lokasi dengan jarak 8 hingga 10 meter untuk mengumpulkan sampah dan waktu pengumpulan sekira setengah jam. Hasilnya juga cukup mencengangkan dimana ditemukan sebanyak 139 sandal jepit  dengan berbagai ukuran, jenis dan warna. “Awalnya kami hanya kumpulkan botol plastik tapi sepertinya kok sandal ini selalu terlihat jadi teman-teman coba mengumpulkan dan menumpuk jadi satu dan ternyata banyak sekali. Lucunya yang paling banyak adalah sebelah kanan,” jelas Megi Nando dari Lindungi Hutan Jayapura. 

 “Jadi kami berhasil mengumpulkan sebanyak 139 sandal dengan berbagai ukuran hanya dengan waktu setengah jam. Kami lalu jejer dan ternyata panjang sekali dan ini belum semua,” katanya. Tak hanya itu, sampah lain yang cukup mencengangkan adalah ditemukannya kursi rotan, tas koper maupun tas ransel topeng, spon pembuat jok, kipas angin hingga mesin cuci. Tak sedikit yang kaget dengan temuan sampah seperti ini namun setelah dipungut, dikeluarkan dari air barulah ketahuan bahwa memang sampah mesin cuci dengan ukuran yang sangat besar juga ditemukan di lokasi tersebut. 

Baca Juga :  OPD Hingga Kelurahan Harus Terlibat Tangani Stunting

 “Agak aneh tapi seperti itu yang didapat. Masak mesin cuci bisa ikut dibuang seperti itu. Kadang kami mau protes, marah tapi bingung mau marah kepada siapa,” singgung Theresia dari Earth Hour Jayapura. Khoirul Yunus yang sempat membuat video lucu-lucuan juga kaget dengan sampah di muara. Pasalnya sebulan sebelumnya lokasi ini sempat dibersihkan tapi pekan kemarin ternyata menumpuk lagi. Iapun memilih duduk dan membuat diri senyaman mungkin saat berada di tumpukan sampah. “Harusnya orang-orang sudah mulai sadar sebab sampah plastik sekarang menjadi sangat berbahaya. Tak hanya pada manusia tetapi juga ikan. Micro plastik yang termakan ikan tak bisa dicerna sehingga ketika dimakan oleh manusia, kandungan itu (micro plastik) asih tetap ada,” imbuhnya. 

 Disini komunitas lingkungan menyimpulkan bahwa selain regulasi yang berisi konsekwensi disosialisasikan, penting kiranya publik juga diberikan pemahaman bagaimana memilah sampah dan memahami bahaya sampah plastik. “Saya pikir kita telah tau sama-sama bahwa plasti ini butuh ratusan tahun terurai. Kita mati, plastik masih ada,” singgung Megi. (*/wen)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya