Friday, April 26, 2024
26.7 C
Jayapura

OAP Jangan Pikir Politik Saja

Apolo: Kelola SDA, Karena We Are The Bos

JAYAPURA-Rektor Universitas Cenderawasih (Uncen)  Dr. Ir. Apolo Safanpo, ST., MT mengungkapkan bahwa saat ini orang Papua telah memiliki sumber daya alam yang melimpah, namun masih banyak yang berfokus di politik saja dan tidak berpikir untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang mengelola alamnya yang melimpah.

  Menurut Rektor Apolo Safanpo, jika dilihat letak geologi dunia, bumi ini berputar miliaran tahun itu, setiap perputaran itu membawa mineral di bumi ini melalui garis katulistiwa, dan negara yang berada di khatulistiwa seperti Indonesia dan Brazil, khususnya Papua memiliki sumber daya alam yang melimpah dengan ratusan mineral yang ada di perut bumi.

  “Kalau kita bayangkan Sumatera di sebelah utara itu samudra dan Papua di sebelah timur juga Samudra semua dan hari ini yang memiliki garis khatulistiwa hanya Indonesia dan Brasil. Semua mineral senyawa dalam perut bumi  ada 114 dalam sistem kimia, semua ada di Indonesia dan Brazil,” katanya di acara seminar nasional proses penyelenggaraan pemerintahan perspektif undang-undang nomor 2 tahun 2001 di Hotel Horison Kotaraja, Selasa (8/2).

Baca Juga :  Zakeus Penjual Cilok: Terima Kasih Bapak Danrem Sudah Lunasi Biaya Kuliah Saya

   Sementara negara-negara lain di bawah khatulistiwa  hanya menemukan 10 – 11 sampai dengan beberapa mineral,  yang ada dan Indonesia mineralnya lengkap apalagi Papua.  “Sementara untuk Papua dari Sorong sampai Samarai dalam peta geologi dunia itu disebut sebagai Sabuk Emas, Tetapi kita hari ini di Papua hanya banyak berpikir dan disuruh untuk bertindak sebatas politik saja, kita tidak pernah berpikir bagaimana kita kembangkan sumber daya alam kita,” katanya.

   Negara yang berhasil dalam sebuah negara itu membutuhkan ketahanan sumber daya alam atau natural resources, sistim Trasportasi dan Rute.

  “Jadi Papua hari ini memiliki sumber daya alam dan transportasi, tapi kita tidak memiliki rute yang baik, misalnya kita punya perusahaan besar seperti di Merauke, ada Kayu kita dan PT Korindo juga yang lain, jadi kayu-kayu kita diambil dari Merauke dibawa ke Surabaya dikirim ke Cina dan dijual ke Eropa dan Pasifik, Selandia Baru, Australia dan beberapa negara lainnya, Coba kita yang dikelola sendiri, baru kita jual dari Papua sini ke Pacific Selandia baru dan Australia, maka matilah Cina, karena tidak miliki natural resources, seperti yang kita punya,” katanya.

Baca Juga :  Diharapkan Menjadi Pemimpin Perubahan dalam Birokrasi 

   Dia mengatakan orang Papua saat ini  memiliki sumber daya alam yang melimpah dan memberi makan banyak orang yang datang. “Kita ini sebagai pemilik dan kita Bos, tetapi kita hanya diajarkan soal politik tidak bisa berbicara soal pengelolaan sumber daya alam kita yang melimpah ini,” katanya.

  Untuk itu Rektor menegaskan orang Papua harus menyadari dan merubah pola pikirnya bahwa dirinya pemilik sumber daya alam yang harus dikelola oleh orang Papua itu sendiri sebagai tuan atau bos di tanahnya.

  “Jadi kita orang Papua ini bos,  saudara-saudara yang datang dari luar ini mereka tidak punya tanah, mereka tidak punya lahan mereka tidak punya sumber daya alam sementara kita orang Papua kita punya semua, jadi mindset kita harus diubah karena We are the Bos,” tandasnya. (oel/tri)

Apolo: Kelola SDA, Karena We Are The Bos

JAYAPURA-Rektor Universitas Cenderawasih (Uncen)  Dr. Ir. Apolo Safanpo, ST., MT mengungkapkan bahwa saat ini orang Papua telah memiliki sumber daya alam yang melimpah, namun masih banyak yang berfokus di politik saja dan tidak berpikir untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang mengelola alamnya yang melimpah.

  Menurut Rektor Apolo Safanpo, jika dilihat letak geologi dunia, bumi ini berputar miliaran tahun itu, setiap perputaran itu membawa mineral di bumi ini melalui garis katulistiwa, dan negara yang berada di khatulistiwa seperti Indonesia dan Brazil, khususnya Papua memiliki sumber daya alam yang melimpah dengan ratusan mineral yang ada di perut bumi.

  “Kalau kita bayangkan Sumatera di sebelah utara itu samudra dan Papua di sebelah timur juga Samudra semua dan hari ini yang memiliki garis khatulistiwa hanya Indonesia dan Brasil. Semua mineral senyawa dalam perut bumi  ada 114 dalam sistem kimia, semua ada di Indonesia dan Brazil,” katanya di acara seminar nasional proses penyelenggaraan pemerintahan perspektif undang-undang nomor 2 tahun 2001 di Hotel Horison Kotaraja, Selasa (8/2).

Baca Juga :  Plh Gubernur Ajak Masyarakat Tingkatkan Toleransi dan Persaudaraan

   Sementara negara-negara lain di bawah khatulistiwa  hanya menemukan 10 – 11 sampai dengan beberapa mineral,  yang ada dan Indonesia mineralnya lengkap apalagi Papua.  “Sementara untuk Papua dari Sorong sampai Samarai dalam peta geologi dunia itu disebut sebagai Sabuk Emas, Tetapi kita hari ini di Papua hanya banyak berpikir dan disuruh untuk bertindak sebatas politik saja, kita tidak pernah berpikir bagaimana kita kembangkan sumber daya alam kita,” katanya.

   Negara yang berhasil dalam sebuah negara itu membutuhkan ketahanan sumber daya alam atau natural resources, sistim Trasportasi dan Rute.

  “Jadi Papua hari ini memiliki sumber daya alam dan transportasi, tapi kita tidak memiliki rute yang baik, misalnya kita punya perusahaan besar seperti di Merauke, ada Kayu kita dan PT Korindo juga yang lain, jadi kayu-kayu kita diambil dari Merauke dibawa ke Surabaya dikirim ke Cina dan dijual ke Eropa dan Pasifik, Selandia Baru, Australia dan beberapa negara lainnya, Coba kita yang dikelola sendiri, baru kita jual dari Papua sini ke Pacific Selandia baru dan Australia, maka matilah Cina, karena tidak miliki natural resources, seperti yang kita punya,” katanya.

Baca Juga :  Dorong Peran UKS untuk PHBS di Lingkungan Sekolah

   Dia mengatakan orang Papua saat ini  memiliki sumber daya alam yang melimpah dan memberi makan banyak orang yang datang. “Kita ini sebagai pemilik dan kita Bos, tetapi kita hanya diajarkan soal politik tidak bisa berbicara soal pengelolaan sumber daya alam kita yang melimpah ini,” katanya.

  Untuk itu Rektor menegaskan orang Papua harus menyadari dan merubah pola pikirnya bahwa dirinya pemilik sumber daya alam yang harus dikelola oleh orang Papua itu sendiri sebagai tuan atau bos di tanahnya.

  “Jadi kita orang Papua ini bos,  saudara-saudara yang datang dari luar ini mereka tidak punya tanah, mereka tidak punya lahan mereka tidak punya sumber daya alam sementara kita orang Papua kita punya semua, jadi mindset kita harus diubah karena We are the Bos,” tandasnya. (oel/tri)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya