Menyongsong momen bersejarah ini, GKI di Tanah Papua bersama berbagai pemangku kepentingan akan menggelar Konferensi Satu Abad Aitumeri di Kantor Sinode GKI di Tanah Papua, pada 9–10 September 2025.
Kegiatan tersebut akan melibatkan tokoh adat, tokoh masyarakat, pemerintah, dan berbagai elemen yang diundang secara khusus. Mofu menjelaskan, konferensi ini bukan hanya sebagai ajang peringatan, melainkan juga wadah refleksi untuk merumuskan komitmen bersama dalam menapaki perjalanan peradaban Papua di abad berikutnya.
“Kita harus melihat kembali perjalanan 100 tahun peradaban Papua. Tetapi lebih penting lagi, bagaimana kita membangun komitmen untuk abad selanjutnya, agar visi besar Kijne terus hidup,” jelasnya.
Meski nubuat Kijne tentang orang Papua yang mampu memimpin bangsanya sendiri telah terwujud, Mofu menekankan bahwa masih banyak pekerjaan rumah yang perlu dituntaskan.
“Realitasnya, Papua masih menghadapi berbagai persoalan serius. Mulai dari tingkat kemiskinan yang masih tinggi, persoalan kesehatan, keterbatasan di bidang pendidikan, hingga rendahnya kualitas sumber daya manusia,” ujarnya.
Karena itu, lanjut Mofu, konferensi ini akan menjadi wadah untuk membicarakan persoalan-persoalan tersebut secara jujur dan terbuka. Harapannya, dari forum tersebut lahir sebuah komitmen bersama untuk membangun Papua yang lebih baik pada abad berikutnya.
“Kita semua harus bersatu padu, berkomitmen melaksanakan tugas pelayanan yang akan membawa perubahan dan peradaban baru bagi orang Papua, supaya bisa menyongsong masa depan yang lebih baik,” pungkasnya. (rel/tri)
Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos
BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOSÂ https://www.myedisi.com/cenderawasihpos