Friday, April 26, 2024
27.7 C
Jayapura

Ormas Katolik Papua Minta KWI dan SJ Berikan Sanksi Sosial Kepada Romo Agam

Ormas Katolik Papua yang terdiri dari Ikatan Cendikiawan Awam Katolik (ICAKAP), Komda Pemuda Katolik Provinsi Papua, dan Perhimpunan Mahasiswa Katolik (PMKRI) Cabang Jayapura, saat menggelar konferensi pers di Abepura, Minggu (5/1). ( foto: Yewen/Cepos)

Romo Agam: Dengan Rendah Hati, Saya Mohon Maaf

JAYAPURA- Meskipun sudah meminta maaf secara secara tertulis maupun melalui video, tetapi organisasi masyarakat (ormas) Katolik Papua meminta kepada Konferensi Wali Gereja Indonesia (KWI) dan Pimpinan Konggregasi Serikat Jesuit (SJ), untuk memberikan sanksi sosial kepada Pastor Managamtua Hery Berthus Simbolon atau Romo Agam, karena komili atau khotbah yang disampaikan pada malam natal tanggal 24 Desember 2019 yang lalu di Gereja Katolik Paroki Katedral di Jakarta yang sangat menyinggung dan mencederai perasaan orang Papua.

 “Kepada KWI dan SJ, agar memberi sanksi sosial Romo Agam, SJ,  agar tidak mengulangi, menciderai dan melecehkan harkat dan martabat kemanusiaan kami orang Papua sebagai citra Tuhan sama dengan manusia lainnya,” tegas Ketua Ikatan Cendikiawan Awam Papua (ICAKAP), Vinsensius Lokobal, saat  menggelar konferensi pers di Abepura, Minggu (5/1).

 Menurut Vinsent, Romo Agam belum tahu kesenjangan pendidikan di Papua, tapi membuat ilustrasi, tidak mengenal mata angin, tidak tahu kiri, dan kanan, membawa persembahan sambil lompat-lompat tari susu, dan menikmati susu-susu berlompatan, sangat mencederai dan melecehkan harkat dan martabat kemanusiaan orang Papua sebagai citra Tuhan sama dengan manusia lainnya di wilayah lain yang ada di Indonesia.

 “Karena itu kami merasa mengalami diskriminasi rasial atas kata-kata tersebut, apa lagi disampaikan dalam kothbah perayaan ekaristi malam Natal dengan tema Nasional “Hiduplah Sebagai Sahabat Bagi Semua Orang”. Atas hal itu, kami mengutuk cara berpikir yang melecehkan dan diskriminatif dalam khotbah pastor,” ucapnya.

“Setiap Kongregasi yang berada diluar Papua yang hendak melayani di wilayah Keuskupan Se-Regio Papua, agar sebelum datang, dibekali terlebih dahulu tentang Antropologi Budaya Papua, sehingga tidak kaget ketika berjumpa dengan kebudayaan orang Papua,” ujar mantan Sekjen PP PMKRI ini.

Baca Juga :  Usulan Tiga Nama  Penjabat Walikota Diajukan ke Kemendagri

 Dia menyatakan, agar Romo Agam tidak lagi melayani di wilayah Keuskupan Se-Regio Papua, Sejak menyampaikan permohonan maaf secara tertulis dan video, tertanggal 3 Januari 2020 yang lalu.

 Senada dengan itu, Ketua Komda Pemuda Katolik Provinsi Papua, Alfonsa Wayap, menyampaikan bahwa penting sekali memberikan pembekalan tentang Atropologi Papua kepada Pastor atau para Romo yang bertugas ke Papua dan tahu tentang sejarah dan budaya Papua.

 “Penting sekali memberikan pembekalan tentang Antropologi Papua kepada Pastor atau Romo yang bertugas dari luar ke Papua, supaya mereka tahu tentang budaya Papua,” ujarnya.

 Ormas Katolik Papua sendiri berharap, agar kejadian semacam ini tidak terulang lagi kepada waktu-waktu yang  akan datang, terutama kepada Pastor atau Romo siapa saja yang bertugas di tanah Papua. Oleh karena itu, Pastor-Pastor yang bertugas dari luar Papua ke Papua harus mengetahui tradisi dan budaya orang Papua, sehingga dalam homili untuk mengilustrasikan bisa sesuai dengan konteks dan tidak menyinggung perasaan siapapun, terutama perasaan orang Papua.

 “Kami menyampaikan permohonan maaf kepada seluruh orang Papua merasa tersakiti dengan adanya homily Pastor ini. Kami harapkan persoalan ini diserahkan kepada kami Ormas Katolik dan Gereja Katolik, untuk menyelesaikan persoalan ini,” ujar Sekjen ICAKAP, Marinus Komanik.

 Sementara itu, Pastor Managamtua Hery Bertus Simbolon, SJ atau yang familiar di sapa Romo Agam, dalam videonya yang beredar di media sosial (medsos), mengungkapkan kepada masyarakat asli Papua (OAP) dan pencinta orang Papua yang berada di Papua maupun di luar Papua.

 Berkaitan dengan video dirinya yang viral di medsos berkaitan dengan khotbahnya dalam ibadah misa malam natal pada tanggal 24 Desember 2019 yang lalu di Gereja Katolik Paroki santa Perawan Mari Diangkat ke Surga Katedral Jakarta.

Baca Juga :  Wali Kota Minta Data Petugas Kebersihan Diverifikasi Ulang

 “Saya dengan rendah hati memohon maaf yang sebesar-besarnya dari lubuk hati saya yang terdalam kepada semua pihak yang tersakiti dan merasa tersakiti yang saya sampaikan,” ungkapnya dalam video berdurasi 3:58 menit yang diunggah pada, Jumat (3/1) lalu.

 Romo Agam, mengatakan dirinya tidak bermaksud untuk menyakiti siapapun dan tidak menggunakan khutbah sebagai sarana untuk mencederai siapapun. Kehadiran dirinya di Gereja Katolik Katedral Jakarta sebagai pastor tamu yang merayakan perayaan ibadah ekaristi malam natal sekitar pukul 22.00 WIB.

 Kata Romo Agam, dirinya menggunakan ilustrai-ilustrasi tentang Papua, karena memang saat ini dirinya sedang bertugas di Papua. Ilustrasi-ilustrasi yang digunakan dalam menjelaskan isi kitab suci, secara khusus mau menyampaikan tentang kreatifitas Allah dan juga fokus dalam komitmen dan pelayanan kepada Tuhan.

 “Ilustrasi-ilustrasi tersebut saya pergunakan dalam menjelaskan isi kitab suci dan merupakan pengalaman pribadi saya, ditambah pengalaman-pengalaman yang saya dengar dari orang-orang yang pernah berkarya di Papua,”katanya.

 Lebih lanjut, Romo Agam, mengatakan karena dirinya belum lama bertugas di Papua dan perbedaan konteks budaya, maka ilustras-ilustrasi itu dilatarbelakangi oleh ketidakpekaan dirinya dan pemahaman konteks budaya yang tidak utuh. Oleh karenanya, dalam ilustri tersebut dalam konteks yang berbeda menimbulkan kesalahpahaman dan melukai perayaan banyak, terutama saudara-saudari orang Papua.

 “Sekali lagi dengan segala kerendahan hati, saya meminta maaf yang sebesar-besarnya,” ucapnya.

 Romo Agam, menyampaikan dirinya belajar dari pengalaman ini dan mengambil hikmat, sehingga kemudian hari bisa lebih peka lagi, lebih hati-hati, dan lebih bijak dalam ungkapan dan kata-katanya.

“Tanpa mengurangi rasa hormat, sekali lagi saya mohon maaf yang sebesar-besarnya. Semoga pintu maaf masih terbuka bagi saya. Tuhan memberkati hidup dan panggilan kita di tahun yang baru ini,” tutupnya. (bet/wen) 

Ormas Katolik Papua yang terdiri dari Ikatan Cendikiawan Awam Katolik (ICAKAP), Komda Pemuda Katolik Provinsi Papua, dan Perhimpunan Mahasiswa Katolik (PMKRI) Cabang Jayapura, saat menggelar konferensi pers di Abepura, Minggu (5/1). ( foto: Yewen/Cepos)

Romo Agam: Dengan Rendah Hati, Saya Mohon Maaf

JAYAPURA- Meskipun sudah meminta maaf secara secara tertulis maupun melalui video, tetapi organisasi masyarakat (ormas) Katolik Papua meminta kepada Konferensi Wali Gereja Indonesia (KWI) dan Pimpinan Konggregasi Serikat Jesuit (SJ), untuk memberikan sanksi sosial kepada Pastor Managamtua Hery Berthus Simbolon atau Romo Agam, karena komili atau khotbah yang disampaikan pada malam natal tanggal 24 Desember 2019 yang lalu di Gereja Katolik Paroki Katedral di Jakarta yang sangat menyinggung dan mencederai perasaan orang Papua.

 “Kepada KWI dan SJ, agar memberi sanksi sosial Romo Agam, SJ,  agar tidak mengulangi, menciderai dan melecehkan harkat dan martabat kemanusiaan kami orang Papua sebagai citra Tuhan sama dengan manusia lainnya,” tegas Ketua Ikatan Cendikiawan Awam Papua (ICAKAP), Vinsensius Lokobal, saat  menggelar konferensi pers di Abepura, Minggu (5/1).

 Menurut Vinsent, Romo Agam belum tahu kesenjangan pendidikan di Papua, tapi membuat ilustrasi, tidak mengenal mata angin, tidak tahu kiri, dan kanan, membawa persembahan sambil lompat-lompat tari susu, dan menikmati susu-susu berlompatan, sangat mencederai dan melecehkan harkat dan martabat kemanusiaan orang Papua sebagai citra Tuhan sama dengan manusia lainnya di wilayah lain yang ada di Indonesia.

 “Karena itu kami merasa mengalami diskriminasi rasial atas kata-kata tersebut, apa lagi disampaikan dalam kothbah perayaan ekaristi malam Natal dengan tema Nasional “Hiduplah Sebagai Sahabat Bagi Semua Orang”. Atas hal itu, kami mengutuk cara berpikir yang melecehkan dan diskriminatif dalam khotbah pastor,” ucapnya.

“Setiap Kongregasi yang berada diluar Papua yang hendak melayani di wilayah Keuskupan Se-Regio Papua, agar sebelum datang, dibekali terlebih dahulu tentang Antropologi Budaya Papua, sehingga tidak kaget ketika berjumpa dengan kebudayaan orang Papua,” ujar mantan Sekjen PP PMKRI ini.

Baca Juga :  Waspada Potensi Kebakaran dari Cuaca Panas

 Dia menyatakan, agar Romo Agam tidak lagi melayani di wilayah Keuskupan Se-Regio Papua, Sejak menyampaikan permohonan maaf secara tertulis dan video, tertanggal 3 Januari 2020 yang lalu.

 Senada dengan itu, Ketua Komda Pemuda Katolik Provinsi Papua, Alfonsa Wayap, menyampaikan bahwa penting sekali memberikan pembekalan tentang Atropologi Papua kepada Pastor atau para Romo yang bertugas ke Papua dan tahu tentang sejarah dan budaya Papua.

 “Penting sekali memberikan pembekalan tentang Antropologi Papua kepada Pastor atau Romo yang bertugas dari luar ke Papua, supaya mereka tahu tentang budaya Papua,” ujarnya.

 Ormas Katolik Papua sendiri berharap, agar kejadian semacam ini tidak terulang lagi kepada waktu-waktu yang  akan datang, terutama kepada Pastor atau Romo siapa saja yang bertugas di tanah Papua. Oleh karena itu, Pastor-Pastor yang bertugas dari luar Papua ke Papua harus mengetahui tradisi dan budaya orang Papua, sehingga dalam homili untuk mengilustrasikan bisa sesuai dengan konteks dan tidak menyinggung perasaan siapapun, terutama perasaan orang Papua.

 “Kami menyampaikan permohonan maaf kepada seluruh orang Papua merasa tersakiti dengan adanya homily Pastor ini. Kami harapkan persoalan ini diserahkan kepada kami Ormas Katolik dan Gereja Katolik, untuk menyelesaikan persoalan ini,” ujar Sekjen ICAKAP, Marinus Komanik.

 Sementara itu, Pastor Managamtua Hery Bertus Simbolon, SJ atau yang familiar di sapa Romo Agam, dalam videonya yang beredar di media sosial (medsos), mengungkapkan kepada masyarakat asli Papua (OAP) dan pencinta orang Papua yang berada di Papua maupun di luar Papua.

 Berkaitan dengan video dirinya yang viral di medsos berkaitan dengan khotbahnya dalam ibadah misa malam natal pada tanggal 24 Desember 2019 yang lalu di Gereja Katolik Paroki santa Perawan Mari Diangkat ke Surga Katedral Jakarta.

Baca Juga :  Tak Perlu Panic Buying,  Stok Dipastikan Aman

 “Saya dengan rendah hati memohon maaf yang sebesar-besarnya dari lubuk hati saya yang terdalam kepada semua pihak yang tersakiti dan merasa tersakiti yang saya sampaikan,” ungkapnya dalam video berdurasi 3:58 menit yang diunggah pada, Jumat (3/1) lalu.

 Romo Agam, mengatakan dirinya tidak bermaksud untuk menyakiti siapapun dan tidak menggunakan khutbah sebagai sarana untuk mencederai siapapun. Kehadiran dirinya di Gereja Katolik Katedral Jakarta sebagai pastor tamu yang merayakan perayaan ibadah ekaristi malam natal sekitar pukul 22.00 WIB.

 Kata Romo Agam, dirinya menggunakan ilustrai-ilustrasi tentang Papua, karena memang saat ini dirinya sedang bertugas di Papua. Ilustrasi-ilustrasi yang digunakan dalam menjelaskan isi kitab suci, secara khusus mau menyampaikan tentang kreatifitas Allah dan juga fokus dalam komitmen dan pelayanan kepada Tuhan.

 “Ilustrasi-ilustrasi tersebut saya pergunakan dalam menjelaskan isi kitab suci dan merupakan pengalaman pribadi saya, ditambah pengalaman-pengalaman yang saya dengar dari orang-orang yang pernah berkarya di Papua,”katanya.

 Lebih lanjut, Romo Agam, mengatakan karena dirinya belum lama bertugas di Papua dan perbedaan konteks budaya, maka ilustras-ilustrasi itu dilatarbelakangi oleh ketidakpekaan dirinya dan pemahaman konteks budaya yang tidak utuh. Oleh karenanya, dalam ilustri tersebut dalam konteks yang berbeda menimbulkan kesalahpahaman dan melukai perayaan banyak, terutama saudara-saudari orang Papua.

 “Sekali lagi dengan segala kerendahan hati, saya meminta maaf yang sebesar-besarnya,” ucapnya.

 Romo Agam, menyampaikan dirinya belajar dari pengalaman ini dan mengambil hikmat, sehingga kemudian hari bisa lebih peka lagi, lebih hati-hati, dan lebih bijak dalam ungkapan dan kata-katanya.

“Tanpa mengurangi rasa hormat, sekali lagi saya mohon maaf yang sebesar-besarnya. Semoga pintu maaf masih terbuka bagi saya. Tuhan memberkati hidup dan panggilan kita di tahun yang baru ini,” tutupnya. (bet/wen) 

Berita Terbaru

Artikel Lainnya