Friday, April 19, 2024
27.7 C
Jayapura

Dirikan Bangunan Tanpa IMB, Buang Sampah Sembarangan Faktor Utama Penyebab Banjir

Tiga orang anak tengah menyaksikan air yang meluap di Kali Acai beberapa waktu lalu. Buang sampah sembarangan menjadi faktor penyebab banjir di Kota Jayapura (FOTO : Noel Wenda/Cenderawasih Pos )

Aktivis Lingkungan Tentang Banjir yang Kerap “Mengepung” Kota Jayapura 

Tak bisa dipungkiri kondisi Kota Jayapura saat ini sudah cukup mengkhawatirkan, hujan turun sebentar saja beberapa wilayah di Kota Jayapura sudah tergenang, apa yang sebenarnya terjadi dan bagaimana mencegah agar banjir tak semakin parah?

Laporan : Noel Wenda 

Bencana alam yang terjadi tanpa diundang dalam kehidupan masyarakat telah banyak memakan korban baik manusia dan  harta berda maka kehadiran bencana yang menjadi siklus tahunan perlu ada kesiapsiagaan masyarakat untuk tanggap dalam mengurangi risiko bencana.

Ya, aktivis lingkungan dari Kipra Papua Edward Agaki mengakui penimbunan muara kali, pembangunan bangunan tanpa IMB, ditambah dengan kesadaran masyarakat yang minim menjadi penyebab meningkatnya banjir. 

 Dikatakan, persoalan banjir  tahunan dan tiga tahunan sekali di kota Jayapura bukan saja kelalaian pemerintah tetapi dampak dari perilaku masyarakat yang membuang sampah sembarangan akhirnya mengakibatkan banjir. 

Baca Juga :  Jarang Dibersihkan, Kondisi Kali Sborhoinyi Dipenuhi Gulma

 Pihaknya juga mengajak LSM-LSM untuk menyuarakan mengenai lingkungan. Tetapi kendalanya masing-masing LSM berjalan dengan visinya. Sehingga minim sekali kami temukan orang yang membicarakan tentang lingkungan di Tanah Tabi khususnya kota Jayapura.

 Edward mengatakan, tahun lalu mereka bekerjasama dengan Oxfam. Tujuan Bekerja sama untuk memberikan penguatan ke empat kelurahan, Muara Tami, Gurabesi, Entrop, Koya Barat, dan di Hamadi.

 “Kami bersama Oxfam bentuk kelompok kecil. Kelompok tim siaga bencana. Kita mencoba memberikan penguatan kapasitas dan menyediakan peralatan-peralatan.  Kami sediakan mereka ini akan memberikan perhatian kepada lingkungan sekitar. Dan beberapa kali terjadi banjir di Kota Jayapura mereka ini yang turun duluan. Longsor di Hamadi teman teman binaan kami yang antar ke rumah sakit,” katanya.

 Edward Agaki mengatakan, pihaknya terus mengajak masyarakat untuk melihat, serta mengantisipasi ancaman yang ada di lingkungan mereka. Supaya mereka sendiri bisa mengantisipasinya.

Baca Juga :  Berharap Bisa Audiens dengan DPRP

“Kalau kita lihat sungai sungai atau kali kali di kota Jayapura di hulu itu luas. Tetapi di muaranya itu mengalami penyempitan. Karena, ada bangunan mereka juga membuang sampah sembarang di kali tersebut sehingga ketika banjir mudah sekali terjadi di banjir,” katanya.

 Sementara itu dari data yang dihimpun dari berbagai sumber bahwa banjir yang cukup besar terakhir terjadi di Kota Jayapura 22 Februari lalu, dan ada 3 distrik yang terkena dampak yaitu Distrik Abepura, Pasar Yatefa, Komplek Organda, Komplek Puskopad Furia, Kotaraja Dalam, Komplek Otonom Kotaraja

Dan Distrik Heram, Perumnas IV, Komplek Organda, Distrik Jayapura Selatan, Komplek SMU 4, Komplek Thomas, Komplek PTC Entrop, Komplek Hamadi  Ketinggian banjir bervariasi antara 0.5 – 1,5 meter berdampak  1.300 KK mengalami bencana. (*/wen)

Tiga orang anak tengah menyaksikan air yang meluap di Kali Acai beberapa waktu lalu. Buang sampah sembarangan menjadi faktor penyebab banjir di Kota Jayapura (FOTO : Noel Wenda/Cenderawasih Pos )

Aktivis Lingkungan Tentang Banjir yang Kerap “Mengepung” Kota Jayapura 

Tak bisa dipungkiri kondisi Kota Jayapura saat ini sudah cukup mengkhawatirkan, hujan turun sebentar saja beberapa wilayah di Kota Jayapura sudah tergenang, apa yang sebenarnya terjadi dan bagaimana mencegah agar banjir tak semakin parah?

Laporan : Noel Wenda 

Bencana alam yang terjadi tanpa diundang dalam kehidupan masyarakat telah banyak memakan korban baik manusia dan  harta berda maka kehadiran bencana yang menjadi siklus tahunan perlu ada kesiapsiagaan masyarakat untuk tanggap dalam mengurangi risiko bencana.

Ya, aktivis lingkungan dari Kipra Papua Edward Agaki mengakui penimbunan muara kali, pembangunan bangunan tanpa IMB, ditambah dengan kesadaran masyarakat yang minim menjadi penyebab meningkatnya banjir. 

 Dikatakan, persoalan banjir  tahunan dan tiga tahunan sekali di kota Jayapura bukan saja kelalaian pemerintah tetapi dampak dari perilaku masyarakat yang membuang sampah sembarangan akhirnya mengakibatkan banjir. 

Baca Juga :  Otsus Belum Sepenuhnya Menjadi Obat

 Pihaknya juga mengajak LSM-LSM untuk menyuarakan mengenai lingkungan. Tetapi kendalanya masing-masing LSM berjalan dengan visinya. Sehingga minim sekali kami temukan orang yang membicarakan tentang lingkungan di Tanah Tabi khususnya kota Jayapura.

 Edward mengatakan, tahun lalu mereka bekerjasama dengan Oxfam. Tujuan Bekerja sama untuk memberikan penguatan ke empat kelurahan, Muara Tami, Gurabesi, Entrop, Koya Barat, dan di Hamadi.

 “Kami bersama Oxfam bentuk kelompok kecil. Kelompok tim siaga bencana. Kita mencoba memberikan penguatan kapasitas dan menyediakan peralatan-peralatan.  Kami sediakan mereka ini akan memberikan perhatian kepada lingkungan sekitar. Dan beberapa kali terjadi banjir di Kota Jayapura mereka ini yang turun duluan. Longsor di Hamadi teman teman binaan kami yang antar ke rumah sakit,” katanya.

 Edward Agaki mengatakan, pihaknya terus mengajak masyarakat untuk melihat, serta mengantisipasi ancaman yang ada di lingkungan mereka. Supaya mereka sendiri bisa mengantisipasinya.

Baca Juga :  Aparatur Kampung Tulang Punggung Pemerintah

“Kalau kita lihat sungai sungai atau kali kali di kota Jayapura di hulu itu luas. Tetapi di muaranya itu mengalami penyempitan. Karena, ada bangunan mereka juga membuang sampah sembarang di kali tersebut sehingga ketika banjir mudah sekali terjadi di banjir,” katanya.

 Sementara itu dari data yang dihimpun dari berbagai sumber bahwa banjir yang cukup besar terakhir terjadi di Kota Jayapura 22 Februari lalu, dan ada 3 distrik yang terkena dampak yaitu Distrik Abepura, Pasar Yatefa, Komplek Organda, Komplek Puskopad Furia, Kotaraja Dalam, Komplek Otonom Kotaraja

Dan Distrik Heram, Perumnas IV, Komplek Organda, Distrik Jayapura Selatan, Komplek SMU 4, Komplek Thomas, Komplek PTC Entrop, Komplek Hamadi  Ketinggian banjir bervariasi antara 0.5 – 1,5 meter berdampak  1.300 KK mengalami bencana. (*/wen)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya