MIMIKA – Kasus perundungan di salah satu sekolah yang berada di wilayah Distrik Wania, yakni sekolah Kalam Kudus yang terletak di Kampung Mawokau Jaya, beberapa waktu lalu menyita perhatian publik setelah adanya aksi unjuk rasa oleh keluarga korban, pada Senin, (13/10)
Plt Kepala Distrik Wania, Merlyn Temorubun turut angkat bicara dan mengambil langkah tegas menyikapi persoalan yang terjadi di wilayahnya itu. Dalam keterangan resminya, Selasa (14/10/2025), Merlyn menegaskan bahwa mengenai hal ini maka perlu adanya tindakan pencegahan dan penindakan terhadap perilaku bullying di sekolah.
Merlyn bahkan menerbitkan surat himbauan yang ditujukan kepada seluruh kepala-kepala sekolah di berbagai jenjang yang berada di wiayah Distrik Wania buntut kasus bullying itu. Di dalam surat itu, Merlyn menegaskan agar setiap sekolah dapat menjadikan persoalan ini sebagai atensi yang mestinya ditindaklanjuti secara tegas.
“Dalam rangka menciptakan lingkungan belajar yang aman, nyaman, dan mendukung perkembangan karakter peserta didik, maka bersama ini kami menghimbau kepada seluruh pihak sekolah untuk melakukan langkah-langkah nyata dalam mencegah serta menindak tegas segala bentuk perilaku bullying (perundungan) di lingkungan sekolah, baik yang dilakukan secara langsung maupun melalui media sosial,” demikian bunyi surat edaran tersebut.
Sementara itu, pada Senin, 13 Oktober 2025 sejumlah orang tua murid menggeruduk alah satu SMA swasta di Timika dan melakkan aksi unjuk rasa. Aksi ini juga turut dihadiri sejumlah keluarga korban.
Sejumlah poster bertuliskan “STOP BULLYING–Kami bukan monyet, kami manusia”. Poster lainnya bertuliskan “SOP Bullying di sekolah”. Ada juga poster yang bertuliskan “Ini tanah kami, bukan monyet”.
Setibanya di halaman Sekolah pengunjuk rasa pun langsung ditemui oleh Ketua Yayasan Kalam Kudus Cabang Timika, Pendeta (Pdt) Nining Lebang. Dalam aksi ini, massa juga menuntut agar pihak sekolah mengeluarkan guru yang merupakan wali kelas BL dan juga siswa-siswi yang melakukan tindakan perundungan terhadap korban.
Ibunda korban, Since Lokbere, saat sitemui wartawan usai demonstrasi mengatakan, kecewa dengan apa yang terjadi kepada anaknya. Since menyebutkan bahwa kejadian itu terjadi sekitar tanggal 10 Oktober 2025.