MIMIKA – Lembaga Masyarakat Adat Tsinga, Waa/Banti dan Aroanop (LMA-Tsingwarop) kini dihadapkan dengan berbagai macam ancaman, terutama dalam mempertahankan hak-hak masyarakat adat serta sumber daya alamnya di wilayah pegunungan Kabupaten Mimika.
Terlebih khusus nilai-nilai adat, ancaman demi ancaman zaman kian datang secara berkala, mengakibatkan nilai-nilai adat perlahan terengus.
Masalah ini menggerakkan kaum intelektual serta para tokoh yang tergabung dalam LMA-Tsingwarop menjadikannya sebagai atensi.
Ketua LMA-Tsingwarop, Litinus Niwilingame mengatakan, LMA-Tsingwarop menyiapkan strategi baik secara internal maupun secara eksternal guna menyikapi banyak hal yang terjadi di wilayah Tsingwarop.
“Karena tentunya semakin daerah itu berkembang maka semakin berkembang pula kepentingan perusahaan, perkembangan zaman, tentunya ada hal-hal positif tapi hal-hal negatif juga semakin besar,” jelasnya kepada wartawan saat ditemui usai kegiatan sosialisasi LMA-Tsingwarop di Hotel Horison Diana Timika.
Kata Litinus, di dalam kelembagaan LMA-Tsingwarop mengolaborasikan antara kaum intelektual, tokoh pemuda hingga tokoh-tokoh adat untuk melahirkan ide-ide cemerlang dalam mempertahankan serta menyelamatkan tatanan hidup masyarakat Tsingwarop dari berbagi kepentingan duniawi.
“Kami punya tujuan besar adalah di tengah-tengah ancaman itu sebagai masyarakat adat yang memiliki nilai adat berdiri kokoh, eksis dan mempertahankan nilai adat kami,” katanya.
Kedepan, kata Litinus pihaknya akan membangun kerja sama dengan semua pihak, baik pemerintah, PT Freeport Indonesia hingga stakeholder-stakeholder lainnya.
Ia juga berharap, semua pihak dapat bekerja sama untuk mempertahankan kearifan lokal di wilayah Tsingwarop. “Tidak hanya melihat orientasinya (uang-red) tapi nilai-nilai adat kami perlu untuk dipertahankan ditengah ancaman yang begitu hebat ini,” pungkasnya. (mww)
Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos
BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS https://www.myedisi.com/cenderawasihpos