Saturday, March 30, 2024
25.7 C
Jayapura

Sejatinya Pesantren Jadi Laboratorium Perdamaian

Upacara Pengibaran  bendera merah putih Hari Santri 2019,  dimana para penggerak bendera menggunakan  sarung sebagai  busana  khas santri di halaman Masjid  Raya Al-Aqsa Merauke, Selasa (22/10).  ( FOTO : Sulo/Cepos)

MERAUKE-  Hari Santri   Nasional  tahun 2019  diperingati  di halaman Masjid  Al-Aqsa Merauke,  Selasa (22/10) dengan mengusung tema,   Santri  Indonesia untuk perdamaian dunia. Bupati Merauke   Frederikus Gebze, SE, M.Si yang  menggunakan  sarung  saat bertindak sebagai Inspektur Upacara mengatakan, isu perdamaian diangkat berdasarkan fakta  bahwa sejatinya  pesantren adalah laboratorium perdamaian. 

  ‘’Isu perdamaian   ini diangkat berdasarkan  fakta  bahwa sejatinya  pesantren adalah laboratorium  perdamaian,’’ kata  bupati Frederikus  Gebze membacakan sambutan Menteri Agama  Republik Indonesia. 

  Pesantren, lanjutnya   merupakan tempat menyamai ajaran islam sebagai  Rahmatan-lil-alamin , Islam  ramah dan moderat dalam beragama. Sikap moderat dalam beragama, lanjutnya, sangat  penting dalam  masyarakat  yang   plural  dan multi kultural. “Dengan cara seperti inilah keagamaan dapat disikapi dengan bijak dan toleransi  dan keadilan  dapat terwujud,’’ katanya.       

   Dikatakan, semangat ajaran inilah  yang dapat menginspirasi santri  untuk berkontribusi  merawat perdamaian dunia. “Ada  beberapa alasan mengapa pesantren dikatakan  layak disebut laboratorium  perdamaian. Pertama, adanya kesadaran harmoni  beragama dan berbangsa.  Perlawanan  kultural di masa penjajahan,  perebutan kemerdekaan, pembentukan  dasar negara, tercetusnya resolusi jihad 1945 sampai hari ini komitmen  santri  sebagai pencinta tanah air  tidak kunjung pudar. Karena  mereka masih berpegang  pada kaidah cintai tanah air  sebagai bagian dari iman,’’ terangnya. 

Baca Juga :  Sehari,  3 Parpol Daftar Bacaleg  ke KPU Merauke 

   Sementara itu,   Ketua Nahdatul Ulama  Kabupaten Merauke A. Riduwan,  S.Sos, M.Pd menjelaskan  bahwa  peringatan  Santri  yang digelar ini  merupakan yang kedua kalinya  setelah dilaksanakan  tahun 2018 lalu.  “Kami yang diberikan  tanggung jawab dari  Kementerian Agama Pusat maupun PBNU  Jakarta  melaksanakan  peringatan  hari Santri 2019 ini.   Kemarin, kami sudah melaksanakan  istiqosah akbar  di Masjid Raya  Al-Aqsa Merauke dengan peserta   lebih  dari 900 orang   dilanjutkan dengan pembacaaan salawat  Narawiah yang dibaca 1 miliar  seluruh Indonesia danm untuk  Merauke sampai  tadi malam itu sudah  mencapai 235.000 salawat Narawiah yang bertujuan untuk keselamatan bangsa Indonesia terutama di Papua yang baru-baru dilanda kerusuhan dan berbagai konflik yang berbeda-beda.  Mudah-mudahan seluruh konflik  tersebut segera berakhir   terutama di  Papua,’’ katanya.  

Baca Juga :  Danrem Sambangi Pasukan di Daerah Rawan

  Ia  juga  berharap  dengan hari santri  tersebut dapat mengetuk  hati semua orang  bahwa sesungguhnya di tangan santrilah bangsa Indonesia dan di tangan santri   karena   Indonesia  yang besar. ‘’Maka dibutuhkan   orang-orang Indonesia yang punya iman dan takwa. bukan hanya orang-orang pintar. Orang pintar kalau tidak benar, akan merusak  negeri ini. Yang dibutuhkan adalah      orang yang beriman dan bertaqwa   maka insya Allah akan benar. Nahdatul Ulama siap membina generasi muda Nahdatul Ulama    dalam rangka menjaga NKRI ini,’’ pungkasnya. (ulo/tri)  

Upacara Pengibaran  bendera merah putih Hari Santri 2019,  dimana para penggerak bendera menggunakan  sarung sebagai  busana  khas santri di halaman Masjid  Raya Al-Aqsa Merauke, Selasa (22/10).  ( FOTO : Sulo/Cepos)

MERAUKE-  Hari Santri   Nasional  tahun 2019  diperingati  di halaman Masjid  Al-Aqsa Merauke,  Selasa (22/10) dengan mengusung tema,   Santri  Indonesia untuk perdamaian dunia. Bupati Merauke   Frederikus Gebze, SE, M.Si yang  menggunakan  sarung  saat bertindak sebagai Inspektur Upacara mengatakan, isu perdamaian diangkat berdasarkan fakta  bahwa sejatinya  pesantren adalah laboratorium perdamaian. 

  ‘’Isu perdamaian   ini diangkat berdasarkan  fakta  bahwa sejatinya  pesantren adalah laboratorium  perdamaian,’’ kata  bupati Frederikus  Gebze membacakan sambutan Menteri Agama  Republik Indonesia. 

  Pesantren, lanjutnya   merupakan tempat menyamai ajaran islam sebagai  Rahmatan-lil-alamin , Islam  ramah dan moderat dalam beragama. Sikap moderat dalam beragama, lanjutnya, sangat  penting dalam  masyarakat  yang   plural  dan multi kultural. “Dengan cara seperti inilah keagamaan dapat disikapi dengan bijak dan toleransi  dan keadilan  dapat terwujud,’’ katanya.       

   Dikatakan, semangat ajaran inilah  yang dapat menginspirasi santri  untuk berkontribusi  merawat perdamaian dunia. “Ada  beberapa alasan mengapa pesantren dikatakan  layak disebut laboratorium  perdamaian. Pertama, adanya kesadaran harmoni  beragama dan berbangsa.  Perlawanan  kultural di masa penjajahan,  perebutan kemerdekaan, pembentukan  dasar negara, tercetusnya resolusi jihad 1945 sampai hari ini komitmen  santri  sebagai pencinta tanah air  tidak kunjung pudar. Karena  mereka masih berpegang  pada kaidah cintai tanah air  sebagai bagian dari iman,’’ terangnya. 

Baca Juga :  Semprot Disinfektan, Ratusan Relawan Diturunkan

   Sementara itu,   Ketua Nahdatul Ulama  Kabupaten Merauke A. Riduwan,  S.Sos, M.Pd menjelaskan  bahwa  peringatan  Santri  yang digelar ini  merupakan yang kedua kalinya  setelah dilaksanakan  tahun 2018 lalu.  “Kami yang diberikan  tanggung jawab dari  Kementerian Agama Pusat maupun PBNU  Jakarta  melaksanakan  peringatan  hari Santri 2019 ini.   Kemarin, kami sudah melaksanakan  istiqosah akbar  di Masjid Raya  Al-Aqsa Merauke dengan peserta   lebih  dari 900 orang   dilanjutkan dengan pembacaaan salawat  Narawiah yang dibaca 1 miliar  seluruh Indonesia danm untuk  Merauke sampai  tadi malam itu sudah  mencapai 235.000 salawat Narawiah yang bertujuan untuk keselamatan bangsa Indonesia terutama di Papua yang baru-baru dilanda kerusuhan dan berbagai konflik yang berbeda-beda.  Mudah-mudahan seluruh konflik  tersebut segera berakhir   terutama di  Papua,’’ katanya.  

Baca Juga :  SMK Negeri Kesehatan Hadir di Merauke

  Ia  juga  berharap  dengan hari santri  tersebut dapat mengetuk  hati semua orang  bahwa sesungguhnya di tangan santrilah bangsa Indonesia dan di tangan santri   karena   Indonesia  yang besar. ‘’Maka dibutuhkan   orang-orang Indonesia yang punya iman dan takwa. bukan hanya orang-orang pintar. Orang pintar kalau tidak benar, akan merusak  negeri ini. Yang dibutuhkan adalah      orang yang beriman dan bertaqwa   maka insya Allah akan benar. Nahdatul Ulama siap membina generasi muda Nahdatul Ulama    dalam rangka menjaga NKRI ini,’’ pungkasnya. (ulo/tri)  

Berita Terbaru

Artikel Lainnya