Monday, May 19, 2025
22 C
Jayapura

Pemalangan Berulang-Ulang  Membuat Psikis Anak Terganggu

MERAUKE  Kepala Sekolah SMA Negeri 3 Merauke Dra. Benedikta Sri Lestari Kelanit mengakui, pemalangan yang  terjadi terhadap sekolahnya membuat anak-anak atau pelajar mengalami gangguan pysikis. ‘’Adanya pemalangan sekolah berdampak pada anak-anak.  anak-anak merasa tidak nyaman dan itu membuat pysikis mereka terganggu,’’ kata Benedikta Sri Lestari Kelanit, ketika ditemui media ini di ruang kerjanya, Jumat (16/5).

   Benedikta menjelaskan, sejak bertugas di SMAN 3 Merauke sebagai kepala sekolah, pemalangan  yang terjadi ini  merupakan yang kedua kalinya. Belrum termasuk pemalangan yang terjadi sebelum bertugas di sekolah tersebut.

‘’Kemarin itu, sekolah sudah dipalang sebelum jam 6 pagi. Sementara anak-anak sudah datang setengah 7 pagi.  Sekolah baru bisa dibuka sekira pukul 09.30 WIT,’’ kata dia.

Baca Juga :  Guru dan Kepsek Tak Ditempat Tugas, Disdik akan Tahan Gaji

Saat palang sekolah sudah dibuka, sebagian anak-anak tersebut  sudah tidak ada dan menyebar kemana-mana. ‘’Kalau langsung pulang ke rumah tidak masalah. Tapi persoalannya, ada yang ke pantai dan tempat lainnya. Padahal orang tua mereka tahunnya bahwa mereka ada di sekolah dan menjadi tanggung jawab kami pihak sekolah,’’ jelasnya.

Soal status tanah tersebut, Benedikta Kelanit menjelaskan bahwa  untuk sertifikat tanah masih ditelusuri ke Provinsi Papua. Namun dokumen lainnya  terkait dengan pembelian tanah sekolah tersebut masih lengkap.

‘’Lahan sekolah ini sebenarnya sudah dijual oleh orang tua dari yang datang palang.

MERAUKE  Kepala Sekolah SMA Negeri 3 Merauke Dra. Benedikta Sri Lestari Kelanit mengakui, pemalangan yang  terjadi terhadap sekolahnya membuat anak-anak atau pelajar mengalami gangguan pysikis. ‘’Adanya pemalangan sekolah berdampak pada anak-anak.  anak-anak merasa tidak nyaman dan itu membuat pysikis mereka terganggu,’’ kata Benedikta Sri Lestari Kelanit, ketika ditemui media ini di ruang kerjanya, Jumat (16/5).

   Benedikta menjelaskan, sejak bertugas di SMAN 3 Merauke sebagai kepala sekolah, pemalangan  yang terjadi ini  merupakan yang kedua kalinya. Belrum termasuk pemalangan yang terjadi sebelum bertugas di sekolah tersebut.

‘’Kemarin itu, sekolah sudah dipalang sebelum jam 6 pagi. Sementara anak-anak sudah datang setengah 7 pagi.  Sekolah baru bisa dibuka sekira pukul 09.30 WIT,’’ kata dia.

Baca Juga :  43 SMP/MTS Laksanakan Ujian dengan Kurikulum 13

Saat palang sekolah sudah dibuka, sebagian anak-anak tersebut  sudah tidak ada dan menyebar kemana-mana. ‘’Kalau langsung pulang ke rumah tidak masalah. Tapi persoalannya, ada yang ke pantai dan tempat lainnya. Padahal orang tua mereka tahunnya bahwa mereka ada di sekolah dan menjadi tanggung jawab kami pihak sekolah,’’ jelasnya.

Soal status tanah tersebut, Benedikta Kelanit menjelaskan bahwa  untuk sertifikat tanah masih ditelusuri ke Provinsi Papua. Namun dokumen lainnya  terkait dengan pembelian tanah sekolah tersebut masih lengkap.

‘’Lahan sekolah ini sebenarnya sudah dijual oleh orang tua dari yang datang palang.

Berita Terbaru

Artikel Lainnya

/