‘’Kalau standar IPK yang diberikan hanya 2,5, itu bagi saya, saya bisa katakan bahwa itu pelecehan bagi kita orang Papua. Karena dengan dana Otsus ini, harapannya, kita dapat menghasilkan outcome intelektual orang asli Papua yang kompetitif dan mampu menjadi kompetitor-kompetitor hebat,’’ jelasnya.
Menurutnya, jika standar IPK pemberian bantuan beasiswa tersebut sangat rendah, maka akan membuat anak-anak tersebut menjadi anak-anak yang manja, tidak ada usaha untuk belajar. Bukan menjadi anak petarung.
‘’Dia harus menjadi anak-anak yang petarung. Karena eranya sekarang sudah beda dengan masa lalu. Kalau menjadi mahasiswa yang manja, maka nantinya tidak mampu berkompetesi di dunia kerja,’’ pungkasnya. (ulo/wen)
Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos
BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOSÂ https://www.myedisi.com/cenderawasihpos
‘’Kalau standar IPK yang diberikan hanya 2,5, itu bagi saya, saya bisa katakan bahwa itu pelecehan bagi kita orang Papua. Karena dengan dana Otsus ini, harapannya, kita dapat menghasilkan outcome intelektual orang asli Papua yang kompetitif dan mampu menjadi kompetitor-kompetitor hebat,’’ jelasnya.
Menurutnya, jika standar IPK pemberian bantuan beasiswa tersebut sangat rendah, maka akan membuat anak-anak tersebut menjadi anak-anak yang manja, tidak ada usaha untuk belajar. Bukan menjadi anak petarung.
‘’Dia harus menjadi anak-anak yang petarung. Karena eranya sekarang sudah beda dengan masa lalu. Kalau menjadi mahasiswa yang manja, maka nantinya tidak mampu berkompetesi di dunia kerja,’’ pungkasnya. (ulo/wen)
Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos
BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOSÂ https://www.myedisi.com/cenderawasihpos