MERAUKE– Kabupaten Merauke kembali akan dikembangkan sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). Wacana itu menjadi salam satu pembahasan dalam rapat internal antara Presiden Jokowi, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartanto dan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimulhono di Istana Merdeka, Sel;asa (10/10/2023).
Pj Gubernur Papua Selatan Prof. Dr. Ir.Apolo Safanpo, ST, MT, dikonfirmasi membenarkan wacana pengembangan Merauke sebagai Kawasan Ekonomi Khusus tersebut. Mantan Rektor Uncen ini berharap, rencana pemerintah untuk menjadikan Papua Selatan sebagai Kawasan Ekonomi Khusus betul-betul dapat diwujudkan.
Alasannya, kata Apolo Safanpo karena Papua Selatan memiliki potensi untuk pengembangan ekonomi khusus tersebut.
‘’Kita harap itu bisa dilakukan. Karena kita punya potensi memang sangat besar untuk daerah kita dikembangkan menjadi kawasan ekonomi khusus,’’ terangnya.
Namun lanjut dia, ada beberapa langkah yang harus dilakukan, misalnya untuk peternakan. Dimana biaya terbesar untuk bisnis petermakan ada di pakan. Hanya 30 persen ada pada bibit dan kandang ayam.
‘’Karena bibit kita hanya beli satu kali dan kandang kita buat satu kali. Tapi pakannya ini yang kita harus kasih makan setiap hari. Sementara 70 persen dari pakan itu kita beli diluar. Di Sulawesi dan Jawa,’’ katanya.
Jika pakan ternak ayam tersebut dapat diproduksi sendiri di Merauke maka uang 70 persen yang keluar selama ini akan beredar di Merauke. Untuk membuat pakan ternak ayam tersebut, sekitar 70 persen berasal dari Jagung. Sementara 30 persen dari bahan lain.
‘’Potensi pengembangan jagung di kita itu sangat besar. Hanya selama ini tidak berkembang karena pasarnya. Kalau kita bisa buat pakan ayam disini, maka petani jagung akan berkembang disini. Karena potensi ini sangat besar maka kita harus melakukan langkah-langkah supaya 70 persen uang itu tidak keluar tapi beredar di masyarakat kita di Papua Selatan,’’ jelasnya.
Begitu juga dengan pertanian, dimana lahan pertanian di Indonesia setiap tahunnya berkurang sekitrar 110.000 hektar karena adanya pengembangan infrastruktur baik jalan, perumahan perkantoran dan sebagainya yang mengakibatkan produksi beras menurun.
‘’Karena itu, kalau kita hanya intensifikasi, mengelo padi dengan lahan yang ada, itu tidak akan menambah jumlah. Kalau kita menambah produksi maka kita harus melakukan ekstensifikasi dan peningkatan tanamnya. Misalnya, dalam setahun hanya panen 2 kali, maka bisa ditingkatkan panen 3-4 kali setahun,’’ jelasnya. (ulo)