![](http://cenderawasihpos.co.id/wp-content/uploads/2020/12/Foto-A-3-atas-2-768x1024.jpg)
MERAUKE – Dalam 2 bulan terakhir ini, jumlah Anak Buah Kapal (ABK) Nelayan yang meninggal cukup tinggi. Dokter Kesehatan (Dokkes) Polres Merauke dr. Rahmadani mengungkapkan, di bulan November 2020 jumlah ABK nelayan yang meninggal dunia sebanyak 4 orang.
Sementara di bulan Desember ini sudah ada 2 orang, sehingga dalam 2 bulan terakhir ini totalmya sudah mencapai 6 orang. Dokter Rahmadani menjelaskan, ABK Nelayan yang meninggal tersebut rata-rata karena sakit.
Dokter Rahmadani mengaku belum mengetahui secara pasti penyebab kematian dari ABK tersebut. Sebab, ada yang tidak memiliki riwayat sakit tapi tiba-tiba meninggal dunia. “Ada yang tidak punya riwayat sakit tapi tiba-tiba meninggal dunia,” katanya.
Hanya saja, lanjut Rahmadani, untuk mengetahui secara pasti penyebab kematian dari ABK tersebut harus dilakukan otopsi. “Hanya saja, pihak keluarga menolak dilakukan otopsi, sehingga yang dilakukan hanya pemeriksaan luar atau visum terhadap jenazah,’’ katanya.
Dari visum yang dilakukan terhadap jenazah-jenazah tersebut tidak ditemukan adanya tanda kekerasan di tubuh dari para jenazah ABK tersebut. ‘’Curiganya memang karena penyakit. Hanya itu hanya dicurigai saja. Tapi untuk membuktikan sebenarnya harus dilakukan bedah mayat,” jelasnya.
Apalagi ada yang meninggal tersebut ada yang umurnya masih sangat muda sekitar 20-an. Kematian para nelayan tersebut kata dokter Rahmadani, tidak diketahui apa ada kaitannya dengan masalah jam kerja yang mungkin berlebihan diatas kapal atau tracing saat naik kapal tidak ketat. “Harusnya dari awal itu, riwayat penyakitnya benar-benat diselidiki dengan baik,’’ tandasnya.
Apalagi jika para ABK tersebut sudah kerja berat dan saat istirahat tidak digunakan dengan baik namun digunakan main HP. Kemudian soal makanan di atas kapal yang kemungkinan lebih banyak makan mie instan. “Kemarin memang sudah kita pertemuan dengan KKP dan dipanggil semua pemilik kapal, sekitar akhir 2019. Dalam pertemuan itu, mereka rata-rata mengatakan bahwa scraning sebelum naik kapal itu ada. Tapi, kita menemukan banyak yang meninggal,” tandasnya. (ulo/tri)