Thursday, March 28, 2024
26.7 C
Jayapura

Uskup Mandagi: Stop Gunakan Ayat-Ayat Suci untuk Berpolitik!

Uskup Administrator Apostolik Keuskupan  Agung Merauke Mgr. Petrus Canisus   Mandagi, MSC, didampingi  para tokoh agama  Islam, Protestan, Hindu dan Budha  saat menggelar  jumpa pers seusai  coffee morning,  di Rumah Uskup Keuskupan  Agung Merauke,   Senin (9/3). ( FOTO: Sulo/Cepos  )

MERAUKE- Suhu politik di Kabupaten Merauke  dalam rangka menghadapi   tahapan pemilihan kepala daerah  (Pilkada) mulai terasa memanas.    Terkait  dengan itu  Uskup Administrator  Apostolik  Keuskupan  Agung Merauke Mgr. Petrus Canisus   Mandagi, MSC, mengumpulkan  seluruh  tokoh agama agama   yang ada di  Kabupaten Merauke  untuk  coffee  morning  di  Kantor  Keuskupan   Agung Merauke. 

   Tampak Ketua  MUI Kabupaten, Ketua   Klasis GKI  Kabupaten Merauke, tokoh agama Hindu dan Budha  serta perwakilan  pengurus  Klasis GPI Merauke.  Kepada wartawan   di  Merauke, Uskup  Petrus  Canisius Mandagi  menjelaskan bahwa   Pilkada  hanya  satu kali  dalam setiap 5 tahun.   

  “Jangan karena  Pilkada  membuat   kita berkelahi,’’ tandas Mandagi yang juga sebagai Uskup  Amboina tersebut.

   Menurut pemimpin Gereja Katolik Keuskupan Agung  Merauke yang  meliputi  Kabupaten Merauke, Boven Digoal dan Mappi ini,   pilkada  digelar untuk mencari pemimpin.    Jangan sampai  mencari pemimpin  justru rakyat  yang berkelahi. 

Baca Juga :  Di Merauke, Polisi Amankan Ratusan Liter Saguer 

  “Jangan kita yang jadi bodoh,  dalam artikarena Pilkada,  kita bakar sana sini. Mahal itu perdamaian. Mahal itu kerukunan. Kita harus jaga. Karena itu saya minta kepada rakyat, boleh     kita  bersaing  silakan, karena negara kita  negara demokrasi  boleh bersaing untuk mendapatkan seorang pemimpin. Tapi, dalam persaingan itu jangan terjadi perpecahan. Karena yang   akan korban  adalah kita rakyat. Jadi jangan berkelahi,’’ tandas  Uskup  Petrus Canisus Mandagi.  

    Uskup mengimbau  agar   jangan membiarkan   para calon menggunakan agama  dalam mencapai  tujuannya. “Kalau  mereka sudah mulai menggunakan ayat-ayat suci   agama bilang stop. Tidak ada ayat  suci yang menghancurkan kelompok  lain. Karena ayat suci itu adalah ayat  yang membawa  damai.  Karena sering kali mencabut teks  dari konteks. Itu bahaya. Orang yang     hanya tahu agama sedikit-sedikit, sudah bilang  pastor,  pendeta dan ustad. Itu banyak. Yang penting banyak omong kosong dan  dapat duit,’’ tandas Uskup Mandagi yang dikenal    ceplas ceplos  ini. 

Baca Juga :  DLH Bersihkan Sisa-sisa  Pot Bunga

   Menurut   Uskup Petrus Canisius  Mandaghi,  dalam  coffee  morning  tersebut, seluruh tokoh agama yang ada   sepakat  keluarkan imbauan  bahwa  dalam Pilkada    sekarang boleh bersaing  dan  dipersilakan   karena  demokrasi sudah demikian. Tapi, jangan  karena persaingan  sehingga terjadi perpecahan. Ia juga mengimbau kepada    calon-calon   untuk ukur diri.  

  “Kalau memang tidak bisa sudahlah. Jangan jual tanah dan jual diri. Jual keluarga  dan  kalau tidak jadi akhirnya jadi gila. Banyak yang seperti itu dan  akhirnya masuk rumah sakit,’’ katanya.    

   Menurut Uskup Mandagi, para calon   tersebut harus  mengukur kemampuan. ‘’Dalam   Pilkada, ada etika. Jangan     ber-money politic, bayar suara.   Dan jangan  saling  membunuh karakter lawan.  Dan kalau menang  jangan terlalu  eforia. Kalau memang, rangkullah yang kalah,”tambahnya. (ulo/tri)   

Uskup Administrator Apostolik Keuskupan  Agung Merauke Mgr. Petrus Canisus   Mandagi, MSC, didampingi  para tokoh agama  Islam, Protestan, Hindu dan Budha  saat menggelar  jumpa pers seusai  coffee morning,  di Rumah Uskup Keuskupan  Agung Merauke,   Senin (9/3). ( FOTO: Sulo/Cepos  )

MERAUKE- Suhu politik di Kabupaten Merauke  dalam rangka menghadapi   tahapan pemilihan kepala daerah  (Pilkada) mulai terasa memanas.    Terkait  dengan itu  Uskup Administrator  Apostolik  Keuskupan  Agung Merauke Mgr. Petrus Canisus   Mandagi, MSC, mengumpulkan  seluruh  tokoh agama agama   yang ada di  Kabupaten Merauke  untuk  coffee  morning  di  Kantor  Keuskupan   Agung Merauke. 

   Tampak Ketua  MUI Kabupaten, Ketua   Klasis GKI  Kabupaten Merauke, tokoh agama Hindu dan Budha  serta perwakilan  pengurus  Klasis GPI Merauke.  Kepada wartawan   di  Merauke, Uskup  Petrus  Canisius Mandagi  menjelaskan bahwa   Pilkada  hanya  satu kali  dalam setiap 5 tahun.   

  “Jangan karena  Pilkada  membuat   kita berkelahi,’’ tandas Mandagi yang juga sebagai Uskup  Amboina tersebut.

   Menurut pemimpin Gereja Katolik Keuskupan Agung  Merauke yang  meliputi  Kabupaten Merauke, Boven Digoal dan Mappi ini,   pilkada  digelar untuk mencari pemimpin.    Jangan sampai  mencari pemimpin  justru rakyat  yang berkelahi. 

Baca Juga :  Bupati Setujui Citilink Masuk Merauke 

  “Jangan kita yang jadi bodoh,  dalam artikarena Pilkada,  kita bakar sana sini. Mahal itu perdamaian. Mahal itu kerukunan. Kita harus jaga. Karena itu saya minta kepada rakyat, boleh     kita  bersaing  silakan, karena negara kita  negara demokrasi  boleh bersaing untuk mendapatkan seorang pemimpin. Tapi, dalam persaingan itu jangan terjadi perpecahan. Karena yang   akan korban  adalah kita rakyat. Jadi jangan berkelahi,’’ tandas  Uskup  Petrus Canisus Mandagi.  

    Uskup mengimbau  agar   jangan membiarkan   para calon menggunakan agama  dalam mencapai  tujuannya. “Kalau  mereka sudah mulai menggunakan ayat-ayat suci   agama bilang stop. Tidak ada ayat  suci yang menghancurkan kelompok  lain. Karena ayat suci itu adalah ayat  yang membawa  damai.  Karena sering kali mencabut teks  dari konteks. Itu bahaya. Orang yang     hanya tahu agama sedikit-sedikit, sudah bilang  pastor,  pendeta dan ustad. Itu banyak. Yang penting banyak omong kosong dan  dapat duit,’’ tandas Uskup Mandagi yang dikenal    ceplas ceplos  ini. 

Baca Juga :  Pemkab Alokasikan Anggaran Rp 40 Milliar Tangani Corona

   Menurut   Uskup Petrus Canisius  Mandaghi,  dalam  coffee  morning  tersebut, seluruh tokoh agama yang ada   sepakat  keluarkan imbauan  bahwa  dalam Pilkada    sekarang boleh bersaing  dan  dipersilakan   karena  demokrasi sudah demikian. Tapi, jangan  karena persaingan  sehingga terjadi perpecahan. Ia juga mengimbau kepada    calon-calon   untuk ukur diri.  

  “Kalau memang tidak bisa sudahlah. Jangan jual tanah dan jual diri. Jual keluarga  dan  kalau tidak jadi akhirnya jadi gila. Banyak yang seperti itu dan  akhirnya masuk rumah sakit,’’ katanya.    

   Menurut Uskup Mandagi, para calon   tersebut harus  mengukur kemampuan. ‘’Dalam   Pilkada, ada etika. Jangan     ber-money politic, bayar suara.   Dan jangan  saling  membunuh karakter lawan.  Dan kalau menang  jangan terlalu  eforia. Kalau memang, rangkullah yang kalah,”tambahnya. (ulo/tri)   

Berita Terbaru

Artikel Lainnya