Friday, May 17, 2024
28.7 C
Jayapura

Gunakan Bahan Pengawet Berbahaya, Harus Diuji

MERAUKE- Di bulan Ramadan saat ini, banyak takjil yang dijajakan sebagai pembuka puasa. Untuk mengantisipasi kemungkinan adanya bahan pengawet yang berbahaya tersebut, maka pengawasan sangat diperlukan. 

Kepala Badan Pemeriksaan Obat dan Makanan Merauke, Tinje Merimon menjelaskan, untuk mengetahui adanya bahan pengawet atau pewarna berbahaya yang digunakan tidak bisa ditentukan secara kasat mata, tapi harus diuji.

‘’Untuk menentukan apakah suatu makanan menggunakan pegawet atau pewarna yang berbahaya, tidak bisa dilakukan secara kasat mata, tapi harus lewat pengujian. Tanpa itu tidak bisa,’’ kata Tince Merimon saat dihubungi  lewat telpon selulernya  yang saat ini sedang berada di Jayapura, Rabu (6/4).

Baca Juga :  Kapolres Panen Raya di Kebun Cabe

   Dikatakan, pihaknya sudah mulai melakukan pengawasan dimana untuk setiap minggunya, pihaknya menjadwalkan satu kali turun lapangan untuk mengambil sampel takjil yang sedang dijual para pedagang yang kebanyakan dadakan  tersebut.

Dikatakan, untuk  pewarna biasanyanya menggunakan pewarna kain dan itu berbahaya bagi kesehatan karena merupakan sat kimia. Kemudian untuk pangan daging dan ikan biasanya menggunakan formalin. Sedangkan untuk bakso mie menggunakan borax.

‘’Sudah ada jenis pangan dengan indikasi bahan tambahan yang dilarang. Sekali lagi, kalau secara kasat mata tidak bisa ditentukan tapi harus tetap diuji,’’   terangnya.

Selama ini, tambah dia, belum ditemukan adanya penggunaan bahan berbahaya  tersebut dalam pembuatan  takjil. Namun begitu, pihaknya harus tetap mewaspadai dengan melakukan pemeriksaan melalui uji lapangan takjil-takjil tersebut. (ulo/tho)   

Baca Juga :  Pemkab Siapkan Gedung Keuskupan Cikombong Untuk Karantina

MERAUKE- Di bulan Ramadan saat ini, banyak takjil yang dijajakan sebagai pembuka puasa. Untuk mengantisipasi kemungkinan adanya bahan pengawet yang berbahaya tersebut, maka pengawasan sangat diperlukan. 

Kepala Badan Pemeriksaan Obat dan Makanan Merauke, Tinje Merimon menjelaskan, untuk mengetahui adanya bahan pengawet atau pewarna berbahaya yang digunakan tidak bisa ditentukan secara kasat mata, tapi harus diuji.

‘’Untuk menentukan apakah suatu makanan menggunakan pegawet atau pewarna yang berbahaya, tidak bisa dilakukan secara kasat mata, tapi harus lewat pengujian. Tanpa itu tidak bisa,’’ kata Tince Merimon saat dihubungi  lewat telpon selulernya  yang saat ini sedang berada di Jayapura, Rabu (6/4).

Baca Juga :  Seorang Mucikari Dibekuk   

   Dikatakan, pihaknya sudah mulai melakukan pengawasan dimana untuk setiap minggunya, pihaknya menjadwalkan satu kali turun lapangan untuk mengambil sampel takjil yang sedang dijual para pedagang yang kebanyakan dadakan  tersebut.

Dikatakan, untuk  pewarna biasanyanya menggunakan pewarna kain dan itu berbahaya bagi kesehatan karena merupakan sat kimia. Kemudian untuk pangan daging dan ikan biasanya menggunakan formalin. Sedangkan untuk bakso mie menggunakan borax.

‘’Sudah ada jenis pangan dengan indikasi bahan tambahan yang dilarang. Sekali lagi, kalau secara kasat mata tidak bisa ditentukan tapi harus tetap diuji,’’   terangnya.

Selama ini, tambah dia, belum ditemukan adanya penggunaan bahan berbahaya  tersebut dalam pembuatan  takjil. Namun begitu, pihaknya harus tetap mewaspadai dengan melakukan pemeriksaan melalui uji lapangan takjil-takjil tersebut. (ulo/tho)   

Baca Juga :  Di Tapal Batas, Satgas Yonif 725/Woroagi Amankan Ratusan Botol Miras Ilegal

Berita Terbaru

Artikel Lainnya