MERAUKE – Pemantauan hilal yang dilakukan Kanwil Kementrian Agama Provinsi Papua kerja sama dengan Balai V BMKG Papua dan Ormas Islam dalam rangka menentukan 1 Ramadan atau bulan puasa digelar di Pantai Lampu Satu, Kelurahan Samkai Merauke, Jumat (1/4) sore kemarin. Hanya saja, dalam pemantauan ini belum hilal karena posisi pemantauan Hilal tertutup awan.
“Pemantauan hilal sore ini dilakukan di Lampu Satu Merauke dengan titik koordinat 8 derajat 30 menit 00 detik Lintas Selatan (LS), kemudian Bujur Timur 140 derajat 22 menit, 12 detik. Ketinggian tempat jatuhnya hilal ini 2 meter,”kata Ketua Tim Falakiyah Kanwal Kementrian Agama Provinsi Papua DR H. Husnul Yakin, SHI, setelah pengamatan hilal tersebut.
  Dikatakan, menurut perhitungan hisab, titik perhitungan koordinat di Merauke menunjukan bahwasanya 1 derajat 19 menit 37 detik. “Tapi dari pengamatan yang kita lakukan, hilal tidak tampak karena ada mendung.
Kelihatannya tempat ini sedikit agak cerah tapi di tempat matahari terbenam, ada mendung yang begitu tebal. Karena itu, kami menyampaikan kepada semua Ormas dan kepada sidang Isbath yang dilakukan Kementrian Agama Republik Indonesia bahwa kami tidak berhasil melihat hilal,”katanya.
Karena itu, lanjut Husnul Yakin untuk penentuan awal bulan Ramadan tersebut masih menunggu hasil sidang Isbath yang dilakukan pemerintah lewat Kementrian Agama Republik Indonesia.
Dari pihak Balai Besar BMKG Jayapura mengakui, dari pengamatan hilal yang dilakukan sejak 2018 di Merauke, belum pernah berhasil melihat hilal. Namun Husnul Yakin menjelaskan, dari seluruh tempat di Papua, sebenarnya Merauke tempat strategis untuk pengamatan hilal tersebut. Karena topografinya rata dan tidak ada gunung.
“Dari beberapa tempat kita melakukan pengamatan mulai dari Biak, kemudian pindah ke Jayapura, sebenarnya Merauke ini tempatnya strategis karena tidak ada gunung,” jelasnya.
Hanya saja, belum pernah berhasil melihat hilal. Kabid Haji dan Binmas islam Kanwil Kementerian Agama Provinsi Papua H. Musa Narwawan S. Ag, MM, menyampaikan pesan dari Kepala Kanwil Kementerian Agama Provinsi Papua agar pengamatan rukyat/hilal tersebut dilakukan sebaik-baiknya untuk menghindari kegaduhan atau pertanyaan-pertanyaan yang datang dari umat khususnya Umat Islam, kapan datangnya bulan Ramadan tersebut.
 Musa Narwawan menjelaskan, dua Ormas besar selalu berbeda setiap tahunnya dalam penentuan 1 Ramadan.
“Kementrian Agama hadir untuk mencari solusi dengan melakukan rukyat sebagai instansi pembina di lingkungan Ormas besar yang ada di Indonesia. Salah satunya untuk menyamakan satu persepsi adalah dengan kita melakukan rukyat/hilal ini di seluruh Indonesia,” jelasnya.
Iapun meminta kepada seluruh Umat Islam yang ada di Papua untuk menunggu hasil sidang Isbath dari Kementrian Agama Republik Indonesia dalam penentuan 1 Ramadan tersebut.”Kalau hasil sidang Isbathnya Sabtu besok (hari ini, red) mulai puasa, maka malam ini kita mulai taraweh,” tandasnya.
Namun diakui Musa Narwawan bahwa untuk Ormas Muhammadya, sudah ditentukan oleh pimpinan pusat bahwa 1 Ramadan jatuh pada 2 April 2022. Sehingga Jumat malam (kemarin. Malam) sudah mulai taraweh.
” Tapi perbedaan itu bukan sebuah penghalang untuk kita melakukan ibadah kepada Allah SWT, karena perbedaan adalah rahmat. Melaksanakan mulai 2 April adalah benar tapi juga yang melaksanakan mulai 3 April adalah besar. Semuanya benar. Yang tidak benar itu kalau tidak melaksanakan puasa,”pungkasnya. (ulo/tho)