Site icon Cenderawasih Pos

Tertinggi Angka Stunting, Supiori Mulai Petakan Masalah

Hengky Mandosir (foto:Ismail/Cenderawasih Pos)

SUPIORI-Setelah ditetapkan sebagai wilayah yang memiliki angka stunting tertinggi di wilayah Provinsi Papua tahun 2023, Pemerintah Kabupaten Supiori langsung tancap  gas memperbaiki dan melakukan penanganan langsung kesasaran.

Plt Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Supiori Hengky Mandosir menjelaskan penanganan secara massif dan terstruktur perlu dilakukan. Tidak hanya melibatkan pemerintah daerah, tetapi juga perhatian dari pihak-pihak lainnya.

Hengky Mandosir juga mengapresiasi Bank Papua, Kodim 1708/BN dan juga pihak Kejaksaan Negeri Biak, yang memberikan perhatian terhadap angka stunting dengan melakukan berbagai kegiatan penanganan secara langsung.

Mendatangi beberapa puskesmas dan langsung memberikan paket-paket bantuan makanan tambahan, serta sosialisasi, kepada masyarakat kampung disana. “Sampai hari ini kita sudah berhasil menurunkan ke angka 3%, dan itu diapresiasi oleh Satgas Penangan Percepatan Stunting di Provinsi Papua. Makanya kita harus cari lagi ke puskesmas, pustu-pustu. Tahun ini kita turunkan lagi hingga ke 5%,” imbuh Hengky Mandosir, saat ditemui di Biak, belum lama ini.

Di tahun 2023 menurut Mandosir yang juga menjabat sebagai Asisten I Setda Supiori itu, angka penderita stunting di Supiori mencapai 265 anak. Tahun ini, sejak ditetapkan sebagai satu dari sekian kabupaten di Papua dan nasional yang memiliki angka stunting yang mengkhawatirkan, pihaknya menggandeng sejumlah pihak lain untuk keroyokan melakukan pendataan lebih mendalam, dan memberikan bantuan langsung kepada keluarga yang terdampak.

“Kami juga di tahun ini akan mendapatkan bantuan CSR dari Bank Papua dengan program pemberian makanan tambahan kepada 144 anak di Distrik Kepulauan Aruri,” terang Hengky Mandosir.

Diakui, perlunya melakukan pendataan yang lebih dalam dikarenakan masih minimnya keluarga yang mendatangi puskesmas dan juga posyandu maupun pustu-pustu, disebabkan oleh beberapa faktor. Minimnya kunjungan ke posyandu kata Hengky, lebih disebabkan karena masih adanya stigma masyarakat yang takut anak-anak mereka di berikan imunisasi.

“Sebab ada efek pasca imunisasi yang biasanya  semisal demam dan kondisi balita yang kurang sehat,” bebernya.

Diakui, program pemberian makanan tambahan kepada anak-anak, perlu dilakukan secara massif namun pola perencanaan yang matang. Tentunya perlu menggandeng sejumlah pihak untuk mewujudkan hal ini.

“Pemberian bantuan susu dan telur kepada ibu hamil yang mengalami keadaan energi yang kurang gizi, makanan tambahan juga seperti telur, kacang hijau, dan susu,” tandas Hengky. (il/ade).

Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos

BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS  https://www.myedisi.com/cenderawasihpos

Exit mobile version