Selain faktor ekonomi, Dwita juga menilai bahwa ketidakharmonisan dalam keluarga menjadi penyebab utama meningkatnya kasus sosial di kalangan anak-anak. Banyak anak yang tumbuh dalam kondisi broken home akhirnya mencari pelarian di jalanan dan terlibat dalam perilaku menyimpang.
Ketika keluarga tidak harmonis, anak-anak kehilangan arah. Mereka mudah terjerumus ke hal-hal negatif seperti narkoba, kriminalitas, atau prostitusi. Karena itu, orang tua wajib menjadi contoh, membimbing, dan menghadirkan kasih sayang di rumah,” tegasnya.
Untuk mencegah masalah sosial sejak dini, Dwita mengusulkan agar setiap sekolah di Papua menerapkan pendidikan tentang kesehatan reproduksi dan kehidupan berumah tangga. Menurutnya, pendidikan yang baik akan membentuk pola pikir dan karakter anak sejak awal.
“Anak-anak perlu tahu tentang batasan, tanggung jawab, dan risiko dari perilaku menyimpang. Pendidikan seperti ini sangat penting agar generasi muda kita lebih siap menghadapi tantangan zaman,” ujarnya.
Ia menambahkan, jika seluruh pihak pemerintah, masyarakat, lembaga pendidikan, dan keluarga bersatu mengatasi persoalan sosial ini, maka cita-cita menuju Indonesia Emas 2045 akan lebih mudah terwujud.
“Semua harus peduli. Kalau kita abaikan anak-anak hari ini, maka kita sedang kehilangan masa depan Papua,” pungkas Dwita (*)
Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos
BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOSÂ https://www.myedisi.com/cenderawasihpos