Site icon Cenderawasih Pos

Butuh Kolaborasi Riset dan Kajian Berbagai Ilmu Untuk Hasil Lebih Komprehensif

Peneliti Badan Riset Dan Inovasi Nasional (BRIN), Erlina Novita Itje dan sejumlah peneliti lainnya saat memeriksa peninggalan sejarah yang ditemukan di situs Gunung Srobu, Minggu (26/5) (Foto Jimi cepos)

Menguak Situs Gunung Srobu Jejak Sejarah Peradaban Budaya di Papua  (Bagian II)

Situs Srobu memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan dan dimanfaatkan. Tidak hanya untuk penelitian tetapi juga untuk kepentingan yang dapat secara langsuang maupun tidak langsung menyejahterahkan masyarakat, yaitu dengan menjadikannya sebagai tempat pendidikan dan destinasi wisata pendidikan.

Laporan: Jimianus Karlodi_Jayapura

Peneliti Badan Riset Dan Inovasi Nasional (BRIN), Erlina Novita Itje menyampaikan butuh suatu kebijakan pengelolaan situs yang tepat, sehingga dalam pemanfaatannya kondisi situs tetap lestari dan kesejahteraan masyarakat tercapai. Karena itu,  kajian nilai penting situs merupakan modal utama dalam pengelolaan pelestarian situs yang sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya.

   Karena sesungguhnya tujuan utama pelestarian menurut undang-undang tersebut

adalah nilai-nilai yang dikandung dalam benda budaya dimaksud. Erlin, sampaikan bahwa dengan ditetapkannya situs Gunung Srobu sebagai cagar budaya Kota Jayapura, maka aktivitas pelestarian situs pun sudah bisa dilakukan oleh instansi yang terkait seperti Dinas Pendidikan dan kebudayaan baik kota maupun provinsi. Tidak hanya itu Balai Pelestarian kebudayaan (BPK) Wilayah 22 provinsi Papua turut terlibat dalam untuk menjaga dan merawat situs tersebut.

   Kegiatan yang dilakukan BPK dalam Delenasi Gunung Srobu bertujuan untuk memberikan batasan-batasan ruangan yang ada di situs Gunung Srobu. Perlu diketahui, butuh waktu belasan tahun lamanya, situs Gunung Srobu ditetapkan sebagai cagar budaya Kota Jayapura.

   Erlin mengatakan situs Gunung Srobu ini bukan situs yang kecil, tentunya peneliti perlu waktu yang cukup lama untuk mengetahui aktivitas di dalam situs tersebut dan bahkan nilai budaya yang ada didalamnya belum tercover semua riset tersebut.

  Riset tersebut kata Erlin masih dalam riset Arkeologi. Dia mengharapkan kedepannya ada juga riset dari kajian ilmu yang berbeda seperti yang telah dilakukan yaitu dari bidang ilmu Genetika atau DNA dari manusia. Kemudian dari kajian ilmu yang lain seperti Botani, Seni, dan kajian ilmu yang lainya.

   “Bagusnya itu ada kolaborasi riset dari kajian ilmu yang lain supaya dapat hasil yang lebih komprehensif lagi, karena arkeologi sendiri bukan lagi ilmu yang bisa berdiri sendiri tetapi multi disipliner, jadi banyak ilmu yang harus membantu untuk menjawab persoalan-persoalan arkeologi yang tidak bisa dijawab secara arkeologi,” bebernya.

  Adapun kendala yang dihadapi selama penelitian seperti Pemalangan, hak Ulayat dan masih banyak lainnya yang Erlin tidak bisa menyebutkan satu persatu. Kendala tersebut kata Erlina tidak menjadi persoalan untuk menghambat penelitian yang dilakukan oleh Tim nya itu.

  Disampaikannya dalam satu tahun Ia dan Timnya itu hanya bisa melakukan 10 kali atau lebih untuk melakukan riset. “Kita sudah banyak melakukan sosialisasi kepada masyarakat adat, berjalan baik, dukungan dari toko adat, kalaupun ada masalah yang kecil-kecil bukan menjadi hambatan untuk kita melakukan riset,” ungkapnya.

   “Kami disini bukan untuk mengambil punya orang, kami disini datang itu, ini kita punya, ini ini milik kita bersama, ini kebanggaan Papua ayo kita lestarikan, ini adalah identitas Papua,” tambahnya.

  Ini adalah identitas kita bersama bahwa Papua punya maslalu yang menggambarkan leluhur orang Papua bukan leluhur yang sembarang yang bisa menghasilkan teknologi yang tidak kalah jauh dengan daerah lain.

  Tidak sampai disitu saja, dari penemuan tersebut juga menggambarkan nenek moyang orang Papua punya nilai gotong royong yang tinggi dilihat dari peninggalan yang ditemukan di gunung Srobu. Erlina mengharapkan nilai gotong royong itu bisa dilanjutkan oleh anak-anak moderen sekarang ini.

  Adapun sample yang diambil berasal dari  dari tulang petrusis atau Petrus diambil dari tulang kepala dekat telinga dan juga ambil dari gigi dengan cara pengeboran. Kemudian sampel tersebut dibawakan ke Adelaide, Australia untuk diproses pengecekan lebih lanjut oleh tim ahli.

Untuk sementara sampel masih dalam tahap proses tritmen dikarenakan tidak semua sample yang diambil itu bagus untuk ditindaklanjuti.

   Diketahui sample yang dikirimkan ke Adelaide, Australia berjumlah 23 sample, setelah dilakukan pemeriksaan tinggal 13 tersisa dan kemungkinan masih bisa dikurangi karena proses pengecekan masih berlanjut. Erlina mengatakan situs cagar budaya Gunung Srobu sudah terbentuk sejak 1.740 tahun lalu atau sekitar abad IV sesudah Masehi, usia itu kata Erlina kemungkinan masih bisa lebih tua lagi.

  Sementara itu Pamong Budaya Ahli Muda, Andi T. Sawaki mengatakan bahwa pihaknya akan bicara banyak apabila situ tersebut ditetapkan peringkat nasional. Oleh karena itu, Ia harapkan setelah dari pemerintah kota provinsi bisa tangapi dengan cepat sehingga bisa diusulkan menjadi peringkat nasional.

    “Sudah diperingatkan Nasional itu ruang kami berbuka lebar untuk mengatur Srobu ini dengan baik,” kata Andi kepada Cenderawasih Pos, Minggu (26/5).

  Saat ini, pihaknya hanya bisa melakukan lebih ke Juru pelihara (Jupel) itu sudah diatur dalam undang-undang cagar budaya Nno 10 tahun 2011. Terkait dengan kondisi medan yang ada di Gunung Srobu, Andi menyampaikan diperlukan Jupel yang banyak, karena kalau dibiarkan seperti ini maka situs gunung Srobu akan rusak.

  Selain Jupel, Andi sampaikan bahwa perlunya perlindungan terhadap objek yang ada di dalam situs tersebut agar tetap terjaga dan tidak rusak. Untuk perkembangan kedepannya perlunya ada kerjaan sama antara pemerintah baik kota maupun provinsi hingga kementrian, karena yang mendapat manfaat nanti pemerintah kota dan masyarakat.

  Ia mengharapkan masyarakat untuk kerjasama dalam menjaga dan melindungi situs gunung Srobu, agar tetap terjaga dan terawat demi kepentingan kita bersama. (*/habis)

Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos

BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS  https://www.myedisi.com/cenderawasihpos   

Exit mobile version