Friday, November 22, 2024
25.7 C
Jayapura

Menilik Sejarah Panjang Bangunan Museum Sumpah Pemuda, Pernah Alih Fungsi

SALAH  satu saksi sejarah Sumpah Pemuda adalah Museum Sumpah Pemuda. Museum Sumpah Pemuda yang terletak di DKI Jakarta berdiri sejak tahun 1937 hingga sekarang.

Sebelum menjadi Musem seperti saat ini, bangunan ini pernah menjadi tempat kegiatan lain dengan nama gedung yang berbeda-beda sepeti rumah sewa para pelajar, toko bunga hingga hotel Hersia.

Dilansir dari web resmi Museum Sumpah Pemuda, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, berikut sejarah bangunan Museum Sumpah pemuda sejak tahun 1908.

1. Commensalen Huis, 1908

Berdasarkan catatan yang ada, Museum Sumpah Pemuda pada awalnya adalah rumah tinggal milik Sie Kong Lian, seorang bangsawan Tionghoa. Gedung ini didirikan pada permulaan abad ke-20.

Sejak 1908 Gedung yang disebut Gedung Kramat ini disewa oleh pelajar Stovia (School tot Opleiding van Inlandsche Artsen) dan RS (Rechtsschool) sebagai tempat tinggal dan belajar. Saat itu tempat ini dikenal dengan nama Commensalen Huis.
Mahasiswa yang pernah tinggal di sana berjumlah 20 orang. Mereka adalah Muhammad Yamin, Amir Sjarifoedin, Soerjadi (Surabaya), Soerjadi (Jakarta), Assaat, Abu Hanifah, Abas, Hidajat, Ferdinand Lumban Tobing, Soenarko, Koentjoro Poerbopranoto, Mohammad Amir, Roesmali, Mohammad Tamzil, Soemanang, Samboedjo Arif, Mokoginta, Hassan, dan Katjasungkana.

2. Indonesische Clubhuis/Clubgebouw, 1927

Baca Juga :  Banyak Mencetak Generasi Emas,  Namun Kini Bernasib Malang

Sejak tahun 1927 Gedung Kramat 106 digunakan oleh berbagai organisasi pergerakan pemuda untuk melakukan kegiatan pergerakan. Bung Karno dan tokoh-tokoh Algemeene Studie Club Bandung sering hadir di Gedung Kramat 106 untuk membicarakan format perjuangan dengan para penghuni Gedung Kramat 106.

Di gedung ini pernah diselenggarakan kongres Sekar Roekoen, Pemuda Indonesia, PPPI. Gedung ini juga menjadi sekretariat PPPI dan sekretariat majalah Indonesia Raja yang dikeluarkan PPPI.

Mengingat digunakan berbagai organisasi, maka sejak tahun 1927 Gedung Kramat 106 yang semula bernama Langen Siswo diberi nama Indonesische Clubhuis atau Clubgebouw (gedung pertemuan).

SALAH  satu saksi sejarah Sumpah Pemuda adalah Museum Sumpah Pemuda. Museum Sumpah Pemuda yang terletak di DKI Jakarta berdiri sejak tahun 1937 hingga sekarang.

Sebelum menjadi Musem seperti saat ini, bangunan ini pernah menjadi tempat kegiatan lain dengan nama gedung yang berbeda-beda sepeti rumah sewa para pelajar, toko bunga hingga hotel Hersia.

Dilansir dari web resmi Museum Sumpah Pemuda, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, berikut sejarah bangunan Museum Sumpah pemuda sejak tahun 1908.

1. Commensalen Huis, 1908

Berdasarkan catatan yang ada, Museum Sumpah Pemuda pada awalnya adalah rumah tinggal milik Sie Kong Lian, seorang bangsawan Tionghoa. Gedung ini didirikan pada permulaan abad ke-20.

Sejak 1908 Gedung yang disebut Gedung Kramat ini disewa oleh pelajar Stovia (School tot Opleiding van Inlandsche Artsen) dan RS (Rechtsschool) sebagai tempat tinggal dan belajar. Saat itu tempat ini dikenal dengan nama Commensalen Huis.
Mahasiswa yang pernah tinggal di sana berjumlah 20 orang. Mereka adalah Muhammad Yamin, Amir Sjarifoedin, Soerjadi (Surabaya), Soerjadi (Jakarta), Assaat, Abu Hanifah, Abas, Hidajat, Ferdinand Lumban Tobing, Soenarko, Koentjoro Poerbopranoto, Mohammad Amir, Roesmali, Mohammad Tamzil, Soemanang, Samboedjo Arif, Mokoginta, Hassan, dan Katjasungkana.

2. Indonesische Clubhuis/Clubgebouw, 1927

Baca Juga :  Masih Ada Keterbatasan, Namun Bisa Deteksi Dini Kasus Jantung dan Pasang Ring

Sejak tahun 1927 Gedung Kramat 106 digunakan oleh berbagai organisasi pergerakan pemuda untuk melakukan kegiatan pergerakan. Bung Karno dan tokoh-tokoh Algemeene Studie Club Bandung sering hadir di Gedung Kramat 106 untuk membicarakan format perjuangan dengan para penghuni Gedung Kramat 106.

Di gedung ini pernah diselenggarakan kongres Sekar Roekoen, Pemuda Indonesia, PPPI. Gedung ini juga menjadi sekretariat PPPI dan sekretariat majalah Indonesia Raja yang dikeluarkan PPPI.

Mengingat digunakan berbagai organisasi, maka sejak tahun 1927 Gedung Kramat 106 yang semula bernama Langen Siswo diberi nama Indonesische Clubhuis atau Clubgebouw (gedung pertemuan).

Berita Terbaru

Artikel Lainnya