Kebijakan Uncen Dalam Menyikapi Minat Calon Mahasiswa yang Jauh Melebihi Kuota
Setiap menjelang pergantian tahun ajaran, banyak lulusan SMA/SMK yang berusaha mendaftar sekolah negeri, salah satunya di Universitas Cenderawasih, yang dinilai masih sangat favorit di Papua. Hanja saja, tiap tahun minat pendaftar cenderung melonjak. Lantas seperti apa kebijakan pihak Uncen dalam penerimaan mahasiswa baru ini?
Laporan: Noel Wenda_Jayapura
Banyak para pelajara lulusan SMA/K di sejumalh kabuapten/kota di Papua berminat mendaftar kuliah di perguruan tinggi negeri di Papua, Jayapura. Hanya saja, upaya untuk masuk ke Uncen ini tidak semulus yang diharapkan. Banyak persaingan yang harus dihadapi.
Lonjakan minat calon mahasiswa baru ini tentu tidak bisa dibendung sesuai dengan tingkat kebutuhan calon mahasiswa. Karena factor keterbatasan ekonomi keluarga, maka banyak calon mahassiwa ini memilih universitas yang murah tapi juga memiliki keunggulan dan nama besar di Papua, salah satunya Uncen.
Uncen mengakui terus mengalami lonjakan tersebut, karena itu Uncen berupaya untuk melakukan seleksi yang cukup ketat dengan berbagai cara di antaranya melakukan Ujian Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (UTBK- SBMPTN), jalur mandiri yang lebih dikenal dengan Jalur Masuk Seleksi Bersama (JMSB). Meski demikian penerimaan pun akan tetap dibatasi dengan jumlah ruangan dan tenaga dosen.
“Perlu diketahui di Universitas Cendrawasih adalah 9 fakultas untuk menampung calon mahasiswa baru ini, dan dari 9 Fakultas itu memiliki keterbatasan daya tampung, baik dari ruangan, jumlah dosen dan infrastruktur pendukung akademik yang ada, maka pasti ada yang tidak lulus dan ada yang lulus,” ujar Ketua Panitia UTBK- SBMPTN Univeraitas Cenderawasih, (Uncen) tahun 2022 Oscar O Wambrauw, SE. M.Sc. Agr.
Sementara itu, Rektor Universitas Cenderawasih Dr Ir. Apolo Safanpo, ST, MT menyebutkan bahwa saat ini kapasitas ruangan untuk menampung mahasiswa baru untuk setiap tahunnya hanya mencapai 4.000 yang disediakan. Sementara lonjakan para calon mahasiswa terus bertambah tiap tahunnya, tentu hal ini tidak bisa menjadi tanggungjawab Uncen semata, tetapi membutuhkan peran kampus lain dari swasta untuk menjawab pemenuhan sarana pendidikan masyarakat Papua.
Kondisi ini membutuhkan peran lembaga pendidikan dengan 65 Perguruan tinggi swasta (PTS) di Papua harus menjawab secara bersama, para calon mahasiswa, orang tua atau wali dapat juga menjadikan kampus lain sebagai alternatif agar kebutuhan pendidikan bagi anak mereka dapat terpenuhi.
Rektor Uncen Apolo Safanpo mengatakan dari 65 Perguruan tinggi swasta baik akademis, sekolah tinggi mahasiawa yang kuliah kurang lebih 80.000. Jadi kalau 400.000 calon mahasiswa yang akan kuliah, maka hanya 10 persen saja yang bisa mendapat kesempatan memperoleh perguruan tinggi, hal ini tentu berdampak karena banyak calon mahasiswa yang tidak memperoleh Pendidikam karena keterbatasan yang ada.
“Keterbatasan daya tampung, keterbatasam sarana prasarana, Keterbatasan tenaga pendidik dan laninya maka kita harus memanfaatkan potensi-potensi yang ada. baik saran prasarana untuk memberikan layanan pendidikan supaya semakin banyak calon mahasiawa kita yang dapat mengenyam pendidikan jadi kehadiran perguruan tinggi swasta sangat membantu pemerintah dalam pemenuhan layanan pendidikan tinggi di Papua,” kata Apolo.
Rektor Uncen dua periode itu mengaku bersyukur karena sebelumnya Uncen mendapat bantuan dari PT Freeport Indonesia dengan dana Rp 42 miliar untuk membangun gedung, Rektor Uncen Dr. Ir. Apolo Safanpo, mengatakan bahwa bantuan itu akan dibangun 18 Ruang kuliah dan Perkantoran. Ia mengatakan seluruh dana tersebut di arahkan untuk membangun gedung di Kampus tersebut.
“Itu (Pembangunan) merupakan gedung kuliah dengan 18 Ruang kuliah dan auditorium dan juga perkantoran akan kita bangun di kampus Abepura,” katanya di Kampus II Uncen Waena, Selasa, (17/5).
Tentunya bangunan tersebut nantinya akan menjawab kebutuhan mahasiswa yang selama ini terkendala masalah ruangan dengan jumlah yang begitu besar setiap tahunnya, sehingga kata Safanpo saat ini tengah dalam proses pengerjaan.
Dengan persoalan ini sendiri setiap tahunnya Uncen mengupayahkan agar 80 persen calon mahasiswa baru di fokuskan ke mahasiswa Asli Papua melalui Ujian Tulis Berbasis Komputer – Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (UTBK- SBMPTN) Uncen tahun 2022 di lima wilayah di Provinsi Papua dan jalur mandiri.
” Uncen akan mengutamakan kuota Calon Mahasiswa Baru Orang Asli Papua (OAP) sebanyak 80% dan Non Papua 20%,” kata Oscar O Wambrauw, SE. M.Sc. Agr yang juga menjabat sebagai Wakil rektor I Uncan itu.
Fenomena ini terus akan menjadi persoalan tahunan yang akan dihadapi oleh setiap universitas di Papua dan juga calon mahasiswa baru beserta orang tua maka diharapkan pemerintah mendapat duduk bersama seluruh satuan pendidikan di tingkatan Universitas baik negeri maupun swasta untuk mencari solusi bersama dalam menjawab persoalan tersebut agar masyarakat Papua dapat mereka untuk mendapat pendidikan yang layak lebih baik lagi kedepannya. (*/tri)