Saturday, April 20, 2024
24.7 C
Jayapura

Hiasan Gerabah dari Situs Gunung Srobu Jadi Inspirasi Motif Batik Papua

Upaya Balai Akreologi Papua Mengedukasi Masyarakat Terkait Peninggalan Pra Sejarah

Papua mempunyai banyak peninggalan pra sejarah, salah satunya Situs Gunung Srobu di Abepantai. Untuk mengedukasi dan mendorong masyarakat turut serta melestarikan peninggalan sejarah ini, Balai Arkeologi Papua punya cara sendiri. Salah satunya, dengan menuangkan hiasan pra sejarah dalam gerabah yang diangkat menjadi motif batik Papua yang menarik.

Laporan: Karolus Doat_ Jayapura

Pada tahun 2015 silam, Balai Arkeologi Papua, melakukan penelitian arkeologi di Situs Gunung Srobu yang berada di Kelurahan Abe Pantai, Distrik Abepura, Kota Jayapura, Provinsi Papua.

Dari hasil penelitian ada banyak peninggalan prasejarah yang ada di situs tersebut. Hal itu dapat dibuktikan dari hasil temuan Tim Peneliti Arkeologi yang telah menemukan sejumlah peninggalan prasejarah seperti tulang manusia, fragmen gerabah, sampah kerang, alat kerang, fragmen kapak lonjong, fragmen batu pipisan, alat serpih, arang sisa pembakaran, struktur bekas bangunan (turap), dan tinggalan megalitik. Dan sejumlah temuan lain yang didapatkan oleh tim peneliti di lokasi Gunung Srobu.

  Peneliti Ahli Muda Pusat Riset Arkeologi Prasejarah dan Sejarah  (BRIN), Erlin Novita Idje Djami, menjelaskan  hasil analisis terhadap temuan-temuan di Situs Gunung Srobu. Menurutnya, Arkeolog menginterpretasikan bahwa pada 1740 tahun yang lalu telah ada kehidupan manusia di Gunung Srobu. Selain itu Gunung Srobu adalah situs pemukiman yang menonjolkan budaya Neolitik dan Megalitik yang merupakan budaya pengaruh penutur Austronesia yang sampai ke Papua.

   Menurut Erlin, dari hasil penelitian di situs Gunung Srobu kemudian pada tahun 2018 lalu pihak Arkeologi Papua terinspirasi untuk membuat suatu produk batik dengan motif yang diambil dari motif hias Gerabah dari Situs Gunung Srobu.

Baca Juga :  Masuk Dipandu Petugas KPPS, Tangan Diarahkan ke Surat Suara

  Erlin menjelaskan, alasan pihak Arkeologi Papua membuat batik dari motif hias Gerabah, karena ingin mensosialisasikan manfaat potensi budaya  Situs Gunung Srobu kepada khalayak luas terutama masyarakat yang ada di Port Numbay. Selain itu agar masyarakat menyadari keberadaan warisan budaya tersebut, sehingga dapat melibatkan diri dalam pelestariannya.

   Termasuk juga ingin mendorong masyarakat mempunyai rasa memiliki dan bertanggung jawab terhadap keberadaan dan kelestarian baik situs maupun objek budaya tersebut. “Sebagai ucapan terima kasih kepada masyarakat Port Numbay, yang telah memberikan keleluasaan kepada kami pihak Balai Arkeologi Papua dalam melakukan penelitian di Situs Gunung Srobu,” ujar Elin kepada Wartawan, rabu, (23/11).

  Selain itu juga, lanjut Erlin, ingin hasil penelitian itu dibuat dalam rupa wujud, sehingga masyarakat semakin teredukasi terhadap hasil penelitian Arkeologi Papua.

  Adapun nama batik yang di buat oleh Tim Balai Arkeologi Papua ini adalah Batik Yo Onomi. Erlin menyampaikan Batik Yo Onomi ini terinspirasi dari karya- karya nenek moyang berupa motif-motif hias yang ditorehkan pada permukaan gerabah yang terlihat menarik, indah, unik, dan bernilai adiluhung. Sehingga lahirlah Batik Srobu, Yaitu Batik Yo Onomi.

   Batik Srobu ini jelas Erlin, merupakan kombinasi dari 6 (enam) motif utama yang diangkat dari motif-motif gerabah hias Srobu. Yakni motif matahari, motif tumbuhan, motif garis geometris, motif chevron, motif titik titik, dan motif kesuburan.

Baca Juga :  Mapolda Papua Akan Diresmikan Kapolri

  Adapun makna dari 6 motif yang tertuang pada motif dari batik srobu yakni, motif matahari, simbol kepemimpinan, kemudian motif tumbuhan, simbol kesejahteraan. Selain itu, motif garis geometris (interpretasi biji-bijian) simbol pembawa kehidupan, motif chevron simbol tingkatan atau kelas (strata sosial) dan motif titik-titik simbol persatuan atau penghubung yang mempererat, serta motif kesuburan adaah simbol kehidupan.

  Motif-motif tersebut kata Erlin merupakan perlambangan keadaan lingkungan alam dan budaya yang subur, indah, aman, nyaman, tentram, damai dan sejahterah yang dipersatukan dalam sebuah jalinan ikatan keseimbangan sebagai gambaran kearifan lokal leluhur.

  “Motif Batik Srobu ini dikemas dalam sebuah desain yang bermakna damai sejahtera sebagai suatu keharmonisan alam dan budaya yang lahir dari akar budaya leluhur yang bernilai adiluhung,” ujar Erlin.

  Penempatan motif menurut Erlin, sebagai gambaran kehadiran seorang pemimpin yang dapat menjadi sumber energi atau kekuatan bagi rakyatnya, sehingga seorang pemimpin sudah seharusnya selalu berada dan tinggal bersama dengan rakyatnya, dan menghadirkan damai sejahterah itu (Yo Onomi).

  Iapun mengharapkan dengan adanya Batik Yo Onomi ini, masyarakat akan semakin teredukasi terkait situs Megalitik ada ada di berbagai tempat pra sejarah yang ada di Papua. “Semoga dengan adanya Batik Yo Onomi ini, Situs Megalitik yang ada di Gunung Srobu, semakin di kenal serta dapat menjaga plestarian terhadap Situs Yang ada di Gunung Srobu,” pungkas Erlin (*/tri)

Upaya Balai Akreologi Papua Mengedukasi Masyarakat Terkait Peninggalan Pra Sejarah

Papua mempunyai banyak peninggalan pra sejarah, salah satunya Situs Gunung Srobu di Abepantai. Untuk mengedukasi dan mendorong masyarakat turut serta melestarikan peninggalan sejarah ini, Balai Arkeologi Papua punya cara sendiri. Salah satunya, dengan menuangkan hiasan pra sejarah dalam gerabah yang diangkat menjadi motif batik Papua yang menarik.

Laporan: Karolus Doat_ Jayapura

Pada tahun 2015 silam, Balai Arkeologi Papua, melakukan penelitian arkeologi di Situs Gunung Srobu yang berada di Kelurahan Abe Pantai, Distrik Abepura, Kota Jayapura, Provinsi Papua.

Dari hasil penelitian ada banyak peninggalan prasejarah yang ada di situs tersebut. Hal itu dapat dibuktikan dari hasil temuan Tim Peneliti Arkeologi yang telah menemukan sejumlah peninggalan prasejarah seperti tulang manusia, fragmen gerabah, sampah kerang, alat kerang, fragmen kapak lonjong, fragmen batu pipisan, alat serpih, arang sisa pembakaran, struktur bekas bangunan (turap), dan tinggalan megalitik. Dan sejumlah temuan lain yang didapatkan oleh tim peneliti di lokasi Gunung Srobu.

  Peneliti Ahli Muda Pusat Riset Arkeologi Prasejarah dan Sejarah  (BRIN), Erlin Novita Idje Djami, menjelaskan  hasil analisis terhadap temuan-temuan di Situs Gunung Srobu. Menurutnya, Arkeolog menginterpretasikan bahwa pada 1740 tahun yang lalu telah ada kehidupan manusia di Gunung Srobu. Selain itu Gunung Srobu adalah situs pemukiman yang menonjolkan budaya Neolitik dan Megalitik yang merupakan budaya pengaruh penutur Austronesia yang sampai ke Papua.

   Menurut Erlin, dari hasil penelitian di situs Gunung Srobu kemudian pada tahun 2018 lalu pihak Arkeologi Papua terinspirasi untuk membuat suatu produk batik dengan motif yang diambil dari motif hias Gerabah dari Situs Gunung Srobu.

Baca Juga :  Surat Tilang Dikirim ke Rumah, Body Petugas Juga Bisa Merekam

  Erlin menjelaskan, alasan pihak Arkeologi Papua membuat batik dari motif hias Gerabah, karena ingin mensosialisasikan manfaat potensi budaya  Situs Gunung Srobu kepada khalayak luas terutama masyarakat yang ada di Port Numbay. Selain itu agar masyarakat menyadari keberadaan warisan budaya tersebut, sehingga dapat melibatkan diri dalam pelestariannya.

   Termasuk juga ingin mendorong masyarakat mempunyai rasa memiliki dan bertanggung jawab terhadap keberadaan dan kelestarian baik situs maupun objek budaya tersebut. “Sebagai ucapan terima kasih kepada masyarakat Port Numbay, yang telah memberikan keleluasaan kepada kami pihak Balai Arkeologi Papua dalam melakukan penelitian di Situs Gunung Srobu,” ujar Elin kepada Wartawan, rabu, (23/11).

  Selain itu juga, lanjut Erlin, ingin hasil penelitian itu dibuat dalam rupa wujud, sehingga masyarakat semakin teredukasi terhadap hasil penelitian Arkeologi Papua.

  Adapun nama batik yang di buat oleh Tim Balai Arkeologi Papua ini adalah Batik Yo Onomi. Erlin menyampaikan Batik Yo Onomi ini terinspirasi dari karya- karya nenek moyang berupa motif-motif hias yang ditorehkan pada permukaan gerabah yang terlihat menarik, indah, unik, dan bernilai adiluhung. Sehingga lahirlah Batik Srobu, Yaitu Batik Yo Onomi.

   Batik Srobu ini jelas Erlin, merupakan kombinasi dari 6 (enam) motif utama yang diangkat dari motif-motif gerabah hias Srobu. Yakni motif matahari, motif tumbuhan, motif garis geometris, motif chevron, motif titik titik, dan motif kesuburan.

Baca Juga :  Gedung Terdiri 9 Lantai, Ada Auditorium dan Tempat Gym di Lantai Atas

  Adapun makna dari 6 motif yang tertuang pada motif dari batik srobu yakni, motif matahari, simbol kepemimpinan, kemudian motif tumbuhan, simbol kesejahteraan. Selain itu, motif garis geometris (interpretasi biji-bijian) simbol pembawa kehidupan, motif chevron simbol tingkatan atau kelas (strata sosial) dan motif titik-titik simbol persatuan atau penghubung yang mempererat, serta motif kesuburan adaah simbol kehidupan.

  Motif-motif tersebut kata Erlin merupakan perlambangan keadaan lingkungan alam dan budaya yang subur, indah, aman, nyaman, tentram, damai dan sejahterah yang dipersatukan dalam sebuah jalinan ikatan keseimbangan sebagai gambaran kearifan lokal leluhur.

  “Motif Batik Srobu ini dikemas dalam sebuah desain yang bermakna damai sejahtera sebagai suatu keharmonisan alam dan budaya yang lahir dari akar budaya leluhur yang bernilai adiluhung,” ujar Erlin.

  Penempatan motif menurut Erlin, sebagai gambaran kehadiran seorang pemimpin yang dapat menjadi sumber energi atau kekuatan bagi rakyatnya, sehingga seorang pemimpin sudah seharusnya selalu berada dan tinggal bersama dengan rakyatnya, dan menghadirkan damai sejahterah itu (Yo Onomi).

  Iapun mengharapkan dengan adanya Batik Yo Onomi ini, masyarakat akan semakin teredukasi terkait situs Megalitik ada ada di berbagai tempat pra sejarah yang ada di Papua. “Semoga dengan adanya Batik Yo Onomi ini, Situs Megalitik yang ada di Gunung Srobu, semakin di kenal serta dapat menjaga plestarian terhadap Situs Yang ada di Gunung Srobu,” pungkas Erlin (*/tri)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya