Sunday, April 28, 2024
27.7 C
Jayapura

Tak Ada Fasilitas Pasar,  Jualan di Tempat Seadanya 

Sering Kepanasan dan Kehujanan, Mama Papua Berharap Bantuan Payung Jualan

JAYAPURA-Dari lima distrik yang ada di Kota Jayapura, yakni Distrik Jayapura Utara, Jayapura Selatan, Abepura, Muara Tami dan Distrik Heram, nampaknya hanya Distrik Heram saja yang belum memiliki fasilitas pasar untuk tempat aktifitas jual beli masyarakat yang representatif.

Akhirnya, daripada jauh-jauh berjualan di Pasar Youtefa Abepura maupun Pasar Baru Youtefa Kotaraja, sejumlah pedagang di wilayah Distrik Heram yang rata-rata mama Papua, berjualan di tempat-tempat yang strategis yang dekat dengan lalu lintas masyarakat. Seperti halnya di pinggir jalan Ekspo Waena, pinggir jalan Perumans III yang mereka jadikan “pasar”.

  Karena bukan pasar resmi yang difasilitasi pemerintah, tentu saja pasar ini terlihat seadanya. Bahkan, sebagian besar berjualan di atas tanah di pinggir jalan. Tak hanya itu, banyak pedagang yang hanya berteduh di bawah pohon, selebihnya di tempat terbuka yang harus siap terkena terik matahari, maupun basah saat hujan turun.

Seperti halnya Mama-mama pedagang asli Papua yang berjualan hasil bumi mereka di Perumnas 3 waena dan Expo, dengan kondisi seperti itu, mereka  berharap adanya payung jualan untuk berlindung dari panas dan hujan.

Baca Juga :  Puluhan Mama Papua Dapat Dana Hibah

Hal ini sebagaimana diungkapkan salah satu penjual sayur di perumnas III Waena yaitu mama Lin. Menurut Mama Lin,  dirinya berjualan mulai dari siang sampai sore sering terjadi panas dan hujan. Saat terik panas, tentu akan cepat mempengaruhi kualitas sayuran atau komoditi hasil kebun yang mereka jual, termasuk saat hujan.  Sebab, hanya beralasan karung plastic dan tanpa ada peneduh.

  “Kami biasa berjualan dari siang sampai sore itu panas terus, hujan juga. Jadi kalau tidak ada payung atau tempat jualan kami harus cari tempat untuk berlindung di kios-kios terdekat dan melihat jualan dari jauh,” katanya.

  Ia mengatakan saat hujan dan panas para penjual harus berlarian menjadi tempat untuk berlindung dan meninggalkan jualan sendiri di pinggir jalan. Hal ini tentu sangat mengganggu mereka ketika petualangan maka pihaknya Berharap ada bantuan payung untuk berjualan.

  “Kalau pemerintah ingin bantu terima kasih, karena di sini tidak ada pasar jadi kita harus berjualan di pinggir jalan, makanya kami butuh payung agar berlindung saat hujan dan panas,” katanya.

Baca Juga :  Eksplore Skow Beri Cerita Baru Bagi Pemburu Festival

  Ia  juga mengaku heran karena pemerintah tidak berpikir hal demikian untuk membantu masyarakat yang semuanya masyarakat asli Papua yang berjualan. “Kami ada di dalam kota tapi saya heran pemerintah tidak bisa perhatikan kami yang selalu kelihatan di jalan berjualan di pinggir jalan panas dan hujan harusnya ada bantuan pemerintah,” katanya.

  Seharusnya, Pemerintah Kota Jayapura bisa mengalokasikan sebagian dari dana Otsus, bagi para pedagang ini, yang kebanyakan adalah orang asli Papua, yang nota bene menjadi sasaran dari program dana otsus.

   Sementara itu dari pantauan Cenderawasih Pos,  hal yang sama juga dialami mama mama pedagang asli Papua yang berjualan di Expo Waena. Mereka  sering kehujanan dan kepanasan karena tidak memiliki pasar yang layak dan juga tidak ada payung jualan yang bisa melindungi mereka dari panas matahari saat siang hari dan hujan. (oel/tri)

Sering Kepanasan dan Kehujanan, Mama Papua Berharap Bantuan Payung Jualan

JAYAPURA-Dari lima distrik yang ada di Kota Jayapura, yakni Distrik Jayapura Utara, Jayapura Selatan, Abepura, Muara Tami dan Distrik Heram, nampaknya hanya Distrik Heram saja yang belum memiliki fasilitas pasar untuk tempat aktifitas jual beli masyarakat yang representatif.

Akhirnya, daripada jauh-jauh berjualan di Pasar Youtefa Abepura maupun Pasar Baru Youtefa Kotaraja, sejumlah pedagang di wilayah Distrik Heram yang rata-rata mama Papua, berjualan di tempat-tempat yang strategis yang dekat dengan lalu lintas masyarakat. Seperti halnya di pinggir jalan Ekspo Waena, pinggir jalan Perumans III yang mereka jadikan “pasar”.

  Karena bukan pasar resmi yang difasilitasi pemerintah, tentu saja pasar ini terlihat seadanya. Bahkan, sebagian besar berjualan di atas tanah di pinggir jalan. Tak hanya itu, banyak pedagang yang hanya berteduh di bawah pohon, selebihnya di tempat terbuka yang harus siap terkena terik matahari, maupun basah saat hujan turun.

Seperti halnya Mama-mama pedagang asli Papua yang berjualan hasil bumi mereka di Perumnas 3 waena dan Expo, dengan kondisi seperti itu, mereka  berharap adanya payung jualan untuk berlindung dari panas dan hujan.

Baca Juga :  Gawat, Stok Obat Malaria Habis!

Hal ini sebagaimana diungkapkan salah satu penjual sayur di perumnas III Waena yaitu mama Lin. Menurut Mama Lin,  dirinya berjualan mulai dari siang sampai sore sering terjadi panas dan hujan. Saat terik panas, tentu akan cepat mempengaruhi kualitas sayuran atau komoditi hasil kebun yang mereka jual, termasuk saat hujan.  Sebab, hanya beralasan karung plastic dan tanpa ada peneduh.

  “Kami biasa berjualan dari siang sampai sore itu panas terus, hujan juga. Jadi kalau tidak ada payung atau tempat jualan kami harus cari tempat untuk berlindung di kios-kios terdekat dan melihat jualan dari jauh,” katanya.

  Ia mengatakan saat hujan dan panas para penjual harus berlarian menjadi tempat untuk berlindung dan meninggalkan jualan sendiri di pinggir jalan. Hal ini tentu sangat mengganggu mereka ketika petualangan maka pihaknya Berharap ada bantuan payung untuk berjualan.

  “Kalau pemerintah ingin bantu terima kasih, karena di sini tidak ada pasar jadi kita harus berjualan di pinggir jalan, makanya kami butuh payung agar berlindung saat hujan dan panas,” katanya.

Baca Juga :  Terbanyak Pelanggaran Asusila

  Ia  juga mengaku heran karena pemerintah tidak berpikir hal demikian untuk membantu masyarakat yang semuanya masyarakat asli Papua yang berjualan. “Kami ada di dalam kota tapi saya heran pemerintah tidak bisa perhatikan kami yang selalu kelihatan di jalan berjualan di pinggir jalan panas dan hujan harusnya ada bantuan pemerintah,” katanya.

  Seharusnya, Pemerintah Kota Jayapura bisa mengalokasikan sebagian dari dana Otsus, bagi para pedagang ini, yang kebanyakan adalah orang asli Papua, yang nota bene menjadi sasaran dari program dana otsus.

   Sementara itu dari pantauan Cenderawasih Pos,  hal yang sama juga dialami mama mama pedagang asli Papua yang berjualan di Expo Waena. Mereka  sering kehujanan dan kepanasan karena tidak memiliki pasar yang layak dan juga tidak ada payung jualan yang bisa melindungi mereka dari panas matahari saat siang hari dan hujan. (oel/tri)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya