Setelah bertemu dengan kelompok pengelola ayam petelur Harice Puy dan Petra Yapo, saya pun langsung meminta waktu untuk mewawancarai terkait kelompok usaha yang baru saja ditekuni ini.
Dengan penuh semangat dan senang hati, Harice pun berkisah tentang usaha ayam petelur yang ditekuninya itu.
Usaha ini merupakan inisiatif Pemerintah Kampung Kayo Batu. Dengan pendanaan tahap pertama menggunakan dana kampung Rp90 juta, dibuatkan usaha ayam petelur dan kandangnya, usaha ini telah berjalan selama satu minggu dengan jumlah 250 ekor ayam petelur.
Dalam pengelolaan usaha ayam petelur, setiap harinya Harice dan Petra dapat menghasilkan empat hingga enam rak telur ayam petelur dengan jumlah 30 butir telur per rak. Dalam dua hari, mereka menghabiskan satu karung pakan dengan berat 50 kg, yang mana untuk pengambilan telur biasanya dilakukan pada hari sore hari.
“Usaha ini untuk mendukung ketahanan pangan nasional dan memberdayakan masyarakat orang asli Papua (OAP) untuk beternak ayam petelur demi kesejahteraan di kampung. Usaha ini juga diharapkan dapat menjadi sumber pemasukan pendapatan asli pemerintah kampung,”kata perempuan lulusan sarjana kesehatan ini.
Harga jual telur ayam ke masyarakat lebih murah dibandingkan dengan harga di pasaran, hanya Rp 65 ribu per rak. Hal ini membuat banyak warga yang tertarik untuk membeli telur dari usaha mereka.