Friday, March 29, 2024
27.7 C
Jayapura

Waktu Tempuh Lebih Lama karena Macet, Berharap Segera Diperbaiki

Dampak Ditutupnya Jalan Alternatif Terhadap Aktifitas Lalu Lintas Masyarakat

Ruas jalan alternatif penghubung antara Perumnas III Waena dan Jayapura, terpaksa ditutup sampai saat ini, karena adanya kerusakan badan jalan akibat banjir dan longsor yang terjadi pada Jumat, 7 Januari 2021 lalu. Lantas seperti apa dampak dan harapan warga?

Laporan: Rahayu Nur Hasanah_Jayapura

Sejak banjir dan longsor pada akhir pekan pertama Januari lalu, arus lalu  lintas di Abepura-Entrop, terasa lebih padat. Kemacetan sering kali terjadi, terutama pada jam-jam sibuk di beberapa ruas jalan mulai dari Abepura hingga Entrop. Ya, ini terjadi karena ruas jalur alternatif yang biasa digunakan warga dari Sentani atau Waena, menuju ke Jayapura terpaksa ditutup.

   Penutupan ruas jalan ini, karena adanya longsor di tikungan  bawah  sebelum tanjakan ke Pos Polisi Kampung Buton, kalau kita melaju dari arah Jayapura. Meski badan jalan tidak putus, namun positi beton dan aspal sudah terlihat menggantung, karena tanah di bagian bawahnya sudah longsor. Demi keselamatan, maka terpaksa ruas jalan ini harus ditutup.

   Akibatnya, pengguna jalan dari Perumnas III yang mau ke Jayapura, harus belok di pertigaan pos polisi Kampung Buton naik ke Skyline sebelum menuju ke Entrop. Sementara dari arah Jayapura harus keluar dari jalur alternatif lewat kawasan kolam buaya Entrop, keluar di samping masjid, di seberang mata jalan menuju ke SMAN Entrop.

   Untuk yang dari Jayapura ke Entrop, lewat jalur alternative, tidak bis belok di samping kanan kantor Wali Kota, tetapi harus lewat sebelah kiri, di samping venue atau lapangan tenis. Sebab, di samping  pintu masuk kantor Wali Kota Jayapura terlihat patahan.

Baca Juga :  Siapa Lagi yang Mau Lihat Orang-orang Papua Kalau Bukan “Kita” Sendiri

   Padahal jalan dengan panjang sekitar 25 meter ini belum 2 tahun diperbaiki. Setelah sebelumnya ambles dan putus kemudian diperbaiki dan menggunakan bronjong agar air bisa tetap mengalir. Namun pada banjir kemarin terlihat sejumlah patahan dan ambles sehingga sementara ditutup.

   Kapolresta Jayapura Kota Kombes Pol Gustav Urbinas yang dikonfirmasi membenarkan ditutupkan akses jalan ini. “Untuk ke arah Kampung Buton kami sarankan bisa lewat Skyland atau dari RS Bhayangkara sedangkan untuk jalan samping pintu kantor Wali Kota Jayapura tidak terlalu memengaruhi karena ada akses jalan serupa di samping venue tenis,” jelas Kapolres Gustav, Senin (10/1).

   Tititk-titik di jalur keluar masuk jalan alternatif ini, yang sering terlihat kemacetan arus lalu lintas, terutama di jalan masuk ke SMA Negeri 4, pada saat jam berangkat maupun pulang sekolah. Tentu  saja, akibat seringnya terjadi kemacetan ini, membuat waktu tempuh pengendara motor, apalagi mobil menjadi lebih lama.

    Yohanes, salah satu warga Kota Jayapura yang dalam kesehariannya selalu memilih lewat jalan alternatif sangat merasakan dampak ditutupnya jalur alternative ini. “Saya sehari-hari ke kantor atau ke Jayapura lewat alternative, tapi sejak kejadian jalan ditutup saya kesal karena harus memutar lewat jalur utama dan itu macet.”ungkapnya.

    “Kalau bisa pekerjaan bisa diselesaikan secepatnya, dalam arti bisa di kerjakan siang dan malam oleh para pekerja.” ujarnya kepada Cenderawasih Pos,  Jumat (21/01).

    Ditutupnya jalur jalan tersebut menyebabkan penumpukan kendaraan di jalur utama dan mengakibatkan kemacetan di jam-jam sibuk, yaitu pagi dan sore. Dirinya mengaku harus memakan waktu cukup lama untuk sampai di tujuan.

   “Kalau melalui jalan alternatif saya dari rumah bisa menghabiskan 30 sampai 40 menit saja sedangkan kalau lewat jalan depan bisa sampai satu jam lebih.” terangnya yang harus bolak-balik Sentani-Jayapura.

Baca Juga :  Proyek Bangunan Sepi, Terpaksa Beralih ke Jasa Gerobak Angkutan Barang

   Sementara itu dari pantauan Cenderawasih Pos, selain dari jam sibuk kepadatan lalu lintas terpantau cukup landai. Hal ini, karena sebagian kendaraan, juga sudah bisa memanfaatkan jalan ring road Hamadi  untuk warga yang hendak pergi ke Jayapura-Abepua, atau sebaliknya. Hanya saja, titik lampu merah di Otonom juga terasa padat, termasuk dipintu keluar lampu merah Hamadi dekat Lantamal X Jayapura.

   Kepala Dinas PUPR Kota Jayapura, Nofdi J Rampi saat dimintai keterangan mengatakan telah melakukan observasi lapangan. “Segera harus ditangani longsornya, mungkin dengan pola kita memasang bronjong dari daerah longsoran tapi diperkuat dengan cerucut, baru kita memasang brojong dengan system terasering  untuk menyangga badan jalannya agar tidak putus. Itu penanganan jangka pendek.” tuturnya.

   Sementara itu untuk penanganan jangka panjang masih didiskusikan dengan PU Provinsi dikarenakan jalan tersebut merupakan jalur jalan provinsi. Nofdi berinisiatif jika memungkinkan akan dibuka satu arah dengan menggunakan sebagian bahu jalan.

   “Itu nanti masih akan kita rapatkan. Hanya satu arah dan bukan dua arah. Dan daerah longsoran kita pasang pagar atau separator agar bisa dihindari pengendara.” tandasnya.

    Sudah dua minggu jalan tersebut ditutup dan tidak boleh dilalui. Tak hanya jalan alternatif, jalan di samping kantor walikota pun mengalami amblas untuk yang kedua kalinya. Pihak PUPR Kota Jayapura masih terus melakukan perbaikan di kawasan tersebut bekerjasama dengan BPBD Kota Jayapura. Pemerintah Kota berharap dalam waktu satu bulan jalan tersebut sudah rampung perbaikannya. (*/tri)

Dampak Ditutupnya Jalan Alternatif Terhadap Aktifitas Lalu Lintas Masyarakat

Ruas jalan alternatif penghubung antara Perumnas III Waena dan Jayapura, terpaksa ditutup sampai saat ini, karena adanya kerusakan badan jalan akibat banjir dan longsor yang terjadi pada Jumat, 7 Januari 2021 lalu. Lantas seperti apa dampak dan harapan warga?

Laporan: Rahayu Nur Hasanah_Jayapura

Sejak banjir dan longsor pada akhir pekan pertama Januari lalu, arus lalu  lintas di Abepura-Entrop, terasa lebih padat. Kemacetan sering kali terjadi, terutama pada jam-jam sibuk di beberapa ruas jalan mulai dari Abepura hingga Entrop. Ya, ini terjadi karena ruas jalur alternatif yang biasa digunakan warga dari Sentani atau Waena, menuju ke Jayapura terpaksa ditutup.

   Penutupan ruas jalan ini, karena adanya longsor di tikungan  bawah  sebelum tanjakan ke Pos Polisi Kampung Buton, kalau kita melaju dari arah Jayapura. Meski badan jalan tidak putus, namun positi beton dan aspal sudah terlihat menggantung, karena tanah di bagian bawahnya sudah longsor. Demi keselamatan, maka terpaksa ruas jalan ini harus ditutup.

   Akibatnya, pengguna jalan dari Perumnas III yang mau ke Jayapura, harus belok di pertigaan pos polisi Kampung Buton naik ke Skyline sebelum menuju ke Entrop. Sementara dari arah Jayapura harus keluar dari jalur alternatif lewat kawasan kolam buaya Entrop, keluar di samping masjid, di seberang mata jalan menuju ke SMAN Entrop.

   Untuk yang dari Jayapura ke Entrop, lewat jalur alternative, tidak bis belok di samping kanan kantor Wali Kota, tetapi harus lewat sebelah kiri, di samping venue atau lapangan tenis. Sebab, di samping  pintu masuk kantor Wali Kota Jayapura terlihat patahan.

Baca Juga :  Ada Yang Pesan Semalam Harus Jadi, Ada Yang Minta Perajinnya Puasa

   Padahal jalan dengan panjang sekitar 25 meter ini belum 2 tahun diperbaiki. Setelah sebelumnya ambles dan putus kemudian diperbaiki dan menggunakan bronjong agar air bisa tetap mengalir. Namun pada banjir kemarin terlihat sejumlah patahan dan ambles sehingga sementara ditutup.

   Kapolresta Jayapura Kota Kombes Pol Gustav Urbinas yang dikonfirmasi membenarkan ditutupkan akses jalan ini. “Untuk ke arah Kampung Buton kami sarankan bisa lewat Skyland atau dari RS Bhayangkara sedangkan untuk jalan samping pintu kantor Wali Kota Jayapura tidak terlalu memengaruhi karena ada akses jalan serupa di samping venue tenis,” jelas Kapolres Gustav, Senin (10/1).

   Tititk-titik di jalur keluar masuk jalan alternatif ini, yang sering terlihat kemacetan arus lalu lintas, terutama di jalan masuk ke SMA Negeri 4, pada saat jam berangkat maupun pulang sekolah. Tentu  saja, akibat seringnya terjadi kemacetan ini, membuat waktu tempuh pengendara motor, apalagi mobil menjadi lebih lama.

    Yohanes, salah satu warga Kota Jayapura yang dalam kesehariannya selalu memilih lewat jalan alternatif sangat merasakan dampak ditutupnya jalur alternative ini. “Saya sehari-hari ke kantor atau ke Jayapura lewat alternative, tapi sejak kejadian jalan ditutup saya kesal karena harus memutar lewat jalur utama dan itu macet.”ungkapnya.

    “Kalau bisa pekerjaan bisa diselesaikan secepatnya, dalam arti bisa di kerjakan siang dan malam oleh para pekerja.” ujarnya kepada Cenderawasih Pos,  Jumat (21/01).

    Ditutupnya jalur jalan tersebut menyebabkan penumpukan kendaraan di jalur utama dan mengakibatkan kemacetan di jam-jam sibuk, yaitu pagi dan sore. Dirinya mengaku harus memakan waktu cukup lama untuk sampai di tujuan.

   “Kalau melalui jalan alternatif saya dari rumah bisa menghabiskan 30 sampai 40 menit saja sedangkan kalau lewat jalan depan bisa sampai satu jam lebih.” terangnya yang harus bolak-balik Sentani-Jayapura.

Baca Juga :  Makin Berkembang dan Berdaya Saing, Mayoritas Lulusan Terserap Dunia Kerja

   Sementara itu dari pantauan Cenderawasih Pos, selain dari jam sibuk kepadatan lalu lintas terpantau cukup landai. Hal ini, karena sebagian kendaraan, juga sudah bisa memanfaatkan jalan ring road Hamadi  untuk warga yang hendak pergi ke Jayapura-Abepua, atau sebaliknya. Hanya saja, titik lampu merah di Otonom juga terasa padat, termasuk dipintu keluar lampu merah Hamadi dekat Lantamal X Jayapura.

   Kepala Dinas PUPR Kota Jayapura, Nofdi J Rampi saat dimintai keterangan mengatakan telah melakukan observasi lapangan. “Segera harus ditangani longsornya, mungkin dengan pola kita memasang bronjong dari daerah longsoran tapi diperkuat dengan cerucut, baru kita memasang brojong dengan system terasering  untuk menyangga badan jalannya agar tidak putus. Itu penanganan jangka pendek.” tuturnya.

   Sementara itu untuk penanganan jangka panjang masih didiskusikan dengan PU Provinsi dikarenakan jalan tersebut merupakan jalur jalan provinsi. Nofdi berinisiatif jika memungkinkan akan dibuka satu arah dengan menggunakan sebagian bahu jalan.

   “Itu nanti masih akan kita rapatkan. Hanya satu arah dan bukan dua arah. Dan daerah longsoran kita pasang pagar atau separator agar bisa dihindari pengendara.” tandasnya.

    Sudah dua minggu jalan tersebut ditutup dan tidak boleh dilalui. Tak hanya jalan alternatif, jalan di samping kantor walikota pun mengalami amblas untuk yang kedua kalinya. Pihak PUPR Kota Jayapura masih terus melakukan perbaikan di kawasan tersebut bekerjasama dengan BPBD Kota Jayapura. Pemerintah Kota berharap dalam waktu satu bulan jalan tersebut sudah rampung perbaikannya. (*/tri)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya