Friday, April 26, 2024
32.7 C
Jayapura

Ada Jejak Keindahan sampai Sekecil Biji Kacang Hijau

Mata dan Perhatian yang Tertawan di Griya Anggrek Kebun Raya Bogor Pascarevitalisasi

Ada ratusan jenis anggrek di kompleks Griya Anggrek Kebun Raya Bogor. Dari yang tingginya 2 meter sampai yang untuk menikmati bunganya diperlukan kaca pembesar. Di sana juga bisa belajar perbanyakan benih, kultur jaringan, dan setek.

M. Hilmi Setiawan, Kota Bogor

BERJALAN di sepanjang ruangan yang dipenuhi deretan anggrek, mata perempuan itu nyaris tak berkedip. Saking kagumnya.

’’Anggreknya bagus-bagus, cantik-cantik, dan menarik,’’ kata Intan Siti Nadira, perempuan tersebut, seraya terus menyusuri sayap kanan Griya Anggrek Kebun Raya Bogor, Jawa Barat.

Pada pertengahan bulan lalu itu, berada di ruangan tersebut tak ubahnya berada di dalam stadion di mana semua mata tertuju pada atraksi utama di lapangan. Ada banyak Intan-Intan lain yang tersedot sepenuhnya perhatiannya ke displai anggrek-anggrek.

Anggrek bulan yang paling difavoritkan Intan. Dengan teknologi persilangan atau hybrid, anggrek bulan yang dipajang mempunyai banyak warna atau corak. Ada yang putih polos, merah muda, dan putih bercampur ungu di bagian tengahnya. ’’Indah sekali,” katanya.

Kompleks Griya Anggrek di dalam Kebun Raya Bogor sempat ditutup cukup lama untuk direvitalisasi. Januari lalu proses revitalisasi selesai. Tapi, baru dibuka kembali untuk publik pertengahan bulan lalu (18/5) bertepatan dengan Hari Jadi Ke-205 Kebun Raya Bogor.

Di sana, untuk setiap jenis tanaman anggrek, dilengkapi papan informasi. Contohnya anggrek jenis Oncidium. Anggrek ini adalah jenis anggrek epifit yang tumbuh menempel pada batang. Dan, berasal dari Amerika Latin, tetapi cocok dibudidayakan di Indonesia yang beriklim tropis.

Ada pula Phalaenopsis hybrid atau populer dengan sebutan anggrek bulan hibrida. Anggrek ini sudah banyak diseleksi untuk menghasilkan varietas unggul. Anggrek ini memiliki keunggulan berupa masa bunga yang lama, sampai empat bulan. Dalam satu tangkai bunga sepanjang 50 cm, bisa muncul 10–12 kuntum bunga.

Sebelumnya, Kebun Raya Bogor berada di bawah pengelolaan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Namun, setelah ada peleburan sejumlah lembaga penelitian, taman botani itu jadi milik Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).

Baca Juga :  Pecel Menu Favorit Sejak Mahasiswa, Minta Nasi Bebek Dua Versi Bumbu

Pengawas Registrasi PT Migra Natura Raya (MNR) Meilina Subagya menuturkan, di kompleks Griya Anggrek ada dua fasilitas utama. Pertama, dua unit gedung rumah kaca. Fasilitas ini dipegang oleh BRIN dan digunakan untuk kegiatan riset, konservasi, dan sejenisnya.

Pada pertengahan bulan lalu itu, dua unit rumah kaca yang menjulang tinggi tersebut masih dalam tahap penataan sehingga belum bisa dikunjungi. Di dalam rumah kaca disiapkan jalur pejalan kaki dengan ketinggian sekitar 2 meter. Para pengunjung atau peneliti pun bisa memantau tanaman anggrek tanpa bersentuhan langsung dengan tanamannya.

Fasilitas satunya lagi adalah wahana Griya Anggrek yang dibuka kembali pada 18 Mei dikelola oleh PT MNR. PT MNR adalah mitra dari BRIN untuk komersialisasi tanaman anggrek. Sebab, sebagai lembaga negara, BRIN tidak boleh langsung menjalankan kegiatan komersialisasi.

Bangunan Griya Anggrek sendiri terdiri atas tiga ruangan utama. Ruangan tengah digunakan sebagai aula. Di ruangan tengah ini, masyarakat secara berkelompok bisa memesan sesi pelatihan budi daya anggrek kepada pengelola.

’’Kelas dasarnya adalah perbanyakan benih. Sementara ada kelas khusus soal kultur jaringan dan setek,’’ tuturnya.

Saat peresmian 18 Mei lalu, digelar beberapa sesi pelatihan budi daya anggrek. Setiap sesi berdurasi dua jam dan diikuti 25 orang. Saat itu sesi dibuka secara gratis untuk pengenalan kepada masyarakat.

Dua bagian lain berupa sayap kiri dan sayap kanan dari pintu masuk. Sayap kanan digunakan untuk memajang koleksi anggrek spesies. Jumlahnya 124 jenis.

Sementara ruangan sayap kiri dari pintu masuk digunakan untuk memajang anggrek hibrida. Saat ini terdapat 123 jenis anggrek hibrida. Total jumlah anggrek di Griya Anggrek mencapai 1.012 pohon.

Anggrek spesies, kata Meilina, adalah tanaman anggrek yang tumbuh serta berkembang di alam aslinya dan terbentuk secara alami. Tanpa adanya campur tangan manusia. Sedangkan anggrek hibrida adalah tanaman anggrek yang sudah melalui proses penyilangan.

Baca Juga :  Desak Desakan dan Angkat Beban, Bukan Penghalang  Untuk Berpuasa

Saat dipandang, penampilan anggrek hibrida lebih sedap di mata. Ciri yang mencolok adalah bunganya yang besar-besar dan daunnya kecil. Karakteristik seperti ini tentu diperoleh melalui proses persilangan yang cukup lama. Sampai akhirnya ditemukan varietas yang unggul dan indah.

Yang anggrek spesies, penampilannya masih alami. Bentuknya beragam sesuai dengan jenisnya. Bahkan, ada anggrek dengan bunga yang sangat kecil sekali, misalnya Dendrobium aloifolium. Bunganya hanya seukuran kurang lebih biji kacang hijau. Mungkin untuk menikmati keindahannya butuh kaca pembesar. Selain itu, ada anggrek spesies yang cukup langka, yaitu anggrek hitam.

Hampir semua anggrek spesies maupun hibrida yang ada di Griya Anggrek dijual. Di tiap-tiap tangkai sudah diberi label harga. Untuk anggrek spesies, rentang harganya mulai Rp 350 ribu hingga Rp 5 juta per pohon. Untuk anggrek hibrida, mulai Rp 350 ribu sampai Rp 10 juta.

’’Anggrek hibrida yang paling mahal adalah Dendrobium ratna. Bunga ini adalah anggrek terbesar, tingginya sekitar 2 meter,” katanya.

Anggrek Dendrobium ratna adalah hasil persilangan dari anggrek hibrida Dendrobium ratri ayu dengan Dendrobium strepiceros. Anggrek ini sudah terdaftar di Royal Horticultural Society London. Anggrek jenis ini banyak tersebar di Indonesia Timur.

Griya Anggrek sejatinya sudah cukup lama ada di Kebun Raya Bogor. Didirikan pada 25 Mei 2002 oleh Presiden Megawati Soekarnoputri. ’’Tujuannya untuk memperkenalkan anggrek-anggrek Nusantara ke masyarakat,’’ jelasnya.

Antusiasme masyarakat terhadap anggrek disebutnya tinggi. Sebab, perawatan anggrek sejatinya memang tidak sulit. Siapa pun bisa dengan mudah memelihara di rumah. ’’Selama iklimnya cocok. Dan, pupuk serta penyiraman juga dilakukan dengan disiplin,” katanya.

Jika disiplin merawatnya, anggrek-anggrek niscaya, seperti tergambar dalam lirik Setangkai Anggrek Bulan, bakal ’’tersenyum berdendang’’. Kalau sudah demikian, seperti Intan di Griya Anggrek pertengahan bulan lalu, berkedip pun bakal sulit. (*/c17/ttg/JPG)

Mata dan Perhatian yang Tertawan di Griya Anggrek Kebun Raya Bogor Pascarevitalisasi

Ada ratusan jenis anggrek di kompleks Griya Anggrek Kebun Raya Bogor. Dari yang tingginya 2 meter sampai yang untuk menikmati bunganya diperlukan kaca pembesar. Di sana juga bisa belajar perbanyakan benih, kultur jaringan, dan setek.

M. Hilmi Setiawan, Kota Bogor

BERJALAN di sepanjang ruangan yang dipenuhi deretan anggrek, mata perempuan itu nyaris tak berkedip. Saking kagumnya.

’’Anggreknya bagus-bagus, cantik-cantik, dan menarik,’’ kata Intan Siti Nadira, perempuan tersebut, seraya terus menyusuri sayap kanan Griya Anggrek Kebun Raya Bogor, Jawa Barat.

Pada pertengahan bulan lalu itu, berada di ruangan tersebut tak ubahnya berada di dalam stadion di mana semua mata tertuju pada atraksi utama di lapangan. Ada banyak Intan-Intan lain yang tersedot sepenuhnya perhatiannya ke displai anggrek-anggrek.

Anggrek bulan yang paling difavoritkan Intan. Dengan teknologi persilangan atau hybrid, anggrek bulan yang dipajang mempunyai banyak warna atau corak. Ada yang putih polos, merah muda, dan putih bercampur ungu di bagian tengahnya. ’’Indah sekali,” katanya.

Kompleks Griya Anggrek di dalam Kebun Raya Bogor sempat ditutup cukup lama untuk direvitalisasi. Januari lalu proses revitalisasi selesai. Tapi, baru dibuka kembali untuk publik pertengahan bulan lalu (18/5) bertepatan dengan Hari Jadi Ke-205 Kebun Raya Bogor.

Di sana, untuk setiap jenis tanaman anggrek, dilengkapi papan informasi. Contohnya anggrek jenis Oncidium. Anggrek ini adalah jenis anggrek epifit yang tumbuh menempel pada batang. Dan, berasal dari Amerika Latin, tetapi cocok dibudidayakan di Indonesia yang beriklim tropis.

Ada pula Phalaenopsis hybrid atau populer dengan sebutan anggrek bulan hibrida. Anggrek ini sudah banyak diseleksi untuk menghasilkan varietas unggul. Anggrek ini memiliki keunggulan berupa masa bunga yang lama, sampai empat bulan. Dalam satu tangkai bunga sepanjang 50 cm, bisa muncul 10–12 kuntum bunga.

Sebelumnya, Kebun Raya Bogor berada di bawah pengelolaan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Namun, setelah ada peleburan sejumlah lembaga penelitian, taman botani itu jadi milik Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).

Baca Juga :  Rasa Kasih Sayang Harus Diwujudkan dengan Kepedulian Membantu Sesama

Pengawas Registrasi PT Migra Natura Raya (MNR) Meilina Subagya menuturkan, di kompleks Griya Anggrek ada dua fasilitas utama. Pertama, dua unit gedung rumah kaca. Fasilitas ini dipegang oleh BRIN dan digunakan untuk kegiatan riset, konservasi, dan sejenisnya.

Pada pertengahan bulan lalu itu, dua unit rumah kaca yang menjulang tinggi tersebut masih dalam tahap penataan sehingga belum bisa dikunjungi. Di dalam rumah kaca disiapkan jalur pejalan kaki dengan ketinggian sekitar 2 meter. Para pengunjung atau peneliti pun bisa memantau tanaman anggrek tanpa bersentuhan langsung dengan tanamannya.

Fasilitas satunya lagi adalah wahana Griya Anggrek yang dibuka kembali pada 18 Mei dikelola oleh PT MNR. PT MNR adalah mitra dari BRIN untuk komersialisasi tanaman anggrek. Sebab, sebagai lembaga negara, BRIN tidak boleh langsung menjalankan kegiatan komersialisasi.

Bangunan Griya Anggrek sendiri terdiri atas tiga ruangan utama. Ruangan tengah digunakan sebagai aula. Di ruangan tengah ini, masyarakat secara berkelompok bisa memesan sesi pelatihan budi daya anggrek kepada pengelola.

’’Kelas dasarnya adalah perbanyakan benih. Sementara ada kelas khusus soal kultur jaringan dan setek,’’ tuturnya.

Saat peresmian 18 Mei lalu, digelar beberapa sesi pelatihan budi daya anggrek. Setiap sesi berdurasi dua jam dan diikuti 25 orang. Saat itu sesi dibuka secara gratis untuk pengenalan kepada masyarakat.

Dua bagian lain berupa sayap kiri dan sayap kanan dari pintu masuk. Sayap kanan digunakan untuk memajang koleksi anggrek spesies. Jumlahnya 124 jenis.

Sementara ruangan sayap kiri dari pintu masuk digunakan untuk memajang anggrek hibrida. Saat ini terdapat 123 jenis anggrek hibrida. Total jumlah anggrek di Griya Anggrek mencapai 1.012 pohon.

Anggrek spesies, kata Meilina, adalah tanaman anggrek yang tumbuh serta berkembang di alam aslinya dan terbentuk secara alami. Tanpa adanya campur tangan manusia. Sedangkan anggrek hibrida adalah tanaman anggrek yang sudah melalui proses penyilangan.

Baca Juga :  Semangat Membangun  Papua, Tidak Hanya Berhenti di Kota Jayapura

Saat dipandang, penampilan anggrek hibrida lebih sedap di mata. Ciri yang mencolok adalah bunganya yang besar-besar dan daunnya kecil. Karakteristik seperti ini tentu diperoleh melalui proses persilangan yang cukup lama. Sampai akhirnya ditemukan varietas yang unggul dan indah.

Yang anggrek spesies, penampilannya masih alami. Bentuknya beragam sesuai dengan jenisnya. Bahkan, ada anggrek dengan bunga yang sangat kecil sekali, misalnya Dendrobium aloifolium. Bunganya hanya seukuran kurang lebih biji kacang hijau. Mungkin untuk menikmati keindahannya butuh kaca pembesar. Selain itu, ada anggrek spesies yang cukup langka, yaitu anggrek hitam.

Hampir semua anggrek spesies maupun hibrida yang ada di Griya Anggrek dijual. Di tiap-tiap tangkai sudah diberi label harga. Untuk anggrek spesies, rentang harganya mulai Rp 350 ribu hingga Rp 5 juta per pohon. Untuk anggrek hibrida, mulai Rp 350 ribu sampai Rp 10 juta.

’’Anggrek hibrida yang paling mahal adalah Dendrobium ratna. Bunga ini adalah anggrek terbesar, tingginya sekitar 2 meter,” katanya.

Anggrek Dendrobium ratna adalah hasil persilangan dari anggrek hibrida Dendrobium ratri ayu dengan Dendrobium strepiceros. Anggrek ini sudah terdaftar di Royal Horticultural Society London. Anggrek jenis ini banyak tersebar di Indonesia Timur.

Griya Anggrek sejatinya sudah cukup lama ada di Kebun Raya Bogor. Didirikan pada 25 Mei 2002 oleh Presiden Megawati Soekarnoputri. ’’Tujuannya untuk memperkenalkan anggrek-anggrek Nusantara ke masyarakat,’’ jelasnya.

Antusiasme masyarakat terhadap anggrek disebutnya tinggi. Sebab, perawatan anggrek sejatinya memang tidak sulit. Siapa pun bisa dengan mudah memelihara di rumah. ’’Selama iklimnya cocok. Dan, pupuk serta penyiraman juga dilakukan dengan disiplin,” katanya.

Jika disiplin merawatnya, anggrek-anggrek niscaya, seperti tergambar dalam lirik Setangkai Anggrek Bulan, bakal ’’tersenyum berdendang’’. Kalau sudah demikian, seperti Intan di Griya Anggrek pertengahan bulan lalu, berkedip pun bakal sulit. (*/c17/ttg/JPG)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya