Kisah Haru Kerinduan Anak-anak Panti Asuhan Pelangi Jayapura Menyambut Natal (Bag-2/Habis)
Di moment perayaan Natal seperti saat ini, pada umumnya anak-anak sangat berharap bisa mendapatkan kado natal dari orang tua atau keluarga lainnya. Hal ini pun yang dirasakan oleh anak-anak di Panti Asuhan Pelangi Jayapura. Kado Natal apa saja yang mereka harapkan? Berikut laporannya.
Laporan: Karel, Jayapura
SEPERTI halnya Kevin Maunda, Sisilia May salah seorang anak penghuni Panti Asuhan Pelangi juga sangat merindukan bisa berkumpul bersama keluarganya merayakan Natal.
Berbeda dengan Kevin yang sudah menjadi anak yatim piatu, Sisilia saat ini masih memiliki ayah dan ibu.
Namun karena kondisi perekonomian keluarganya, ia terpaksa dititipkan di Panti Asuhan Pelangi kurang lebih tiga tahun yang lalu. Untuk itu di monet Natal ini, Sisilia sangat berharap bisa berkumpul merayakan Natal bersama kedua orang tuanya yang berada di Kabupaten Keerom.
“Rindu namun mau bagaimana tidak mungkin paksa keadaan ekonomi orang tua,” ucap Sisilia siswi kelas IX SMP Hedam ini.
Sisilia mengaku masih sering bertemu sapa dengan orang tuanya. Bahkan bulan Juli 2023, dierinya sempat pulang ke kampungnya dan bertemu dengan kedua orang tuanya. Namun menurutnya di moment Natal ini rasanya kurang lengkap kalau tidak berkumpul merayakan Natal bersama orang tuanya. “Saya tetap rindu dengan suka cita Natal di kampung,” tuturnya.
Mengenai kado Natal yang diharapkan, Sisilias mengatakan di moment Natal ini kado berupa jepitan rambut dan gesper baru sudah cukup baginya. Namun kado Natal terindah yang dirinya harap bisa diterimanya tahun ini yaitu merayakan moment Natal bersama keluarga di Negeri Tapal Batas, Keerom.
Berkumpul bersama kedua orang tua untuk merayakan Natal, juga sangat didambakan oleh Wikson Tapani asal Kabupaten Intan Jaya, Provinsi Papua Tengah. Wikson mengaku saat ini kedua orang tuanya masih hidup. Hanya saja kondisi perekonomian keluarga membuat dia harus hidup jauh dari orang tuanya di Intan Jaya. “Saya masuk ke panti ini mulai tahun 2017 silam, dibawa oleh kakak saya yang ketika itu kuliah di Uncen,” jelasnya.
Selama berada di Panti Asuhan, Wikson mengaku tidak pernah bertemu langsung dengan kedua orang tua dan juga saudara kandungnya. Bahkan ironisnya lagi setelah kakanya tamat kuliah, dia tidak diajak untuk kembali ke kampung. Sehingga sampai saat ini siswa SMP Maranata Abepura itu terpaksa harus tinggal dengan kawan sebayanya di Panti Asuhan Pelangi.
“Sangat rindu, dengan keluarga di kampung. Bahkan saking lama tinggal panti, komunikasi dengan keluarga semakin jarang,” tuturnya.
Walaupun demikian, dirinya merasa bersyukur atas dedikasi pihak Panti Asuhan Pelangi Jayapura. Sebab kehidupannya sedikit tidak berbeda jauh dengan anak-anak lainnya. “Kami disekolahkan, kehidupan di sini memang berbeda dengan di rumah sendiri, tapi walaupun sederhana tapi kami tetap merasakan kebahagiaan,” ujarnya.