Husnadi Surdiman, Ketua RT 02 RW 01 Kelurahan Mandala, menjadi salah satu saksi kunci. Dengan suara lesu, ia menceritakan kembali detik-detik awal kebakaran yang menghanguskan 26 rumah tersebut.
“Sekitar pukul 04.12 WIT saya hendak ke masjid untuk salat subuh. Saat keluar rumah, saya lihat percikan api muncul di antara rumah Ibu Nurmanta dan Ibu Asti. Api cepat sekali membesar dan langsung menyambar rumah lain,” ungkapnya, Jumat (19/9) di lokasi kebakaran.
Kondisi itu membuat Husnadi batal ke masjid. Ia bergegas membangunkan istri dan anak-anaknya untuk menyelamatkan diri. “Kami lari hanya dengan pakaian di badan. Semua dokumen dan harta benda ludes terbakar,” tuturnya.
Meski mereka telah berupaya memadamkan kobaran api dengan alat seadanya namun amukan si jago merah tidak bisa diredam. Untungnya tidak lama berselang pemadam kebarana bersama aparat keamanan datang membawa harapan mereka tiba dilokasi dengan menyiramkan kobaran api yang dramatis itu.
Dengan berbagai upaya yang cukup menguras tenaga, sekitar pukul 06.48 WIT kobaran api berhasil dipadamkan. “Proses pemadaman menggunakan dua unit kendaraan taktis (Rantis) AWC milik Polresta Jayapura Kota dan Polda Papua, tiga unit mobil pemadam kebakaran milik Pemerintah Kota Jayapura, serta dua unit mobil water supply,” beber Husnadi.
Dari peristiwa itu, sebanyak 26 rumah hangus dan 58 kepala keluarga kehilangan tempat tinggal. Total hampir 200 jiwa terdampak, mulai dari bayi, balita, anak-anak, orang dewasa, hingga lansia. Tak hanya rumah, enam unit sepeda motor juga terbakar.
Para korban kini tersebar di beberapa posko. Posko induk berada tepat di bawah lokasi kebakaran, dikelola Dinas Sosial. Posko lain didirikan di sekitar halte Jalan Samratulangi. Sementara ibu hamil dan menyusui ditempatkan khusus di Aula Masjid Ar Rahman.
“Siang harinya kami berkumpul di posko induk. Di sana makanan dimasak oleh Tagana, Dinas Sosial, dan dibantu warga. Malamnya ada yang tidur di masjid, ada juga yang ditampung di rumah keluarga,” jelas Husnadi.