Site icon Cenderawasih Pos

Aktif di Prison Akuistik dan Kegiatan Gereja, Ngaku Temukan Kebaikan Tuhan

Abraham Boas Yarona (41) Warga Binaan Lapas Abepura. (foto:Karel/Cepos)

Abraham Boas Yarona yang Pilih Bertahan Tinggal di Lapas Meski Sudah Bebas Bersyarat

Bagi sebagian orang, bebas dari penjara atau sel tahanan adalah waktu yang paling dinanti. Namun tidak bagi Warga Binaan (WB) Lapas Abepura yang satu ini. Meski mendapatkan remisi bebas bersyarat, tapi Abraham Boas Yarona ini tak mau pulang. Lantas apa alasannya bertahan di Lapas bersama warga binaan lainnya ini?

Laporan: Karolus Daot- Jayapura.

Pada 18 Agustus 2023 lalu, Kemenkumham melalui Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Abepura, memberikan Remisi Umum Pembebasan Bersyarat (PB) kepada Terpidana Tindak Pidana Pelecehan Seksual Abraham Boas Yarona di Lapas Abepura.

   Meski demikian, Abraham justru tak mau menerima SK tersebut agar bisa segera keluar dari lingkungan Lapas Abepura. Abraham menolak itu, karena ingin benar-benar bebas murni.

Sesuai putusan Pengadilan Negeri Jayapura, Abraham menjalani vonis hukuman di Lapas Abepura selama 6 tahun 6 bulan. Sehingga mengacu putusan itu, dia harus menjalani hukuman sampai tahun 2025 mendatang.

  Kepada Cendrawasih Pos,  Pria berusia 41 tahun ini mengaku,  alasan utama menolak SK PB karena merasa bahwa dia masih ingin berbenah diri di dalam tahanan. “Saya temukan kebaikan di dalam Lapas, jadi itu alasan saya menolak SK PB,” ceritanya kepada Cendrawasih pos, Sabtu (17/8) lalu.

  Lebih lanjut, meski hidup di dalam jeruji besi tak seindah dan sebebas seperti  kehidupan di luar, namun baginya itu bentuk pertanggungjawaban atas perbuatannya. Diapun mengaku kecewa dan menyesal terhadap perbuatannya. Akan tetapi baginya sebagai manusia yang lemah tentu tak akan luput dari segala dosa dan kesalahan.

   Selama di dalam tahanan, Abraham cukup cakap dengan berbagai kegiatan pembinaan yang dibuat oleh pihak Lapas. Salah satunya dia ikut begabung bersama komunitas musik di Lapas Abepura itu, yaitu Prison Akuistik.

  Abraham mulai ikut bersama Komunitas itu sejak tahun 2021, sejak dari situ dia merasa bahwa banyak hal baik yang ditemukan. Bersama Prison Akuistik dia cukup aktif dengan kegiatan peribadatan. Selain itu, aktif dengan berbagai kegiatan sosial yang digagas oleh pihak Lapas.

Dengan aktif terhadap segala kegiatan positif itu, membuatnya merasa harus terus menjalankan hukuman sampai masa tahanannya berakhir.

   “Saya merasa waktu 4 tahun belum cukup untuk merubah perilaku, Sehingga masih ingin berbenah diri di Lapas, sampai masa tahanan berakhir,” ujarnya.

   Diceritakan hal terberat yang dijalani selama di dalam tahanan rindu dengan anak-anaknya di Kampung halamannya di Ormu Necheibe, Distrik Revanirara, Kabupaten Jayapura, Papua.

Bagaimana tidak akibat dari perbuatannya, terpaksa meninggalkan anaknya yang telah ditinggal istrinya yang  meninggal sejak tahun 2012 silam. “Anak saya 2 orang, saat ini mereka tinggal dengan keluarga di Kampung, karena istri saya sudah meninggal tahun 2012 silam,” tuturnya.

  Meski rasa rindu itu berat baginya, akan tetapi, baginya bertemu dengan keluarga bukan solusi untuk memperbaiki diri. Meski rasanya berat, namun Abraham mencoba untuk menahan diri. Karena fokusnya ingin betul-betul memperbaiki sifat dan perilaku terutama hal-hal jahat yang pernah dia lakukan.

   “Kalau rindu sudah pasti rindu, akan tetapi, bagi saya berbenah diri lebih penting daripada cepat pulang, namun akhirnya kembali terjerumus ke hal yang jahat,” katanya.

   Diapun mengatakan selama di Sel, dia sangat aktif dengan kegiatan gereja. Bahkan dirinya menjadi pelopor bagi tahanan lain di Lapas Abepura. Dengan aktif kegiatan gereja dia pun berhasil menciptakan lagu berjudul “Kasih Mu Tuhan”. Lagu ini diciptakan karena merasa bahwa di dalam tahanan dia berhasil temukan hal baik.

    “Disini saya temukan Tuhan, itulah inspirasi saya dalam ciptakan lagu itu,” ungkap Abraham.

  Abraham menilai pembinaan di Lapas Abepura cukup baik. Di bawah kepemimpinnan Sulityo  Wibowo, mereka yang di dalam tahanan tidak merasa jenuh. Hal itu terjadi karena Sulistyo cukup aktif menggagas berbagai progam positif untuk membina para narapidana.

   “Saya sangat berterima kasih karena bisa hidup bersama teman-teman yang dahulunya jahat, tapi dengan dihukum kami semua bisa berubah,” ujarnya.

   Dia pun mengharapkan bila kelak di tahun 2025 mendatang bebas murni dari tahanan, maka akan menjadi role model bagi tahanan lain. Bahkan dia bermimpi akan menjadi orang baik di tengah masyarakat. “Saya memang pernah berbuat salah, tapi saya akan merubah pikiran itu ketika nanti keluar dari tahanan,” tuturnya.  (*/tri)

Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos

BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS  https://www.myedisi.com/cenderawasihpos

Exit mobile version