“Kami bagi satu bungkus nasi untuk dua orang. Kadang makan dua kali sehari, kadang cuma sekali. Kalau anak-anak sudah makan, saya ikut senang,” tutur Yorgen, dengan matanya berkaca kaca. Mereka hidup tanpa aliran listrik dan tanpa jamban pribadi. Untuk buang air besar, mereka menumpang ke rumah tetangga yang masih membuka pintu. Untuk mandi dan mencuci, mereka memanfaatkan sambungan air tetangga di depan bangunan.
Di tengah kemiskinan yang mencekik, Yorgen tetap menekankan pentingnya pendidikan bagi anak-anaknya. Ia bersyukur karena sekolah mereka tidak memungut biaya. “Meski hidup kami seperti ini, anak-anak tetap sekolah. Itu yang penting,” katanya.
Ratna, anak keduanya, kini sudah menikah dan memiliki seorang anak. Meski mereka memiliki rumah keluarga di Polimak, Ratna memilih tetap tinggal bersama ayah dan adik-adiknya.
“Kami tidak tega tinggalkan bapa. Kami mau rasakan susah bersama,” ujar Ratna sambil menyeka air mata. Ironi yang dirasakkan Yorgen dan keluarga mengganda dimana sebelum PON Papua, Yorgen harus berpisah dengan istrinya karena hadirnya orang ketiga. Sang istri kini bekerja di lingkungan Pemerintah Kota Jayapura dan tak pernah lagi menemui anak-anaknya.
“Pernah anak-anak coba ketemu, tapi tidak direspons. Tapi kami tidak dendam. Itu pilihannya mama. Yang penting kami bisa jaga bapa,” ucap Ratna. Tiga tahun lalu, pemilik bangunan tua itu sempat datang dan meminta Yorgen menjaga agar bangunan tidak rusak. Mereka tidak diusir, namun diberi tahu bahwa bangunan akan direnovasi.
Kini, kabar itu kembali datang dari ketua RT setempat. Renovasi akan segera dilakukan, dan Yorgen diminta angkat kaki. “Saya bingung, tidak punya uang untuk sewa rumah. Saya cuma punya sisa kerangka rumah di Kali Hanyaan. Kalau ada yang bantu, saya mau bangun lagi rumah itu dan tinggal di sana,” katanya.
Di tengah kegelapan dan kesusahan hidup, satu hal yang masih menyala di mata Yorgen adalah harapan. Harapan agar ada tangan-tangan baik yang mau membantu. Harapan agar anak-anaknya bisa hidup lebih baik dari dirinya. “Saya tidak mau apa-apa, hanya ingin bisa kembali ke rumah sendiri, walau kecil. Di sana, kami bisa memulai hidup dan menata agar semuanya menjadi lebih baik,” pungkasnya (*)
Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos
BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOSÂ https://www.myedisi.com/cenderawasihpos