Menyendok Kenangan Masa Kecil di RotterTram Indonesian Fine Dining
Melalui RotterTram Indonesian Fine Dining, para pelanggan diajak menikmati masakan Indonesia di atas trem yang berkeliling di jalanan Rotterdam. Keontetikan rasa tahu telur, gulai nangka, dan makanan lainnya dijaga benar.
DINARSA KURNIAWAN, Rotterdam
SESENDOK es campur itu langsung menyunggingkan senyum. Kedua mata perempuan tersebut juga seketika berbinar, seperti menemukan apa yang telah lama hilang.
’’Saya seperti di Bandung lagi,” kata Maja van Selm-Ascher, perempuan tersebut.
Perempuan 79 tahun itu memang tidak sedang berada di Bandung. Pada Rabu (1/6) dua pekan lalu itu, dua ribuan kilometer jauhnya, di Rotterdam, Belanda.
Bersama sang putri, Beatrijs van Selm, dia sedang menikmati set menu aneka sajian masakan Indonesia dalam event RotterTram Indonesian Fine Dining. Kebetulan, keduanya juga tengah merayakan ulang tahun. ’’Sebenarnya ini sudah lewat. Ulang tahun saya bulan lalu, tapi ulang tahun putri saya besok (2/6),’’ ungkap dia dalam bahasa Inggris kepada Jawa Pos.
Maja dibawa orang tuanya ke ibu kota Jawa Barat itu ketika berusia 6 tahun. Sebelas tahun di sana, pada 1960 mereka sekeluarga balik ke Belanda.
Namun, guratan rasa masakan Indonesia demikian membekas. Sampai sekarang. ”Saya tidak pernah bisa melupakan baunya, sangat khas. Senang sekali bisa makan masakan Indonesia otentik seperti ini lagi,’’ ungkapnya.
Beatrijs menambahkan, suatu kali mereka pernah mengunjungi Indonesia. Titik pijak awalnya dari Medan, Sumatera Utara. Begitu mendarat, sang ibu berbicara dalam bahasa Inggris dengan sopir taksi.
Tapi, saat mencium aroma masakan Indonesia, tiba-tiba dia berbicara dalam bahasa Indonesia. ’’Saya terkejut. Sepertinya masakan Indonesia membuat memorinya akan bahasa Indonesia kembali,’’ ucapnya.
Dalam event RotterTram Indonesian Fine Dining itu, disajikan menu masakan-masakan Indonesia. Mulai makanan pembuka sampai dessert. Masakan tersebut disajikan bersama dua macam wine, yaitu Orahovica Rose 2020 dan Gewuerztraminer Cojon de Gato 2019.
Alih-alih menikmati di dalam sebuah restoran, para pelanggan menyantap makanan tersebut di dalam sebuah trem yang melaju membelah jalanan Rotterdam. Mereka boarding di kawasan Willemsplein, kemudian dibawa berkeliling menikmati makan malam pada pukul 18.30–21.00.
Rutenya, antara lain, melewati pusat Kota Rotterdam, China Town, Alun-Alun Eendrachtsplein yang tenar dengan Patung Santa Claus-nya yang dibuat pematung Paul McCarthy, serta area-area lain di Rotterdam.
Trem yang dijadikan restoran berjalan itu pun sangat spesial. Bukan trem modern yang biasa dijadikan moda transportasi, melainkan sebuah trem lawas nomor 1629 buatan 1969, yang direnovasi menjadi sebuah restoran pada 2018. Kapasitasnya 44 tempat duduk yang ditampung dalam tiga gerbong trem.
Suasana Indonesia tidak hanya terasa dari makanan yang disajikan. Beragam musik khas Indonesia yang diperdengarkan menambah kental nuansa Nusantara. Di antaranya, lagu-lagu keroncong yang dinyanyikan Hetty Koes Endang.
Sejatinya, RotterTram sehari-harinya hanya menyajikan fine dining masakan Eropa. Namun, khusus event Indonesian Fine Dining yang diadakan pada 11 Mei, 1 Juni, 8 Juni, serta terakhir 15 Juli nanti, disajikan masakan Indonesia.
Monique Patricia dari Bina BV, organizer dan pencetus ide RotterTram Indonesian Fine Dining, menuturkan, setiap tanggal event selalu fully booked. ’’Kami pasang harga 90 euro (sekitar Rp 1.400.000) dan selalu penuh. Kami sering menolak orang yang ingin ikut karena cepat sekali slotnya terisi,’’ ungkap perempuan asal Jakarta yang tinggal di Rotterdam itu.
Dia mengungkapkan, awalnya pada Maret dirinya melakukan promosi serupa yang juga dihadiri Duta Besar RI untuk Belanda Mayerfas, sejumlah diplomat dari KBRI Den Haag, serta para pejabat dari Pemerintah Kota Rotterdam. ’’RotterTram ini milik sebuah yayasan. Mereka memang menyajikan fine dining. Tapi, belum pernah ada masakan Indonesia. Saya melihat peluang dan ternyata peminatnya memang banyak,’’ urainya.
Melihat antusiasme yang begitu besar, Monique bersama timnya tidak mau main-main dalam menyajikan rasa masakan dan pelayanan terbaik. Dia mengajak Eduard Roesdi, chef sekaligus pemilik Toko Iboe Tjilik, sebuah restoran Indonesia di Leiden, untuk memasak sajian dalam event tersebut.
Chef Eduard Roesdi merupakan peracik masakan untuk dua presiden Indonesia ketika mereka berkunjung ke Eropa. Pada 2015 dia memasak untuk Susilo Bambang Yudhoyono. Dan, Mei lalu dia memasak untuk Presiden Joko Widodo ketika transit di Amsterdam dalam kunjungannya ke Amerika Serikat.
Dalam RotterTram Indonesian Fine Dining tersebut, disajikan lima menu. Menu pertama adalah amuse-bouches (kudapan sebelum appetizer). Appetizer-nya adalah salad bebek se’i atau salad jamur (untuk vegetarian), kemudian tahu telur. Main course-nya adalah gulai Aceh atau gulai nangka muda (untuk vegetarian). Aneka sajian tersebut ditutup dengan dessert es campur.
Karena ini adalah fine dining, tentu masakannya harus dikemas seelegan mungkin. Chef Eduard Roesdi pun menerjemahkan tantangan itu dengan menyajikan masakan Indonesia dengan teknik Prancis. ’’Misalnya es campur tadi, kalau dilihat dari luar hanya seperti tertutup foam putih yang terbuat dari santan. Baru setelah foam-nya dibuka, ada macam-macam isinya,’’ ungkap pria berayah Indonesia dan beribu Belanda tersebut.
Tak hanya itu, dia dan asistennya, Kimball Kalangie, serta istrinya, Renu Lubis, pun menyiapkan banyak detail untuk masakan yang disajikan kepada para peserta tur. Tapi, kendati secara tampilan sangat berbeda, keotentikan rasa tetap dia jaga benar.
Pada tahu telur, misalnya, Jawa Pos menemukan rasa yang tak berbeda dengan makan tahu telur di Indonesia. Tercecap kuat rasa petis di sausnya. ’’Kalau rasa memang harus asli. Karena meskipun masakan Indonesia di sini populer, tidak semua rasanya orisinal,’’ ungkapnya.
Para peserta tur pun sangat menikmati masakan yang dibuat chef Eduard Roesdi tersebut. Annaloes Kuijper yang datang bersama 11 temannya semasa SMA menuturkan, perjalanan sambil makan-makan tersebut membuatnya bahagia. ’’Tripnya sangat berkesan, masakannya juga luar biasa,’’ tuturnya.
Sebelum para peserta tur turun dari trem, Monique membagikan buah tangan kepada mereka. Saat trem perlahan bergerak ke titik akhir perjalanan, Monique juga mengajak mereka menyanyikan lagu sebelum pulang.
’’Gelang si paku gelang, gelang si rama rama. Mari pulang, marilah pulang, marilah pulang. Bersama-sama,’’ begitu Monique menyanyi diikuti tepukan para peserta perjalanan. (*/c7/ttg/JPG)