Sunday, April 28, 2024
24.7 C
Jayapura

Orang Eropa Tanam Mangrove di Papua, di Jayapura Hutannya Malah Dirusak

Yang Tersisa dari Kunjungan Kerja Tim  GCF Task Force di Jayapura, Papua

Tim  Governors’ Climate and Forest (GCF) Task Force, telah menyelesaikan kunjungan kerja ke tanah Papua terkait dengan upaya konservasi  Pembangunan dan Pengelolaan Hutan berkelanjutan dalam rangka mitigasi dan adaptasi perubahan iklim. Di akhir kunjungan ini juga menyempatkan mengunjungi lokasi konservasi hutan mangrove di Hamadi.

Laporan: Robert Mboik_Jayapura

Kurangnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat dalam menjaga kelestarian lingkungan alam, membuat banyak hutan bahkan kawasan konservasi dirambah dan dirusak dengan alasan berbagai kepentingan.

  Seperti halnya yang baru-baru ini terjadi, terkait penebangan hutan mangrove dan penimbunan kawasan konsevasi hutan mangrove yang menjadi sorotan berbagai pihak. Bahkan, saat ini telah dihentikan untuk diberikan tindakan tegas sesuai aturan hukum.

  Edukasi terhadap fungsi ekosistem hutan mangrove ini perlu untuk terus dilakukan secara masif, agar setiap orang bisa benar-benar paham dan ikut menjaga hutan mangrove yang masih tersisa. Sebab, kalau terus dibiarkan rusak, tidak hanya masyarakat Jayapura, seluruh dunia juga merasakan dampak, berkurangnya paru-paru dunia dan terjadinya pemanasan global.

  Tak heran, jika berbagai negara maju memberikan perhatian serius terhadap kelestarian hutan, termasuk di Indonesia.  Seperti halnya  Tim  Governors’ Climate and Forest (GCF) Task Force,di akhir kunjunganya ke Papua, juga menyempatkan untuk menanam mangrove di kawasan Pantai Hamadi.

Baca Juga :  Tumbuh Subur Lagi setelah Ditanam Para Sahabat Bung Karno

   Kepala Dinas Kehutanan dan lingkungan hidup Provinsi Papua,  Jan Jap Ormuseray, mengapresiasi perhatian dunia melalui GCF ini untuk menyuarakan tentang penyelematan hutan Papua sebagai salah satu paru-paru dunia.

  “Kita sebagai pemerintah dan juga sebagai masyarakat tentunya sangat mengapresiasi bahwa ada perhatian dari luar untuk hutan kita. Mereka datang lihat dan tanah manggrove, orang Eropa saja tanam manggrove di Papua, masa kita kasih rusak mangrove, itu tidak boleh dibiarkan,” kata Jan Jap Ormuseray, di sela sela kegiatan penanaman mangrove di Pantai Cyberi, Sabtu (15/7).

  Dia menerangkan, GCF merupakan sebuah Gugus Tugas yang dibentuk untuk menyelamatkan hutan, ini diprakarsai oleh mantan Gubernur California Arnold Schwarzenegger pada 18 November 2008, pada KTT Perubahan Iklim Gubernur di Los Angeles, California.

   Pada pertemuan puncak ini negara bagian AS di California, Illinois, dan Wisconsin, negara bagian Amapá, Amazonas, Mato Grosso, dan Pará di Brasil, serta provinsi Aceh dan Papua di Indonesia menandatangani nota kesepahaman (MoU) yang mendukung kerja sama dalam sejumlah isu yang terkait dengan kebijakan iklim,pembiayaan, kerjasama teknologi, dan penelitian.

Baca Juga :  Frans Pekey, Sindir ASN yang Tidak Gunakan Atribut

   MOU ini juga menyerukan pembentukan Rencana Aksi Bersama untuk menyediakan kerangka kerja untuk mengimplementasikan MOU di bagian kehutanan. Gugus Tugas GCF mengadakan pertemuan internasional pertamanya pada tahun 2009 di Belem, Brasil, di mana telah  menyetujui Rencana Aksi Bersama.

  “Ini dibentuk untuk merespon masalah mendasar deforestasi hutan tropis, perubahan iklim, masalah gangguan ekologis, hilangnya ke anekaragaman hayati, kerawanan pangan, energi dan air, serta kemiskinan pedesaan didalam dan sekitar hutan. Ini menunjukkan bahwa komitmen Papua menjadi sangat penting dalam menjaga kelestarian hutan dan membantu mengatasi perubahan iklim didunia,” ujarnya.

   Lanjut dia, GCF TF ini menjadi penting karena Provinsi Papua sebagai salah satu Provinsi yang masih memiliki hutan hujan tropis terluas di Indonesia.

   Provinsi Papua telah menyadari pentingnya membangun Papua dengan paradigma menempatkan kualitas hidup masyarakat Papua sebagai tujuan pembangunan, dimana wilayah Papua dengan alam yang lestari dan terjaga sebagai modal dasar melalui visi pembangunan berkelanjutan Papua 2100.

   Masyarakat asli Papua memiliki hubungan yang erat dengan hutan selama ratusan generasi. Hutan Papua telah menjadi sumber pemenuhan kebutuhan dan menjadi basis pengembangan peradaban serta kebudayaan masyarakat asli Papua. Hutan menentukan keberlanjutan masyarakat asli Papua.(*/tri)

Yang Tersisa dari Kunjungan Kerja Tim  GCF Task Force di Jayapura, Papua

Tim  Governors’ Climate and Forest (GCF) Task Force, telah menyelesaikan kunjungan kerja ke tanah Papua terkait dengan upaya konservasi  Pembangunan dan Pengelolaan Hutan berkelanjutan dalam rangka mitigasi dan adaptasi perubahan iklim. Di akhir kunjungan ini juga menyempatkan mengunjungi lokasi konservasi hutan mangrove di Hamadi.

Laporan: Robert Mboik_Jayapura

Kurangnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat dalam menjaga kelestarian lingkungan alam, membuat banyak hutan bahkan kawasan konservasi dirambah dan dirusak dengan alasan berbagai kepentingan.

  Seperti halnya yang baru-baru ini terjadi, terkait penebangan hutan mangrove dan penimbunan kawasan konsevasi hutan mangrove yang menjadi sorotan berbagai pihak. Bahkan, saat ini telah dihentikan untuk diberikan tindakan tegas sesuai aturan hukum.

  Edukasi terhadap fungsi ekosistem hutan mangrove ini perlu untuk terus dilakukan secara masif, agar setiap orang bisa benar-benar paham dan ikut menjaga hutan mangrove yang masih tersisa. Sebab, kalau terus dibiarkan rusak, tidak hanya masyarakat Jayapura, seluruh dunia juga merasakan dampak, berkurangnya paru-paru dunia dan terjadinya pemanasan global.

  Tak heran, jika berbagai negara maju memberikan perhatian serius terhadap kelestarian hutan, termasuk di Indonesia.  Seperti halnya  Tim  Governors’ Climate and Forest (GCF) Task Force,di akhir kunjunganya ke Papua, juga menyempatkan untuk menanam mangrove di kawasan Pantai Hamadi.

Baca Juga :  Lapak PKL di Pasar Youtefa Lama Segera "Digusur"

   Kepala Dinas Kehutanan dan lingkungan hidup Provinsi Papua,  Jan Jap Ormuseray, mengapresiasi perhatian dunia melalui GCF ini untuk menyuarakan tentang penyelematan hutan Papua sebagai salah satu paru-paru dunia.

  “Kita sebagai pemerintah dan juga sebagai masyarakat tentunya sangat mengapresiasi bahwa ada perhatian dari luar untuk hutan kita. Mereka datang lihat dan tanah manggrove, orang Eropa saja tanam manggrove di Papua, masa kita kasih rusak mangrove, itu tidak boleh dibiarkan,” kata Jan Jap Ormuseray, di sela sela kegiatan penanaman mangrove di Pantai Cyberi, Sabtu (15/7).

  Dia menerangkan, GCF merupakan sebuah Gugus Tugas yang dibentuk untuk menyelamatkan hutan, ini diprakarsai oleh mantan Gubernur California Arnold Schwarzenegger pada 18 November 2008, pada KTT Perubahan Iklim Gubernur di Los Angeles, California.

   Pada pertemuan puncak ini negara bagian AS di California, Illinois, dan Wisconsin, negara bagian Amapá, Amazonas, Mato Grosso, dan Pará di Brasil, serta provinsi Aceh dan Papua di Indonesia menandatangani nota kesepahaman (MoU) yang mendukung kerja sama dalam sejumlah isu yang terkait dengan kebijakan iklim,pembiayaan, kerjasama teknologi, dan penelitian.

Baca Juga :  Frans Pekey, Sindir ASN yang Tidak Gunakan Atribut

   MOU ini juga menyerukan pembentukan Rencana Aksi Bersama untuk menyediakan kerangka kerja untuk mengimplementasikan MOU di bagian kehutanan. Gugus Tugas GCF mengadakan pertemuan internasional pertamanya pada tahun 2009 di Belem, Brasil, di mana telah  menyetujui Rencana Aksi Bersama.

  “Ini dibentuk untuk merespon masalah mendasar deforestasi hutan tropis, perubahan iklim, masalah gangguan ekologis, hilangnya ke anekaragaman hayati, kerawanan pangan, energi dan air, serta kemiskinan pedesaan didalam dan sekitar hutan. Ini menunjukkan bahwa komitmen Papua menjadi sangat penting dalam menjaga kelestarian hutan dan membantu mengatasi perubahan iklim didunia,” ujarnya.

   Lanjut dia, GCF TF ini menjadi penting karena Provinsi Papua sebagai salah satu Provinsi yang masih memiliki hutan hujan tropis terluas di Indonesia.

   Provinsi Papua telah menyadari pentingnya membangun Papua dengan paradigma menempatkan kualitas hidup masyarakat Papua sebagai tujuan pembangunan, dimana wilayah Papua dengan alam yang lestari dan terjaga sebagai modal dasar melalui visi pembangunan berkelanjutan Papua 2100.

   Masyarakat asli Papua memiliki hubungan yang erat dengan hutan selama ratusan generasi. Hutan Papua telah menjadi sumber pemenuhan kebutuhan dan menjadi basis pengembangan peradaban serta kebudayaan masyarakat asli Papua. Hutan menentukan keberlanjutan masyarakat asli Papua.(*/tri)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya