Melihat Akfititas Pedagang Tiap Kali Hujan Melanda Pasar Youtefa Abepura
Tiap kali hujan deras turun, dampaknya sangat dirasakan oleh para pedagang di Pasar Youtefa. Kalau tidak banjir, hujan sedikit saja sudah membuat becek lingkungan pasar. Ini saja sudah sangat dirasakan oleh para pedagang yang biasa menggelar dagangan lesehan di atas tanah.
Laporan: Karolus Daot_Jayapura
Hujan di Kamis (13/10) kemarin baru saja berhenti saat Cenderawasih Pos masuk kawasan pasar yang paling besar di Jayapura ini. Di seluruh kawasan pasar terlihat becek dan ada genangan air. Tentu kondisi ini membuat pembeli enggan masuk pasar, namun di satu sisi para pedagang tetap harus menggelar dagangannya untuk mencukup kebutuhan.
Lapak para pedagang baik yang ditenda maupun pedagang lesehan terlihat sepi pembeli. Salah satu penjual labu siam bernama Tina, mengaku sejak pagi jam 06.00-09.00 WIT, jualanya tak satupun laku. “Mungkin karena hujan jadi jualan sepi” ujar penjual tersebut.
Saat berbincang sengan media ini, Tina sendiri tidak mempersoalkan omzet jualannya, tetapi justru menyampaikan rasa kekecewaanya terhadap kebijakan Pemerintah Kota Jayapura, yang dianggap tidak memperhatikan kondisi pedagang orang asli Papua di Pasar lama Youtefa Abepura, yang tidak mendapatkan tempat maupun tenda jualan yang layak.
Bahkan sebagian besar pedagang OAP hanya berjualan dengan beralaskan terpal. Sedangkan yang mengisi tenda/kios jualan di Pasar lama Youtefa Abepura justru pedagang non Papua. Tina sendiri berasal dari kampung Waris Kabupaten Kerom, dia bersama adik perempuannya memang tidak setiap hari berjualan di Pasar Youtefa Abepura.
Hal itu disebabkan karena sejak awal berjualan di Pasar Youtefa Abepura, Tina sendiri tidak pernah mendapatkan tempat (tenda), yang layak untuk berjualan. Sehingga satu satunya cara agar bisa berjualan hanya dengan menggunakan alas terpal. Tentunya, berjualan dengan lesehan seperti itu pun, tidak bersifat menetap.”Tergantung waktu saja siapa cepat dia yang dapat tempat,” ucap Tina kepada media ini.
Meski kondisi pasar sangat tidak layak seperti itu, namun tak menyurutkan semangatnya untuk berjualan. Kadang dari hasil jualannya tidak mencukupi untuk kebutuhan keluarganya tetapi demi menghidupi keluargannya dengan terpaksa harus tegar. “Kalau dibilang berjualan seperti ini bisa kaya, tidak akan mungkin, intinya anak anak saya bisa makan saja,” ujar tina.
Dengan kondisi yang demikian Tina pun menyampaikan agar Pemerintah Kota Jayapura bisa memperhatikan kondisi pedagang orang asli Papua di Pasar lama Youtefa Abepura, sebab menurut dia, salah satu faktor utama lembahnya ekonomi orang Papua karena tidak mendapatkan ruang untuk membuka usaha.
Padahal jika melihat sebagian besar pedagang sayur yang ada di Pasar Youtefa Abepura, hanya sayur milik mama mama Papua yang terlihat segar dan bagus, karena semua jualan dari mama mama papua ini diambil dari hasil kebunnya sendiri. Hal itu jika dibandingkan dengan pedagang lainnya yang non Papua yang hanya bisa jual beli sayur dagangan milik OAP.
“Anak lihat sendiri sayur yang mama mama Papua jual, itu berbeda dengan pedagang pada umumnya, kelihatan sekali kalau sayur milik mama mama papua ini, baru petik dari kebun,” gumamnya.
Tina mengatakan bahwa persoalan yang membuat orang Papua susah mendapatkan tenda jualan di Pasar lama Youtefa Abepura karena kebijakan Pemerintah Kota Jayapura yang dinilai kurang objektif. Sedangkan bagi pedagang khsusnya OAP sangat tidak mungkin mendapatkan kesempatan itu. Diapun merasa kecewa atas hal ini karena menurutnya dengan adanya kebijakan seperti ini mempuat orang Papua justru terlihat asing di negerinya sendiri. “Kami ini ibarat ayam mati di lumbung padi, padahal tujuan utama adanya pasar ini untuk meningkatkan ekonomi orang Papua,” kesalnya.
Bahkan lanjut Tina di Pasar lama Youtefa Abepura saat ini ada begitu banyak tenda jualan yang terlihat kosong, diapun pernah meminta untuk menyewa tenda tenda kosong ini, sayangnya ternyata tenda-tenda yang kosong tersebut masih dikontrak oleh pedagang lainnya, tetapi saat ini para pemilik tenda tersebut sedang berjualan di pasar lain.
“Banyak tenda yang kosong, karena pemiliknya berjualan di pasar lain, pokoknya sesuka hatinya mereka saja kalau merasa di pasar lain sepi, maka mereka kembali berjualan di Pasar Youtefa Abepura’ tandasnya.
Tina berharap agar pemerintah Kota Jayapura dapat melihat kondisi ini dengan meninjau langsung di lapagan kemudian menata kembali sistem oprasional di Pasar lama Youtefa Abepura, karena jika hal itu dibiarkan tanpa adanya pengawasan yang ketat, maka akan berdampak pada persoalan kesenjangan sosial antara pedagang itu sendiri.
“Anak lihat saja kalau hujan begini kadang jualan kami ini dikenai lumpur, padahal masih banyak tenda yang kosong, tetapi masalahnya tenda tenda itu masih punya pemilik, tetapi mereka berjualan di tempat lain,” ungkapnya. (rel/tri)