Saturday, April 27, 2024
28.7 C
Jayapura

Beranggotakan 80 Orang, Dukungan Biaya dari Patungan

Kiprah Komunitas Medis Papua Tanpa Batas Memberikan Pelayanan Kesehatan

Sejak dibentuk  3 tahun lalu, Komunitas Medis Papua Tanpa Batas berkomitmen untuk terus memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, terutama di daerah  yang belum terjangkau pelayanan kesehatan pemerintah.

Laporan : Noel Wenda_Jayapura

Untuk memberikan pelayanan kesehatan tidak bisa hanya dilakukan oleh pemerintah semata, tapi bisa dilakukan siapa saja yang peduli. Kesadaran ini yang mendorong sejumlah tenaga medis Papua untuk memberikan  pelayanan kesehatan  di semua lini, terutama masyarakat yang jauh dari pelayanan kesehatan.

   Dalam perkembanagnnya, sekitar 80 pemuda Papua kini telah bergabung dalam Komunitas Medis Papua Tanpa Batas. Mereka rata-rata berlatarbelakang ilmu kedokteran, baik  yang masih mahasiswa kedokteran, maupun jurusan lainnya. Mereka memiliki  visi utama  memberikan akses pelayanan kesehatan bagi masyarakat asli Papua,  melakukan pelayanan medis di daerah yang belum terjangkau pelayanan oleh pemerintah maupun tenaga medis swasta lainya.

  Mereka terdiri dari dokter analis, bidan. Namun tidak semua berlatar belakang bidang kesehatan, banyak juga yang akhirnya bergabun dengan latar belakang pendidikan seperti hukum, ekonomi dan mahasiswa lainnya.

   Ketua Komunitas Medis Papua Tanpa Batas Ester Ruth Yotini menjelaskan, awalnya ini terbentuk dari komunitas medis GKI Klasis Port Numbay dan sudah berjalan selama 3 tahun. Namun dalam perkembangannya yang tergabung di dalam komunitas medis ini tidak hanya dari dari satu gereja atau  denominasi gereja saja,  bahkan ada juga teman-teman dari muslim sehingga semua berkolaborasi dalam pelayanan medis.

Baca Juga :  Lahirkan Kapolda Papua dan Pemimpin Hebat Papua Lainnya

  “Tidak hanya dari GKI tetapi dari Katolik, GIDI,  Advent bahkan ada juga dari teman-teman muslim, sehingga kami berpikir kita harus lebih membuka ruang untuk seluruh teman-teman dari denominasi gereja untuk terlibat dan setelah kami berdiskusi, kami bersepakat untuk membentuk komunitas ini,” katanya.

  Hal ini juga dilakukan untuk menghilangkan sekat antara denominasi gereja, bahkan agama. Semua bersatu dan berkomitmen untuk  bersama-sama melayani masyarakat di Papua yang membutuhkan pelayanan kesehatan di daerah-daerah yang kurang dijangkau oleh pemerintah atau lembaga kesehatan lainnya.

  Untuk fokus sasaran pelayanan, ia mengatakan bahwa hal itu dilakukan di beberapa tempat yang kurang terjangkau pelayanan kesehatan. “Jadi kita berusaha masuk di daerah-daerah yang belum disentuh oleh pemerintah dan tenaga medis lain. Jadi kita berikan pelayanan medis kepada mereka yang membutuhkan pelayanan kesehatan,” katanya

  Untuk pelayanan kesehatan sendiri yang mereka lakukan masih bersifat pelayanan umum namun akan dilihat tingkat kesakitan atau penyakit dari pasien. Jika membutuhkan pelayanan darurat, maka  langsung dirujuk untuk dibawa ke  rumah sakit yang layak yang sudah bekerjasama dengan komunitas ini.

  “Kami ada pelayanan lab, yang membutuhkan perawatan luka langsung kita rawat dan ada juga pelayanan kesehatan bagi hewan, juga ada pemberian nutrisi bagi masyarakat,” jelasnya.

  Sementara untuk untuk mendukung kegiatan, memang dibutuhkan dana.  Saat ini mereka harus melakukan hal ini dengan patungan. Terutama dari para tenaga medis yang sudah mendapat pekerjaan atau berkelebihan. Banyak yang melihat pelayanan mereka, akhirnya menyumbang. Sementara untuk  obat – obatan didatangkan dari permintaan melalui Dinas Kesehatan dan rumah sakit, hingga puskesmas sesuai proposal yang disampaikan.

Baca Juga :  Tidak Perlu Banyak Pendonor, Dapat Menyelamatkan Pasien

  “Sumbangan dari teman- teman yang aktif, sementara obat-obatan  kami mendapat suplai dari Dinas Kesehatan Provinsi setelah dibuatnya laporan soal kebutuhan obat yang diperlukan. Karena setiap kali kita pelayanan pasti kita memasukkan surat untuk beberapa tempat yang mau dilayani dan itu kita masukkan surat di Puskesmas, rumah sakit di kota dan Dinas Kesehatan,”tuturnya.

  Ke depan komunitas medis telah berkembang sampai dengan di Wamena dan rencana akan terus dibuka di beberapa kabupaten di Provinsi Papua. Dengan kapasitas 80 orang yang ada di Jayapura sekitar 40 orang yang lainya tersebar di Provinsi Papua dan Papua Barat.

  dr Muda Ruth Yotini  mengatakan pihaknya bersama 80 dokter lainya terus mendorong dan melayani masyarakat yang tidak terjangkau pemerintah. “Bahagia itu sederhana, ketika kita bisa melayani dengan kasih dan hati kepada masyarakat kota sendiri. Saya menyampaikan terimakasih kepada Bank Mandiri telah memilih kami untuk menerimah bantuan mobil pelayan kesehatan untuk menunjang pelayanan kami, mobil yang begitu  mewah ini  diberikan kepada kami untuk melihat masyarakat kami yang sulit mendapat pelayanan kesehatan,” katanya.

  Ia terus mengajak kepada tenaga medis dan semua generasi muda untuk mengisi masa mudanya dengan melihat masyarakat Papua. “Mari kita bersama kunjungi mereka yang tercecer dan terlupakan di Papua,” katanya. (*/tri)

.

Kiprah Komunitas Medis Papua Tanpa Batas Memberikan Pelayanan Kesehatan

Sejak dibentuk  3 tahun lalu, Komunitas Medis Papua Tanpa Batas berkomitmen untuk terus memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, terutama di daerah  yang belum terjangkau pelayanan kesehatan pemerintah.

Laporan : Noel Wenda_Jayapura

Untuk memberikan pelayanan kesehatan tidak bisa hanya dilakukan oleh pemerintah semata, tapi bisa dilakukan siapa saja yang peduli. Kesadaran ini yang mendorong sejumlah tenaga medis Papua untuk memberikan  pelayanan kesehatan  di semua lini, terutama masyarakat yang jauh dari pelayanan kesehatan.

   Dalam perkembanagnnya, sekitar 80 pemuda Papua kini telah bergabung dalam Komunitas Medis Papua Tanpa Batas. Mereka rata-rata berlatarbelakang ilmu kedokteran, baik  yang masih mahasiswa kedokteran, maupun jurusan lainnya. Mereka memiliki  visi utama  memberikan akses pelayanan kesehatan bagi masyarakat asli Papua,  melakukan pelayanan medis di daerah yang belum terjangkau pelayanan oleh pemerintah maupun tenaga medis swasta lainya.

  Mereka terdiri dari dokter analis, bidan. Namun tidak semua berlatar belakang bidang kesehatan, banyak juga yang akhirnya bergabun dengan latar belakang pendidikan seperti hukum, ekonomi dan mahasiswa lainnya.

   Ketua Komunitas Medis Papua Tanpa Batas Ester Ruth Yotini menjelaskan, awalnya ini terbentuk dari komunitas medis GKI Klasis Port Numbay dan sudah berjalan selama 3 tahun. Namun dalam perkembangannya yang tergabung di dalam komunitas medis ini tidak hanya dari dari satu gereja atau  denominasi gereja saja,  bahkan ada juga teman-teman dari muslim sehingga semua berkolaborasi dalam pelayanan medis.

Baca Juga :  Dijemput Mobil Tentara, Disuruh Masak di Cendana

  “Tidak hanya dari GKI tetapi dari Katolik, GIDI,  Advent bahkan ada juga dari teman-teman muslim, sehingga kami berpikir kita harus lebih membuka ruang untuk seluruh teman-teman dari denominasi gereja untuk terlibat dan setelah kami berdiskusi, kami bersepakat untuk membentuk komunitas ini,” katanya.

  Hal ini juga dilakukan untuk menghilangkan sekat antara denominasi gereja, bahkan agama. Semua bersatu dan berkomitmen untuk  bersama-sama melayani masyarakat di Papua yang membutuhkan pelayanan kesehatan di daerah-daerah yang kurang dijangkau oleh pemerintah atau lembaga kesehatan lainnya.

  Untuk fokus sasaran pelayanan, ia mengatakan bahwa hal itu dilakukan di beberapa tempat yang kurang terjangkau pelayanan kesehatan. “Jadi kita berusaha masuk di daerah-daerah yang belum disentuh oleh pemerintah dan tenaga medis lain. Jadi kita berikan pelayanan medis kepada mereka yang membutuhkan pelayanan kesehatan,” katanya

  Untuk pelayanan kesehatan sendiri yang mereka lakukan masih bersifat pelayanan umum namun akan dilihat tingkat kesakitan atau penyakit dari pasien. Jika membutuhkan pelayanan darurat, maka  langsung dirujuk untuk dibawa ke  rumah sakit yang layak yang sudah bekerjasama dengan komunitas ini.

  “Kami ada pelayanan lab, yang membutuhkan perawatan luka langsung kita rawat dan ada juga pelayanan kesehatan bagi hewan, juga ada pemberian nutrisi bagi masyarakat,” jelasnya.

  Sementara untuk untuk mendukung kegiatan, memang dibutuhkan dana.  Saat ini mereka harus melakukan hal ini dengan patungan. Terutama dari para tenaga medis yang sudah mendapat pekerjaan atau berkelebihan. Banyak yang melihat pelayanan mereka, akhirnya menyumbang. Sementara untuk  obat – obatan didatangkan dari permintaan melalui Dinas Kesehatan dan rumah sakit, hingga puskesmas sesuai proposal yang disampaikan.

Baca Juga :  Lahirkan Kapolda Papua dan Pemimpin Hebat Papua Lainnya

  “Sumbangan dari teman- teman yang aktif, sementara obat-obatan  kami mendapat suplai dari Dinas Kesehatan Provinsi setelah dibuatnya laporan soal kebutuhan obat yang diperlukan. Karena setiap kali kita pelayanan pasti kita memasukkan surat untuk beberapa tempat yang mau dilayani dan itu kita masukkan surat di Puskesmas, rumah sakit di kota dan Dinas Kesehatan,”tuturnya.

  Ke depan komunitas medis telah berkembang sampai dengan di Wamena dan rencana akan terus dibuka di beberapa kabupaten di Provinsi Papua. Dengan kapasitas 80 orang yang ada di Jayapura sekitar 40 orang yang lainya tersebar di Provinsi Papua dan Papua Barat.

  dr Muda Ruth Yotini  mengatakan pihaknya bersama 80 dokter lainya terus mendorong dan melayani masyarakat yang tidak terjangkau pemerintah. “Bahagia itu sederhana, ketika kita bisa melayani dengan kasih dan hati kepada masyarakat kota sendiri. Saya menyampaikan terimakasih kepada Bank Mandiri telah memilih kami untuk menerimah bantuan mobil pelayan kesehatan untuk menunjang pelayanan kami, mobil yang begitu  mewah ini  diberikan kepada kami untuk melihat masyarakat kami yang sulit mendapat pelayanan kesehatan,” katanya.

  Ia terus mengajak kepada tenaga medis dan semua generasi muda untuk mengisi masa mudanya dengan melihat masyarakat Papua. “Mari kita bersama kunjungi mereka yang tercecer dan terlupakan di Papua,” katanya. (*/tri)

.

Berita Terbaru

Artikel Lainnya