Sunday, April 28, 2024
24.7 C
Jayapura

Miliki Nama Setiap Produknya, Butuh Peralatan untuk Produksi Skala Besar

Melihat Produksi Sabun di Jurusan Kimia Industri SMK Negeri 8 Kota Jayapura

Sebagai sekolah kejuruan yang dituntut untuk menyiapkan lulusan yang siap kerja, SMK Negeri 8 Jayapura terus mendorong peningkatan kompetensi dan ketrampilan siswanya. Salah satunya  di Jurusan Kimia Industri. Lantas seperti apa salah satu ketrampilan yang menonjol yang diajarkan di sekolah ini?

Laporan: Robert Mboik_Jayapura

Dalam berbagai kesempatan, Presiden Indonesia, Joko Widodo telah mengingatkan kepada seluruh masyarakat Indonesia, termasuk pemerintah sampai di tingkat daerah untuk wajib menggunakan produk-produk lokal buatan dalam negeri.

  Ini tujuanya selain memberikan harapan bertumbuhnya ekonomi Indonesia melalui  para pelaku usaha, tetapi juga penyerapan tenaga kerja melalui melalui berbagai usaha jasa produksi bisa menekan angka pengangguran.

  Dalam kaitanya dengan keberadaan produk lokal ini, siswa siswi jurusan Kimia Industri SMK Negeri 8 Kota Jayapura telah berinovasi dengan memproduksi beberapa jenis sabun yang menjadi kebutuhan pokok masyarakat saat ini.

  Cukup banyak lembaga pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang  ada di Kota Jayapura,  masing-masing berupaya untuk memajukan dunia pendidikan lewat inovasi-inovasi yang dilakukan.

   Harapanya  adalah kehadiran SMK ini bukan hanya sekedar menampung  dan mendidik siswa-siswi dari sisi akademik, tetapi yang diharapkan adalah  output yang dihasilkan setelah siswa-siswi ini  menyelesaikan pendidikan disekolah kejuruan di masing-masing lembaga pendidikan tersebut, untuk bisa mengaplikasikan ilmu yang diperoleh selama mengenyam pendidikan.

Baca Juga :  Mantan Tokoh Papera Ramses Ohee Dirawat di RS Marthen Indey

   SMK Negeri 8 Kota Jayapura saat ini sedang memproduksi beberapa jenis sabun, mulai dari sabun cuci piring, sabun cuci pakaian dan pewangi pakaian. Sabun-sabun yang diproduksi oleh siswa-siswi tersebut tidak kalah bagusnya dengan sabun-sabun yang lebih dulu menguasai pasaran saat ini.

   Melalui pembinaan pada Jurusan Kimia Industri di sekolah itu, puluhan siswa siswi yang baru ada di dua angkatan itu, belajar membuat sabun.

  Menurut guru pembimbing yang juga sebagai ketua program studi Kimia Industri,  Ibu Maryati, mereka memilih memproduksi sabun awalnya karena melihat kebutuhan masyarakat saat ini.

Hampir dipastikan untuk memenuhi kebutuhan sabun, khusus di Papua masih didatangkan dari Pulau Jawa.  Di satu sisi, sejumlah sekolah SMK yang ada di tanah Papua ini belum ada yang bergerak di bidang produksi sabun.

   “Pertama tuntutan SMK itu kan harus menghasilkan produk. Kemudian di Papua ini kan belum ada produksi itu, SMK yang lain kan ada yang TKJ kemudian ada yang mesin.  Tapi sabun ini belum ada untuk di  SMK yang ada di Papua,” kata Ibu Maryati.

Baca Juga :  Kewenangan Pengelolaan Berubah-ubah, Guru dan Murid yang Dirugikan

   Pada tahun 2021 lalu, sekolah ini mendirikan Jurusan Kimia Industri, produk yang diproduksi  adalah sabun. Sabun buatan sekolah ini sudah memiliki nama masing-masing. Misalnya untuk sabun cuci piring itu diberi nama SMK light, sabun untuk cuci pakaian namanya Delclean,  pewangi pakaian softdel.  Untuk memenuhi bahan bahan baku, sekolah sudah menjalin hubungan kerjasama dengan PT. Nucon Kimia Persada.

   Perusahaan ini merupakan perusahan specialist bahan kimia dan penghijauan lingkungan berkonsep Excellent Solution.  Bahkan Ibu Maryati pernah dikirim ke sana untuk memperdalam ilmu kimia, terkait pembuatan sabun di perusahaan tersebut. Dia mengaku saat ini sekolah masih mengalami banyak kekurangan terutama fasilitas pendukung.

   Untuk memproduksi sabun-sabun tersebut,  mereka masih menggunakan cara-cara manual, misalnya untuk mengaduk atau mencampur bahan-bahan baku yang semestinya menggunakan mesin otomatis, tetapi  masih menggunakan cara manual. Yang mana alat mixernya menggunakan mesin bor listrik.

   “Kita maunya alat yang besar, alat otomatis, sehingga produksi bisa menghasilkan yang banyak, tetapi kita masih menggunakan alat manual. Kita juga butuh bangunan khusus untuk produksi, sekarang masih pakai ruang kelas,” tambahnya. (*/tri)

Melihat Produksi Sabun di Jurusan Kimia Industri SMK Negeri 8 Kota Jayapura

Sebagai sekolah kejuruan yang dituntut untuk menyiapkan lulusan yang siap kerja, SMK Negeri 8 Jayapura terus mendorong peningkatan kompetensi dan ketrampilan siswanya. Salah satunya  di Jurusan Kimia Industri. Lantas seperti apa salah satu ketrampilan yang menonjol yang diajarkan di sekolah ini?

Laporan: Robert Mboik_Jayapura

Dalam berbagai kesempatan, Presiden Indonesia, Joko Widodo telah mengingatkan kepada seluruh masyarakat Indonesia, termasuk pemerintah sampai di tingkat daerah untuk wajib menggunakan produk-produk lokal buatan dalam negeri.

  Ini tujuanya selain memberikan harapan bertumbuhnya ekonomi Indonesia melalui  para pelaku usaha, tetapi juga penyerapan tenaga kerja melalui melalui berbagai usaha jasa produksi bisa menekan angka pengangguran.

  Dalam kaitanya dengan keberadaan produk lokal ini, siswa siswi jurusan Kimia Industri SMK Negeri 8 Kota Jayapura telah berinovasi dengan memproduksi beberapa jenis sabun yang menjadi kebutuhan pokok masyarakat saat ini.

  Cukup banyak lembaga pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang  ada di Kota Jayapura,  masing-masing berupaya untuk memajukan dunia pendidikan lewat inovasi-inovasi yang dilakukan.

   Harapanya  adalah kehadiran SMK ini bukan hanya sekedar menampung  dan mendidik siswa-siswi dari sisi akademik, tetapi yang diharapkan adalah  output yang dihasilkan setelah siswa-siswi ini  menyelesaikan pendidikan disekolah kejuruan di masing-masing lembaga pendidikan tersebut, untuk bisa mengaplikasikan ilmu yang diperoleh selama mengenyam pendidikan.

Baca Juga :  Pengerusakan Lingkungan Harus dicegah

   SMK Negeri 8 Kota Jayapura saat ini sedang memproduksi beberapa jenis sabun, mulai dari sabun cuci piring, sabun cuci pakaian dan pewangi pakaian. Sabun-sabun yang diproduksi oleh siswa-siswi tersebut tidak kalah bagusnya dengan sabun-sabun yang lebih dulu menguasai pasaran saat ini.

   Melalui pembinaan pada Jurusan Kimia Industri di sekolah itu, puluhan siswa siswi yang baru ada di dua angkatan itu, belajar membuat sabun.

  Menurut guru pembimbing yang juga sebagai ketua program studi Kimia Industri,  Ibu Maryati, mereka memilih memproduksi sabun awalnya karena melihat kebutuhan masyarakat saat ini.

Hampir dipastikan untuk memenuhi kebutuhan sabun, khusus di Papua masih didatangkan dari Pulau Jawa.  Di satu sisi, sejumlah sekolah SMK yang ada di tanah Papua ini belum ada yang bergerak di bidang produksi sabun.

   “Pertama tuntutan SMK itu kan harus menghasilkan produk. Kemudian di Papua ini kan belum ada produksi itu, SMK yang lain kan ada yang TKJ kemudian ada yang mesin.  Tapi sabun ini belum ada untuk di  SMK yang ada di Papua,” kata Ibu Maryati.

Baca Juga :  Mengenal Sosok Perempuan Port Numbay Masuk Kandidat Penerima Kalpataru

   Pada tahun 2021 lalu, sekolah ini mendirikan Jurusan Kimia Industri, produk yang diproduksi  adalah sabun. Sabun buatan sekolah ini sudah memiliki nama masing-masing. Misalnya untuk sabun cuci piring itu diberi nama SMK light, sabun untuk cuci pakaian namanya Delclean,  pewangi pakaian softdel.  Untuk memenuhi bahan bahan baku, sekolah sudah menjalin hubungan kerjasama dengan PT. Nucon Kimia Persada.

   Perusahaan ini merupakan perusahan specialist bahan kimia dan penghijauan lingkungan berkonsep Excellent Solution.  Bahkan Ibu Maryati pernah dikirim ke sana untuk memperdalam ilmu kimia, terkait pembuatan sabun di perusahaan tersebut. Dia mengaku saat ini sekolah masih mengalami banyak kekurangan terutama fasilitas pendukung.

   Untuk memproduksi sabun-sabun tersebut,  mereka masih menggunakan cara-cara manual, misalnya untuk mengaduk atau mencampur bahan-bahan baku yang semestinya menggunakan mesin otomatis, tetapi  masih menggunakan cara manual. Yang mana alat mixernya menggunakan mesin bor listrik.

   “Kita maunya alat yang besar, alat otomatis, sehingga produksi bisa menghasilkan yang banyak, tetapi kita masih menggunakan alat manual. Kita juga butuh bangunan khusus untuk produksi, sekarang masih pakai ruang kelas,” tambahnya. (*/tri)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya