Thursday, December 26, 2024
29.7 C
Jayapura

Rombongan Motor Pernah Terseret Banjir, Hingga Gelar Salat di Tiga Titik

Ngobrol Bareng Bikers Subuhan Jayapura, Mencari Pahala dengan Cara Bangun Pagi

Cara orang mencari pahala berbeda – beda. Ada yang cukup duduk di rumah dan membaca Alquran, namun ada juga yang tidak mudah. Bikers Subuhan punya cara sendiri yang seru. Seperti apa saja aktifitasnya?

Laporan: Abdel Gamel Naser – Jayapura

Melintas dan membelah jalur di tengah kegelapan di saat sebagian orang tertidur, tentu bukan hal yang mudah. Untuk bangun di pagi hari saja, belum tentu semua mau melakukan. Tapi ini tidak bagi para Bikers Subuhan Jayapura yang justru menjadikan itu sebagai sebuah kewajiban di akhir pekan. Pasalnya ada sebuah agenda rutin yang dilakukan yakni menggelar salat subuh dengan diawali berkumpul di satu titik untuk menuju masjid yang ditentukan.

Kelompok ini mirip club motor, karena berisi sejumlah komunitas motor berbagai jenis. Namun yang membedakan adalah Bikers Subuhan lebih mengedepankan safety, tanpa knalpot berisik dan tidak mengganggu atau merugikan pengguna jalan lainnya.

  Yang menjadi agenda rutin Bikers Subuhan adalah salat berjamaah di masjid yang dilakukan setiap Ahad atau Minggu pagi. Minggu pagi dipilih karena menjadi waktu paling berat dalam salat jamaah di masjid, jadi ada dua waktu yang dianggap masih sulit dilakukan saat ini terutama anak – anak muda adalah ketika pelaksanaan salat berjamaah di waktu Salat Isya maupun Salat Subuh.

“Kami memilih hari Minggu karena semua aktifitas yang berurusan dengan dunia bisa diliburkan. Semua fokus bagaimana bisa memberikan waktu yang lebih istimewa kepada sang maha pencipta. Jadi pada hari minggu seluruh bikers sudah bisa  menyiapkan waktu lebih panjang tanpa memikirkan yang lain – lain,” kata Rivai, salah satu anggota Bikers Subuhan.

   Untuk melakukan salat berjamaah ini dikatakan para anggota bisa bisa mengendarai motor sendiri atau dengan keluarga ke masjid yang telah ditentukan kemudian melaksanakan salat subuh berjamaah.

   Usai itu, seluruh anggota melanjutkan dengan mendengarkan tausiyah, mengisi atau membekali diri dengan ilmu – ilmu agama. Rivai  menceritakan bahwa awal mulanya bernama Bikers Subuhan ini tepatnya di tahun 2017 di Lampung, namun seiring waktu  Bikers  Subuhan mulai terbentuk hampir di 33 propinsi termasuk di dalamnya di kota dan kabupaten di Indonesia.

Baca Juga :  Ayah Anak Yatim di Sumatera Bertemu Pengumpul Sampah di Teluk Youtefa 

   Bikers Subuhan atau yang biasa disingkat BS kata Rivai, bukan komunitas maupun klub motor, akan tetapi merupakan kumpulan bikers (Pengendara Motor), pegiat salat subuh berjamaah yang diikuti beberapa anggota klub motor maupun non klub.

“Kami tidak memandang kedudukan, status, umur  ataupun jenis pekerjaan. Kelompok ini memang terbuka dan siapa saja boleh ikut bergabung selama memiliki visi yang sama. Kami juga bersifat independent atau mandiri  dan  secara organisasi tidak berada di bawah satu ormas, partai, aliran paham atau ajaran tertentu dan tidak terlibat dengan masalah politik apalagi politik praktis,” bebernya.

   Menariknya dari kelompok ini ternyata tidak ada yang disebut sebagai ketua. Sebab kata Rivai semua pria atau laki – laki dalam Islam adalah seorang pemimpin. “Iya, jadi semua yang ada di dalam BS ini adalah ketua, tidak ada anggota ataupun jabatan lainnya,” bebernya.

  Iapun menjelaskan dulu diawal terbentuk memang cukup sulit untuk mengumpulkan anggota yang akan pergi salat jamaah di masjid. Bahkan kadang saling telepon – teleponan dan saling menunggu, namun seiring jalannya waktu para ketua ini sudah bisa mempersiapkan diri lebih awal untuk langsung menuju titik kumpul.

  Ini juga dilandasi dari rasa malu karena semua laki – laki adalah pemimpin dan pemimpin harus memberi contoh, tidak mungkin ditunggu terus. Salat subuh berjamaah di masjid dikatakan merupakan syariat Islam yang perlu dijaga dan terus dipertahankan di era modern  sekarang. Jangan sampai nilai – nilai religi justru hilang akibat majunya jaman.

   Apa yang dilakukan selama  ini bukanlah sebuah perjuangan, jika tak dilewati dengan cerita menarik. Rivai teringat di tahun 2020 ketika itu disepakati untuk melakukan giat subuhan di Masjid Arso Swakarsa.

Namun dalam perjalanan dari kota menuju Arso sekitar pukul 03.30 WIT tiba – tiba air di jalan menuju Arso meluap, karena ketika itu memang hujan deras. Ia dan rekan – rekannya terhadang banjir di daerah Kampung Yowong. Beberapa motor tetap berusaha melintas menerobos arus namun justru terjatuh dan terseret.

Baca Juga :  Harus Mampu Terjemahkan MRP dan Berkomitmen Perjuangkan Hak-hak Dasar OAP

  “Itu satu kenangan kami dimana terjebak banjir kemudian beberapa motor sempat terseret dan macet di tengah jalan,” ceritanya.

Hanya saja memang ada beberapa motor yang bisa lolos dari banjir dan sampai ke tujuan tapi ada juga yang gagal tembus sehingga agenda salat  ketika itu terpaksa dilakukan di tiga tempat terpisah. “Jadi paginya barulah kami berkumpul di Masjid Arso Swakarsa untuk bersilahturahmi dengan Wakil Bupati Keerom dan setelah itu kami langsung  balik ke Jayapura, akan tetapi di pertengahan jalan tepatnya di pertigaan jalan Arso 7 kami tertahan karena air meluap. Saya  sendiri sempat terjatuh di daerah Jalan Hanurata Holtekamp karena masuk ke dalam lubang berukuran besar,” imbuhnya.

   Diakui untuk melakoni perjalanan pada subuh untuk mengejar waktu salat berjamaah memang bukan hal mudah, namun tujuan dari Bikers Subuhan ini tak lain adalah menjalankan ajaran Islam sesuai dengan Alquran dan Hadist sehingga apapun halangannya akan tetap dihadapi.   

   “Kami ingin mengajak masyarakat khususnya lelaki muslim  untuk membiasakan diri mendirikan salat secara berjamaah serta memakmurkan masjid di sekitarnya. Teman – teman di BS juga tujuannya hijrah dan belajar menjadi lebih baik,” sambung Rivai.

  Selain agenda salat berjamaah, dikatakan BS juga kadang menggelar bakti sosial kemasyarakatan mulai dari khitanan, donasi bencana, pembangunan pondok pesantren, penggalangan dana untuk pembangunan masjid, mengunjungi orang sakit dan  ikut membangun ekonomi syariah masyarakat Papua.

   “Itu kegiatan lain yang bisa kami lakukan selain melakukan touring,” katanya.

  Untuk moment touring terjauh sendiri kata Rivai pernah sampai ke Sarmi termasuk subuhan di Masjid Al Hijrah, Skouw. “Bagi yang mau hijrah kami tentu membuka pintu lebar – lebar,” tutupnya. (*/tri)

Ngobrol Bareng Bikers Subuhan Jayapura, Mencari Pahala dengan Cara Bangun Pagi

Cara orang mencari pahala berbeda – beda. Ada yang cukup duduk di rumah dan membaca Alquran, namun ada juga yang tidak mudah. Bikers Subuhan punya cara sendiri yang seru. Seperti apa saja aktifitasnya?

Laporan: Abdel Gamel Naser – Jayapura

Melintas dan membelah jalur di tengah kegelapan di saat sebagian orang tertidur, tentu bukan hal yang mudah. Untuk bangun di pagi hari saja, belum tentu semua mau melakukan. Tapi ini tidak bagi para Bikers Subuhan Jayapura yang justru menjadikan itu sebagai sebuah kewajiban di akhir pekan. Pasalnya ada sebuah agenda rutin yang dilakukan yakni menggelar salat subuh dengan diawali berkumpul di satu titik untuk menuju masjid yang ditentukan.

Kelompok ini mirip club motor, karena berisi sejumlah komunitas motor berbagai jenis. Namun yang membedakan adalah Bikers Subuhan lebih mengedepankan safety, tanpa knalpot berisik dan tidak mengganggu atau merugikan pengguna jalan lainnya.

  Yang menjadi agenda rutin Bikers Subuhan adalah salat berjamaah di masjid yang dilakukan setiap Ahad atau Minggu pagi. Minggu pagi dipilih karena menjadi waktu paling berat dalam salat jamaah di masjid, jadi ada dua waktu yang dianggap masih sulit dilakukan saat ini terutama anak – anak muda adalah ketika pelaksanaan salat berjamaah di waktu Salat Isya maupun Salat Subuh.

“Kami memilih hari Minggu karena semua aktifitas yang berurusan dengan dunia bisa diliburkan. Semua fokus bagaimana bisa memberikan waktu yang lebih istimewa kepada sang maha pencipta. Jadi pada hari minggu seluruh bikers sudah bisa  menyiapkan waktu lebih panjang tanpa memikirkan yang lain – lain,” kata Rivai, salah satu anggota Bikers Subuhan.

   Untuk melakukan salat berjamaah ini dikatakan para anggota bisa bisa mengendarai motor sendiri atau dengan keluarga ke masjid yang telah ditentukan kemudian melaksanakan salat subuh berjamaah.

   Usai itu, seluruh anggota melanjutkan dengan mendengarkan tausiyah, mengisi atau membekali diri dengan ilmu – ilmu agama. Rivai  menceritakan bahwa awal mulanya bernama Bikers Subuhan ini tepatnya di tahun 2017 di Lampung, namun seiring waktu  Bikers  Subuhan mulai terbentuk hampir di 33 propinsi termasuk di dalamnya di kota dan kabupaten di Indonesia.

Baca Juga :  Digitalisasi Transaksi Keuangan Dorong Jayapura Menjadi Smart City

   Bikers Subuhan atau yang biasa disingkat BS kata Rivai, bukan komunitas maupun klub motor, akan tetapi merupakan kumpulan bikers (Pengendara Motor), pegiat salat subuh berjamaah yang diikuti beberapa anggota klub motor maupun non klub.

“Kami tidak memandang kedudukan, status, umur  ataupun jenis pekerjaan. Kelompok ini memang terbuka dan siapa saja boleh ikut bergabung selama memiliki visi yang sama. Kami juga bersifat independent atau mandiri  dan  secara organisasi tidak berada di bawah satu ormas, partai, aliran paham atau ajaran tertentu dan tidak terlibat dengan masalah politik apalagi politik praktis,” bebernya.

   Menariknya dari kelompok ini ternyata tidak ada yang disebut sebagai ketua. Sebab kata Rivai semua pria atau laki – laki dalam Islam adalah seorang pemimpin. “Iya, jadi semua yang ada di dalam BS ini adalah ketua, tidak ada anggota ataupun jabatan lainnya,” bebernya.

  Iapun menjelaskan dulu diawal terbentuk memang cukup sulit untuk mengumpulkan anggota yang akan pergi salat jamaah di masjid. Bahkan kadang saling telepon – teleponan dan saling menunggu, namun seiring jalannya waktu para ketua ini sudah bisa mempersiapkan diri lebih awal untuk langsung menuju titik kumpul.

  Ini juga dilandasi dari rasa malu karena semua laki – laki adalah pemimpin dan pemimpin harus memberi contoh, tidak mungkin ditunggu terus. Salat subuh berjamaah di masjid dikatakan merupakan syariat Islam yang perlu dijaga dan terus dipertahankan di era modern  sekarang. Jangan sampai nilai – nilai religi justru hilang akibat majunya jaman.

   Apa yang dilakukan selama  ini bukanlah sebuah perjuangan, jika tak dilewati dengan cerita menarik. Rivai teringat di tahun 2020 ketika itu disepakati untuk melakukan giat subuhan di Masjid Arso Swakarsa.

Namun dalam perjalanan dari kota menuju Arso sekitar pukul 03.30 WIT tiba – tiba air di jalan menuju Arso meluap, karena ketika itu memang hujan deras. Ia dan rekan – rekannya terhadang banjir di daerah Kampung Yowong. Beberapa motor tetap berusaha melintas menerobos arus namun justru terjatuh dan terseret.

Baca Juga :  Masih Ada Anggapan Donor Darah Tabu, Serta Ingatkan Jaga Lingkungan

  “Itu satu kenangan kami dimana terjebak banjir kemudian beberapa motor sempat terseret dan macet di tengah jalan,” ceritanya.

Hanya saja memang ada beberapa motor yang bisa lolos dari banjir dan sampai ke tujuan tapi ada juga yang gagal tembus sehingga agenda salat  ketika itu terpaksa dilakukan di tiga tempat terpisah. “Jadi paginya barulah kami berkumpul di Masjid Arso Swakarsa untuk bersilahturahmi dengan Wakil Bupati Keerom dan setelah itu kami langsung  balik ke Jayapura, akan tetapi di pertengahan jalan tepatnya di pertigaan jalan Arso 7 kami tertahan karena air meluap. Saya  sendiri sempat terjatuh di daerah Jalan Hanurata Holtekamp karena masuk ke dalam lubang berukuran besar,” imbuhnya.

   Diakui untuk melakoni perjalanan pada subuh untuk mengejar waktu salat berjamaah memang bukan hal mudah, namun tujuan dari Bikers Subuhan ini tak lain adalah menjalankan ajaran Islam sesuai dengan Alquran dan Hadist sehingga apapun halangannya akan tetap dihadapi.   

   “Kami ingin mengajak masyarakat khususnya lelaki muslim  untuk membiasakan diri mendirikan salat secara berjamaah serta memakmurkan masjid di sekitarnya. Teman – teman di BS juga tujuannya hijrah dan belajar menjadi lebih baik,” sambung Rivai.

  Selain agenda salat berjamaah, dikatakan BS juga kadang menggelar bakti sosial kemasyarakatan mulai dari khitanan, donasi bencana, pembangunan pondok pesantren, penggalangan dana untuk pembangunan masjid, mengunjungi orang sakit dan  ikut membangun ekonomi syariah masyarakat Papua.

   “Itu kegiatan lain yang bisa kami lakukan selain melakukan touring,” katanya.

  Untuk moment touring terjauh sendiri kata Rivai pernah sampai ke Sarmi termasuk subuhan di Masjid Al Hijrah, Skouw. “Bagi yang mau hijrah kami tentu membuka pintu lebar – lebar,” tutupnya. (*/tri)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya