Sunday, May 18, 2025
23.7 C
Jayapura

Noken Bukan Tentang Tas Tapi Tentang Nilai Budaya

Bahkan pencetus lahirnya noken hingga mendapat pengakuan dunia, Titus Pekei berulang kali meminta agar bangunan ini segera difungsikan. Segera diaktifkan agar memiliki nilai plus. Bukan hanya dibangun dan tak dikelola. Bertahun – tahun Titus maupun Jhon Gobay, satu anggota DPR Papua menyuarakan tapi tetap saja.  Bahkan Jhon Gobay pernah mendatangi gedung ini namun tertutup dan terlihat tak terawat.

Padahal di dalamnya ada sejumlah sample noken dari berbagai daerah. Masing masing disimpan di lantai dua dengan menggunakan lemari kaca. Dari ragam jenis yang ada, noken memiliki perbedaan yang menonjol. Noken dengan cara dirajut diadopsi  masyarakat wilayah adat khususnya dari wilayah pegunungan. Sementara noken anyaman dari wilayah wilayah pesisir pantai.

Baca Juga :  Beredar Hoax, Jubir Ajak Warga Kunjungi akun Resmi Pemrov Papua

“Kalau wilayah adat Tabi misalnya nokennya itu dianyam, sementara Meepago dan Lapago itu dirajut,” jelas Kepala Seksi Promosi dan Pemasaran, UPTD Noken Papua, Edi Raunsay kepada Cenderawasih pos, Rabu (9/10). 

Dikatakan noken-noken yang dikoleksi di musem memiliki nilai sejarah dan budaya yang tinggi. Selain itu memiliki filosofi yang tinggi, juga memiliki ciri atau simbol simbol kehidupan masyarakat Papua diantaranya. Simbol kehidupan. Noken melambangkan kehidupan yang baik, cinta perdamaian, dan kesuburan.

Kemudian noken berfungsi sebagai pengingat bahwa suku-suku di Papua memiliki kesamaan budaya. Selain itu memiliki simbol kedewasaan dimana Papua, kemahiran seorang perempuan merajut noken dianggap sebagai tanda kedewasaan.

Simbol rahim yang penuh kasih, noken melambangkan memelihara, melindungi, dan memberi nutrisi, gizi, dan cinta.  Tidak hanya itu, Noken juga memiliki simbol keterbukaan. Noken yang transparan menunjukkan keterbukaan, kejujuran, penerimaan, pengetahuan, dan pembelajaran.

Baca Juga :  Yakin Bisa Wujudkan Pembangunan dengan Pendekatan Budaya dan Kearifan Lokal

Bahkan pencetus lahirnya noken hingga mendapat pengakuan dunia, Titus Pekei berulang kali meminta agar bangunan ini segera difungsikan. Segera diaktifkan agar memiliki nilai plus. Bukan hanya dibangun dan tak dikelola. Bertahun – tahun Titus maupun Jhon Gobay, satu anggota DPR Papua menyuarakan tapi tetap saja.  Bahkan Jhon Gobay pernah mendatangi gedung ini namun tertutup dan terlihat tak terawat.

Padahal di dalamnya ada sejumlah sample noken dari berbagai daerah. Masing masing disimpan di lantai dua dengan menggunakan lemari kaca. Dari ragam jenis yang ada, noken memiliki perbedaan yang menonjol. Noken dengan cara dirajut diadopsi  masyarakat wilayah adat khususnya dari wilayah pegunungan. Sementara noken anyaman dari wilayah wilayah pesisir pantai.

Baca Juga :  Antar Jemput Naik Motor, Eril di Belakang, Adiknya di Depan

“Kalau wilayah adat Tabi misalnya nokennya itu dianyam, sementara Meepago dan Lapago itu dirajut,” jelas Kepala Seksi Promosi dan Pemasaran, UPTD Noken Papua, Edi Raunsay kepada Cenderawasih pos, Rabu (9/10). 

Dikatakan noken-noken yang dikoleksi di musem memiliki nilai sejarah dan budaya yang tinggi. Selain itu memiliki filosofi yang tinggi, juga memiliki ciri atau simbol simbol kehidupan masyarakat Papua diantaranya. Simbol kehidupan. Noken melambangkan kehidupan yang baik, cinta perdamaian, dan kesuburan.

Kemudian noken berfungsi sebagai pengingat bahwa suku-suku di Papua memiliki kesamaan budaya. Selain itu memiliki simbol kedewasaan dimana Papua, kemahiran seorang perempuan merajut noken dianggap sebagai tanda kedewasaan.

Simbol rahim yang penuh kasih, noken melambangkan memelihara, melindungi, dan memberi nutrisi, gizi, dan cinta.  Tidak hanya itu, Noken juga memiliki simbol keterbukaan. Noken yang transparan menunjukkan keterbukaan, kejujuran, penerimaan, pengetahuan, dan pembelajaran.

Baca Juga :  Ribuan Warga Pegubin Tolak Gabung ke Papua Pegunungan

Berita Terbaru

Artikel Lainnya