Friday, November 22, 2024
25.7 C
Jayapura

Noken Bukan Tentang Tas Tapi Tentang Nilai Budaya

Menelisik Bangunan UPTD Museum Noken yang Sejak Dibangun hingga Kini Minim Perhatian

Dulu pada tahun 2012 Unesco menetapkan noken sebagai warisan budaya dunia tak benda. Semua pejabat tiba-tiba peduli dan menggunakan noken. Kesini- kesini semua lupa bahwa ada hal yang harus dijaga. Museum Noken salah satunya

Laporan: Karolus Daot-Jayapura.

Papua merupakan wilayah di Indonesia bagian Timur yang tak bosan diuntai pada secarcik kertas. Bagaimana tidak, wilayah dengan alam yang rimbun nan sejuk itu memiliki ragam keunikan, salah satu diantaranya adalah hasil kerajinan yaitu noken.

Noken merupakan tas unik tradisional Papua yang terbuat dari serat kulit kayu seperti kayu pohon nenduam, pohon nawa, atau anggrek hutan, serta beberapa kulit kayu lainnya yang digunakan sebagai bahan dasar noken.

Baca Juga :  Mata Hati Tertutup Kabut Kepentingan Kekuasaan, Muaranya Politik Amoral

Dengan keunikannya, pada tahun 2012 UNESCO resmi tetapkan noken sebagai warisan budaya dunia tak benda. Masuknya noken sebagai warisan budaya dunia mendorong pemerintah Indonesia untuk mendirikan sebuah gedung yang disebut sebagai Musem Noken. Gedung yang cukup megah ini dibangun di kawasan Ekspo Waena, Distrik Heram, Kota Jayapura pada tahun 2013 silam.

Usai dibangun, setidaknya selama 5 tahun, museum ini kelolah pemerintah pusat dibawah kendali Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Kemudian pada tahun 2018 sampai sekarang pengelolaannya diserahkan kepada pemerintah daerah dibawa kendali Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Papua.

Tujuan utama dibangunnya museum tersebut untuk mempromosikan kepada khalayak luas, bahwasannya noken yang dijadikan sebagai warisan dunia tak benda itu, mempunyai nilai  sejarah dan budaya. Sehingga penting dijaga guna untuk diwariskan kepada anak cucu orang Papua.

Baca Juga :  TPNPB-OPM Dinilai Mulai Frustasi

Adapun benda bersejarah itu dikoleksi masing masing keterwakilan dari 7 wilayah adat yang ada di Papua, meliputi Wilayah adat Mamta, Saireri, Animha, La Pago, Mee Pago, Domberai, dan Wilayah Adat Bomberai. Hanya kesini – kesini bisa dibilang museum ini sempat mangkrak. Tidak ada aktifitas, tak terawat, mulai rusak dan mirip bangunan modern yang berada di tempat kumuh.

Menelisik Bangunan UPTD Museum Noken yang Sejak Dibangun hingga Kini Minim Perhatian

Dulu pada tahun 2012 Unesco menetapkan noken sebagai warisan budaya dunia tak benda. Semua pejabat tiba-tiba peduli dan menggunakan noken. Kesini- kesini semua lupa bahwa ada hal yang harus dijaga. Museum Noken salah satunya

Laporan: Karolus Daot-Jayapura.

Papua merupakan wilayah di Indonesia bagian Timur yang tak bosan diuntai pada secarcik kertas. Bagaimana tidak, wilayah dengan alam yang rimbun nan sejuk itu memiliki ragam keunikan, salah satu diantaranya adalah hasil kerajinan yaitu noken.

Noken merupakan tas unik tradisional Papua yang terbuat dari serat kulit kayu seperti kayu pohon nenduam, pohon nawa, atau anggrek hutan, serta beberapa kulit kayu lainnya yang digunakan sebagai bahan dasar noken.

Baca Juga :  Apresiasi Merauke Dijadikan Tempat Pembagian 10 Juta Bendera

Dengan keunikannya, pada tahun 2012 UNESCO resmi tetapkan noken sebagai warisan budaya dunia tak benda. Masuknya noken sebagai warisan budaya dunia mendorong pemerintah Indonesia untuk mendirikan sebuah gedung yang disebut sebagai Musem Noken. Gedung yang cukup megah ini dibangun di kawasan Ekspo Waena, Distrik Heram, Kota Jayapura pada tahun 2013 silam.

Usai dibangun, setidaknya selama 5 tahun, museum ini kelolah pemerintah pusat dibawah kendali Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Kemudian pada tahun 2018 sampai sekarang pengelolaannya diserahkan kepada pemerintah daerah dibawa kendali Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Papua.

Tujuan utama dibangunnya museum tersebut untuk mempromosikan kepada khalayak luas, bahwasannya noken yang dijadikan sebagai warisan dunia tak benda itu, mempunyai nilai  sejarah dan budaya. Sehingga penting dijaga guna untuk diwariskan kepada anak cucu orang Papua.

Baca Juga :  Mata Hati Tertutup Kabut Kepentingan Kekuasaan, Muaranya Politik Amoral

Adapun benda bersejarah itu dikoleksi masing masing keterwakilan dari 7 wilayah adat yang ada di Papua, meliputi Wilayah adat Mamta, Saireri, Animha, La Pago, Mee Pago, Domberai, dan Wilayah Adat Bomberai. Hanya kesini – kesini bisa dibilang museum ini sempat mangkrak. Tidak ada aktifitas, tak terawat, mulai rusak dan mirip bangunan modern yang berada di tempat kumuh.

Berita Terbaru

Artikel Lainnya