Tuesday, September 17, 2024
26.7 C
Jayapura

Jangankan Jemaah Indonesia, Jemaah Afghanistan pun Dibantu

Sekelumit Kisah Perjuangan Petugas Haji Selama di Tanah Suci 

Bahkan untuk urusan yang sebenarnya tidak pernah mereka lakukan, para petugas haji siap membantu para jemaah semaksimal mungkin. Berikut bagian akhir laporan ARIS IMAM MASYHUDI yang baru pulang bertugas di Tanah Suci.

SAAT masuk lift untuk turun meninggalkan salah satu hotel pemondokan jemaah Indonesia di kawasan Markaziyah, Madinah, Arab Saudi, air mata Mujahiddin Nur tak tertahan lagi. Sebuah peristiwa yang tak akan pernah terlupakan baru saja dialaminya.

  Saat tengah berada di Masjid Nabawi, personel layanan jemaah lansia dan disabilitas Petugas   Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi itu bertemu dengan seorang kakek. Mbah Salim, nama kakek berusia 75 tahun itu. Wajahnya terlihat lelah. Sorot matanya menampakkan kebingungan.

  Saat kakek itu tengah meneguk air zamzam yang diambilnya dari salah satu deretan jeriken di pelataran masjid, Mujahiddin pun menghampirinya. Begitu terkejutnya saat Mujahiddin mendengar cerita jemaah asal Pekalongan, Jawa Tengah itu.

Baca Juga :  Kurban, Manifestasi Dekatkan Diri Kepada Allah

  Mbah Salim ternyata sudah hampir dua hari berada di Nabawi sendirian. Gara-gara tertinggal rombongan setelah salat berjemaah, dia lupa jalan pulang kembali ke hotelnya.

Mbah Salim tidak berani ke mana-mana. Tetap berada di area Masjid Nabawi. Dia juga kesulitan untuk bertanya. Sebab, tak tahu nama hotelnya.

  Selama dua hari itu, sang kakek sama sekali tidak makan. Hanya minum air zamzam. Dia percaya akan mendapat berkah dari air itu.

”Setelah mendengar cerita beliau, saya langsung mencium tangannya, meminta maaf. Kenapa kami sampai lalai sehingga tidak tahu ada jemaah seperti beliau sampai tidak bisa pulang ke hotel,” katanya.

  Begitu tiba di lantai 5 hotel yang ditempati, keharuan pecah. Seluruh rekan satu rombongan Mbah Salim histeris. Sebab, selama dua hari itu pula mereka mencari sang kakek.

Baca Juga :  Paling Sulit Belajar Mandiri dan Mentransfer Ilmu dalam Implemetansi KM

”Semoga perjuangan sampean diridai Allah, Nak,” kata Mbah Salim sembari merangkul ketika Mujahiddin berpamitan, doa yang membuat Mujahiddin menangis saat masuk lift.

  Kisah Mujahiddin hanya satu dari begitu banyak cerita tentang perjuangan para petugas haji Indonesia selama musim haji 2024. Mereka turun membantu jemaah yang membutuhkan pertolongan. Apa saja itu.

  Bahkan, untuk urusan yang sebenarnya mereka tidak pernah lakukan. Misalnya, kisah yang dialami Asep Firmansyah dan Hikmah Rosalina. Dua petugas haji itu bukanlah tenaga kesehatan. Namun, saat berada di Masjid Nabawi maupun kompleks Masjidilharam, keduanya seolah-olah bisa bermetamorfosis menjadi dokter dadakan.

Sekelumit Kisah Perjuangan Petugas Haji Selama di Tanah Suci 

Bahkan untuk urusan yang sebenarnya tidak pernah mereka lakukan, para petugas haji siap membantu para jemaah semaksimal mungkin. Berikut bagian akhir laporan ARIS IMAM MASYHUDI yang baru pulang bertugas di Tanah Suci.

SAAT masuk lift untuk turun meninggalkan salah satu hotel pemondokan jemaah Indonesia di kawasan Markaziyah, Madinah, Arab Saudi, air mata Mujahiddin Nur tak tertahan lagi. Sebuah peristiwa yang tak akan pernah terlupakan baru saja dialaminya.

  Saat tengah berada di Masjid Nabawi, personel layanan jemaah lansia dan disabilitas Petugas   Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi itu bertemu dengan seorang kakek. Mbah Salim, nama kakek berusia 75 tahun itu. Wajahnya terlihat lelah. Sorot matanya menampakkan kebingungan.

  Saat kakek itu tengah meneguk air zamzam yang diambilnya dari salah satu deretan jeriken di pelataran masjid, Mujahiddin pun menghampirinya. Begitu terkejutnya saat Mujahiddin mendengar cerita jemaah asal Pekalongan, Jawa Tengah itu.

Baca Juga :  Pansus Angket Haji Akan Panggil Menag Yaqut

  Mbah Salim ternyata sudah hampir dua hari berada di Nabawi sendirian. Gara-gara tertinggal rombongan setelah salat berjemaah, dia lupa jalan pulang kembali ke hotelnya.

Mbah Salim tidak berani ke mana-mana. Tetap berada di area Masjid Nabawi. Dia juga kesulitan untuk bertanya. Sebab, tak tahu nama hotelnya.

  Selama dua hari itu, sang kakek sama sekali tidak makan. Hanya minum air zamzam. Dia percaya akan mendapat berkah dari air itu.

”Setelah mendengar cerita beliau, saya langsung mencium tangannya, meminta maaf. Kenapa kami sampai lalai sehingga tidak tahu ada jemaah seperti beliau sampai tidak bisa pulang ke hotel,” katanya.

  Begitu tiba di lantai 5 hotel yang ditempati, keharuan pecah. Seluruh rekan satu rombongan Mbah Salim histeris. Sebab, selama dua hari itu pula mereka mencari sang kakek.

Baca Juga :  Investigasi Tiga Layanan Selama Fase Armuzna

”Semoga perjuangan sampean diridai Allah, Nak,” kata Mbah Salim sembari merangkul ketika Mujahiddin berpamitan, doa yang membuat Mujahiddin menangis saat masuk lift.

  Kisah Mujahiddin hanya satu dari begitu banyak cerita tentang perjuangan para petugas haji Indonesia selama musim haji 2024. Mereka turun membantu jemaah yang membutuhkan pertolongan. Apa saja itu.

  Bahkan, untuk urusan yang sebenarnya mereka tidak pernah lakukan. Misalnya, kisah yang dialami Asep Firmansyah dan Hikmah Rosalina. Dua petugas haji itu bukanlah tenaga kesehatan. Namun, saat berada di Masjid Nabawi maupun kompleks Masjidilharam, keduanya seolah-olah bisa bermetamorfosis menjadi dokter dadakan.

Berita Terbaru

Artikel Lainnya