Sunday, April 28, 2024
29.7 C
Jayapura

Anggap TPU Tanah Hitam Berjasa, Rasa Kehilangan Jika Pindah ke Tempat Lain

Kerja di Sekitar Pemakaman, Antar Aser Serewei Sampai Selesaikan Kuliah S-2 di Uncen

Bagi sebagian orang, tinggal dan bekerja terkait dengan pemakaman orang meninggal, tentu terasa menyeramkan. Namun berbeda dengan Aser Serewei yang mampu menghidupi keluarga and menempuh pendidikan hingga S2 sebagai pekerja pengali makam, jualan bunga ziarah maupuan bersih-bersih makam.

Laporan: Carolus Daot_JAYAPURA

Rabu (6/7)  Cendrawasih pos melihat ke lokasi Tempat Pemakaman Umum (TPU)  Kristen di Tanah Hitam, Kelurahan Awiyo, Distrik Abepura. Awalnya kunjungan  ingin menemui kepala pengelola TPU Tanah Hitam terkait wacana pemindahan lokasi Kuburan umum Kristen Abepura, ke Buper Waena.,

  Namun karena sedang tidak di Kantor, akhirnya  Cenderawasih Pos mencoba mendekati salah satu penjual bunga yang sedang berjualan di samping kantor PTU. Secara tidak kebetulan narasumber yang temui ini adalah seorang guru SMA di Bonggo Kabupaten Sarmi.

  Pria itu bernama Aser Serewi, dia menceritakan bahwa pada tahun 1993 dirinya dan istri berjualan di Pemakaman Umum Kristen Abepura. Di lapak yang kecil itu mereka menjual berbagai macam keperluan untuk para peziarah, seperti bunga, minyak tanah, obor, minuman dingin dan juga berbagai makanan ringan lainnya. Aswer mengaku berjualan di Pemakaman umum kristen pada waktu itu merupakan mata pencaharian utama untuk kebutuhan rumah tangganya.

  Untuk menunjang pendapatannya dia juga bekerja sebagai penggali kubur. Menjadi tukang gali kubur memang bukan pekerjaan yang mudah diterpa dengan panasnya terik mata hari bahkan kehujananpun bukan menjadi tantangan berat bagi Pria 3 anak itu.

Baca Juga :  Lokasi Nongkrong Strategis di Pusat Kota, Banyak Pilihan Kuliner

   Diapun mengungkapkan upah yang harus dia terima untuk satu liang lahat hanya Rp 50 ribu, tapi menurut Aser dengan nominal seperti itu nilainya cukup besar karena hitungan rupiah pada zaman itu masih terhitung kecil. Karena memikirikan nasibmya di hari tua didukung dengan pendapatanya cukup melebihi kebutuhan rumah tangga tepatnya pada tahun 2002 di mencoba meminta kepada istrinya untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang perguruan tinggi.

  Tanpa pikir panjang istrinya pun mengiyakan permintaan suaminya itu. akhirnya Aswer mendafftar di Universitas Cenderawasih jurusan pendidikan. Setelah diterima di Uncen, diapun sempat memikirkan bagaimana biaya kuliah ke depan, tapi dengan dukungan penuh dari istrinya alhasil perjuangan pria dari 3 anak itu akhirnya membuahkan hasil.

  “Selama saya kuliah saya tidak pernah minta bayar perhari kepada pemilik makam yang ada disini, saya punya kerja setiap hari bersih dorang punya  keluarga punya kuburan. Nanti pas setiap pertengahan maupun awal semester barulah mereka datang kasih saya uang”, ujar Aswer kepada Cendrawasih pos.

  Pada tahun 2006 Aser tamat dari Universitas Cendrawasih jurusan ilmu pendidikan, pasca tamat kuliah Aswer kembali menekuni pekerjaanya sebagai penggali kubur. Hingga pada tahun 2007 kebetulan ada kesempatan pembukaan tes CPNS, diapun tidak mau melewati moment itu. Akhirnya mencoba untuk mendaftar, tepat pada 1 Januari 2008 berita kelulusan keluar nama dari pria 3 anak itu dinyatakan lulus dan penempatan di SMA Bonggo Kabupaten Sarmi. dari sejak itulah akhirnya dia mengajak isitri tercintanya untuk kuliah.

Baca Juga :  Peran Perempuan Jadi Kunci Kekuatan Bangsa dan Cerdaskan Generasi Bangsa

  “Sejak saya lulus pada tahun 2008, tempat ini  tetap kami buka walaupun bukan sebagai pencaharian utama di tempat ini, tapi kami anggap tempat ini penuh berjasa dalam hidup kami, bahkan saya baru saja selesai S-2 di Uncen, selain itu istriku juga seorang Guru, kemudian anak anak ku semuanya sudah tamat kuliah dan sekarang sudah kerja semua,” terang Aser.

   “Pada prinsipnya apapun pekerjaan kita kalau ditekuni maka akan membuahkan hasil”, lanjutnya.

Terkait dengan informasi pemindahan lokasi pemakaman umum Aser mengaku merasa kehilangan, namun dirinya mengaku akan tetap memberikan dampak pada pertumbuhan masyarakat khususnya para penjual bunga.

   Menurut dia pendapatan utama dari penjual bunga di Pemakaman umum hampir setiap hari punya masukan, karena peziarah datang mengunjungi pemakaman umum, sehingga menurut dia walaupun lokasi kuburan dipindah tidak akan berdampak pada pendapatan masyarakat setempat.

  “Kalau nantinya lokasi dipindah maka tempat ini justru akan menjadi tempat wisata, berharap juga pemerintah tetap perhatikan tempat ini walauoun lokasinya dipindahkan ke tempat lain”, tandasnya. (*/tri)

Kerja di Sekitar Pemakaman, Antar Aser Serewei Sampai Selesaikan Kuliah S-2 di Uncen

Bagi sebagian orang, tinggal dan bekerja terkait dengan pemakaman orang meninggal, tentu terasa menyeramkan. Namun berbeda dengan Aser Serewei yang mampu menghidupi keluarga and menempuh pendidikan hingga S2 sebagai pekerja pengali makam, jualan bunga ziarah maupuan bersih-bersih makam.

Laporan: Carolus Daot_JAYAPURA

Rabu (6/7)  Cendrawasih pos melihat ke lokasi Tempat Pemakaman Umum (TPU)  Kristen di Tanah Hitam, Kelurahan Awiyo, Distrik Abepura. Awalnya kunjungan  ingin menemui kepala pengelola TPU Tanah Hitam terkait wacana pemindahan lokasi Kuburan umum Kristen Abepura, ke Buper Waena.,

  Namun karena sedang tidak di Kantor, akhirnya  Cenderawasih Pos mencoba mendekati salah satu penjual bunga yang sedang berjualan di samping kantor PTU. Secara tidak kebetulan narasumber yang temui ini adalah seorang guru SMA di Bonggo Kabupaten Sarmi.

  Pria itu bernama Aser Serewi, dia menceritakan bahwa pada tahun 1993 dirinya dan istri berjualan di Pemakaman Umum Kristen Abepura. Di lapak yang kecil itu mereka menjual berbagai macam keperluan untuk para peziarah, seperti bunga, minyak tanah, obor, minuman dingin dan juga berbagai makanan ringan lainnya. Aswer mengaku berjualan di Pemakaman umum kristen pada waktu itu merupakan mata pencaharian utama untuk kebutuhan rumah tangganya.

  Untuk menunjang pendapatannya dia juga bekerja sebagai penggali kubur. Menjadi tukang gali kubur memang bukan pekerjaan yang mudah diterpa dengan panasnya terik mata hari bahkan kehujananpun bukan menjadi tantangan berat bagi Pria 3 anak itu.

Baca Juga :  Terbiar Kosong Jadi Tempat Miras, Minta Pemprov Bantu Untuk Perbaiki Kerusakan 

   Diapun mengungkapkan upah yang harus dia terima untuk satu liang lahat hanya Rp 50 ribu, tapi menurut Aser dengan nominal seperti itu nilainya cukup besar karena hitungan rupiah pada zaman itu masih terhitung kecil. Karena memikirikan nasibmya di hari tua didukung dengan pendapatanya cukup melebihi kebutuhan rumah tangga tepatnya pada tahun 2002 di mencoba meminta kepada istrinya untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang perguruan tinggi.

  Tanpa pikir panjang istrinya pun mengiyakan permintaan suaminya itu. akhirnya Aswer mendafftar di Universitas Cenderawasih jurusan pendidikan. Setelah diterima di Uncen, diapun sempat memikirkan bagaimana biaya kuliah ke depan, tapi dengan dukungan penuh dari istrinya alhasil perjuangan pria dari 3 anak itu akhirnya membuahkan hasil.

  “Selama saya kuliah saya tidak pernah minta bayar perhari kepada pemilik makam yang ada disini, saya punya kerja setiap hari bersih dorang punya  keluarga punya kuburan. Nanti pas setiap pertengahan maupun awal semester barulah mereka datang kasih saya uang”, ujar Aswer kepada Cendrawasih pos.

  Pada tahun 2006 Aser tamat dari Universitas Cendrawasih jurusan ilmu pendidikan, pasca tamat kuliah Aswer kembali menekuni pekerjaanya sebagai penggali kubur. Hingga pada tahun 2007 kebetulan ada kesempatan pembukaan tes CPNS, diapun tidak mau melewati moment itu. Akhirnya mencoba untuk mendaftar, tepat pada 1 Januari 2008 berita kelulusan keluar nama dari pria 3 anak itu dinyatakan lulus dan penempatan di SMA Bonggo Kabupaten Sarmi. dari sejak itulah akhirnya dia mengajak isitri tercintanya untuk kuliah.

Baca Juga :  Banyak Warga Belum Paham Hukum, Tidak Semua Persoalan Harus ke Pengadilan

  “Sejak saya lulus pada tahun 2008, tempat ini  tetap kami buka walaupun bukan sebagai pencaharian utama di tempat ini, tapi kami anggap tempat ini penuh berjasa dalam hidup kami, bahkan saya baru saja selesai S-2 di Uncen, selain itu istriku juga seorang Guru, kemudian anak anak ku semuanya sudah tamat kuliah dan sekarang sudah kerja semua,” terang Aser.

   “Pada prinsipnya apapun pekerjaan kita kalau ditekuni maka akan membuahkan hasil”, lanjutnya.

Terkait dengan informasi pemindahan lokasi pemakaman umum Aser mengaku merasa kehilangan, namun dirinya mengaku akan tetap memberikan dampak pada pertumbuhan masyarakat khususnya para penjual bunga.

   Menurut dia pendapatan utama dari penjual bunga di Pemakaman umum hampir setiap hari punya masukan, karena peziarah datang mengunjungi pemakaman umum, sehingga menurut dia walaupun lokasi kuburan dipindah tidak akan berdampak pada pendapatan masyarakat setempat.

  “Kalau nantinya lokasi dipindah maka tempat ini justru akan menjadi tempat wisata, berharap juga pemerintah tetap perhatikan tempat ini walauoun lokasinya dipindahkan ke tempat lain”, tandasnya. (*/tri)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya