Jayapura sejatinya memang kaya warisan budaya. Di daratan, masyarakat mengenal Situs Gunung Srobu di Teluk Youtefa yang memuat kebudayaan megalitik dengan temuan arca batu, gerabah, manik-manik, hingga cangkang kerang.
Ada pula jejak Perang Dunia II seperti Tugu Pendaratan Tentara Sekutu di Hamadi, Tugu Pendaratan Tentara Jepang di Abepantai, Goa Skouw, dan Goa Mer. Kini, tinggalan bawah laut melengkapi sejarah itu. Laut Jayapura tidak hanya menyimpan biota dan keindahan karang, tetapi juga museum hidup dari masa lalu yang terlupakan.
Hasil survei BPK Wilayah XXII Papua sekaligus menjadi peringatan. Tanpa kesadaran kolektif, warisan ini akan hilang tergerus waktu, rusak oleh aktivitas manusia, atau lenyap ditelan limbah.
“Kami menyerukan kepada masyarakat untuk menghentikan penggunaan bom ikan dan tidak lagi membuang sampah ke laut. Kalau hilang, kita bukan hanya kehilangan warisan budaya, tetapi juga peluang untuk menjadikan Jayapura sebagai pusat wisata sejarah maritim,” tegas Saberia.
Pelestarian, kata dia, bukan hanya tanggung jawab pemerintah. Nelayan, komunitas penyelam, pelajar, hingga generasi muda perlu dilibatkan agar warisan sejarah ini tetap lestari dan bermanfaat.
Setelah hasil survei ini dianalisis, BPK Papua berencana menetapkan situs-situs tersebut sebagai cagar budaya bawah air. Kegiatan serupa akan terus diperluas ke wilayah lain, untuk memperkaya catatan sejarah Papua sekaligus mendorong pembangunan berbasis budaya.
“Ini bukan sekadar soal sejarah, tapi juga bagaimana warisan ini bisa memberi dampak positif bagi pembangunan Jayapura dan Papua pada umumnya,” pungkasnya. (*/tri)
Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos
BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS https://www.myedisi.com/cenderawasihpos