Monday, December 23, 2024
27.7 C
Jayapura

Monyet-Monyet Liar pun Sering Temani Peselancar Menunggu Ombak 

Plengkung, Arena World Surf League, Pantai di Banyuwangi dengan Ombak Kidal Terbaik di Dunia 

Ombak di Plengkung jadi surga para peselancar karena sangat panjang dan membentuk terowongan yang juga amat panjang. Berada di kawasan taman nasional, keasrian dan kealamiannya pun terjaga.

I’IED RAHMAT RIFADIN, Banyuwangi

KE sana akhirnya Kelly Slater kembali. Ke pantai dengan ombak istimewa di bibir Samudra Hindia. Tempat dia merengkuh gelar 27 tahun silam.

’’Saya selalu menanti kejuaraan dunia kembali ke tempat istimewa ini. Dan, itu terwujud tahun ini,’’ ucap Slater.

Plengkung alias G-Land, pantai di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, pekan ini punya gawe besar sebagai tuan rumah World Surf League (WSL) Pro G-Land 2022. Kejuaraan itu merupakan satu di antara sebelas turnamen selancar level mayor yang digelar sepanjang 2022.

Dulu, saat kejuaraan serupa yang masih bernama Association Surfing Professional World Tour dihelat kali pertama di Plengkung pada 1995, Slater-lah juaranya. Ajang tersebut kembali diadakan di pantai di ujung selatan Taman Nasional Alas Purwo itu pada 1996 dan 1997. Kemudian absen lama sampai datang lagi tahun ini.

Sekian tahun lamanya, tapi Slater merasa tak ada yang berubah dari Plengkung. Tetap asri dan alami lingkungannya. Dan, dengan daya tarik utama pada ombaknya.

Bagi para surfer atau peselancar asing, pantai yang memiliki tiga titik ombak terkenal bernama Kong, Speedis, dan Many Track tersebut lebih akrab dengan sebutan G-Land. Beberapa versi muncul tentang asal usul huruf G itu.

Ada yang menyebut itu merujuk bentuk pantai yang melengkung menyerupai G. Cerita lain menyebut G-Land berasal dari huruf depan Teluk Grajagan. Plengkung terletak di sisi timur lengkungan teluk itu.

Ada juga yang menyebut huruf G menjadi sebutan Plengkung dari kata green alias hijau. Sebab, suasana pantai tersebut masih hijau, masih asri. Kondisi itu terjaga sampai saat ini karena berada di kawasan taman nasional yang dilindungi.

Baca Juga :  Kalau Menyakiti Perempuan, Tanaman Bakal Kering dan Mati

Datang ke Plengkung jauh berbeda jika dibandingkan datang ke pantai dekat perkotaan seperti halnya Kuta, Bali. Jika di sana surfer dikelilingi kafe dan hotel berbintang, di Plengkung surfer merasakan begitu alaminya hutan Alas Purwo. Monyet-monyet liar sering keluar dari hutan menemani mereka cangkruk saat menanti ombak di bibir pantai.

Indonesia tercatat sebagai negara yang memiliki garis pantai terpanjang kedua di dunia mencapai 108.000 km. Hanya kalah oleh Kanada yang punya 202.000 km. Itu membuat negara ini bak ditakdirkan sebagai rumah mewah olahraga selancar.

Sebelum datang ke Banyuwangi, WSL sudah menyambangi lebih dulu Banzai Pipeline dan Sunset Beach, Hawaii, Amerika Serikat; Peniche, Portugal; serta Bell Beach dan Margaret River, Australia. Setelah dari Banyuwangi, ajang itu berlanjut ke Punta Roca El Savador, Saquarema, Rio de Janeiro, Brasil; Jeffreys Bay Eastern Cape, Afrika Selatan; serta Teahupo’o, Tahiti.

Puncak liga selancar dunia 2022 itu akan berlangsung di San Clemente, California, Amerika Serikat. Lokasi tersebut menggelar WSL Finals pada September mendatang. ’’Suatu kebanggaan bisa kembali membawa tur dunia ke G-Land yang indah ini, setelah sekian lama,’’ ucap Andre Stark, general manager WSL Asia Pacific.

Menurut Stark, pihaknya memang selalu ingin kembali ke G-Land. ’’Tempat ini dihadiahi ombak kiri terbaik di planet ini,’’ tambahnya.

Menurut Tipi Jabrik, sekretaris jenderal pengurus Pusat Persatuan Selancar Ombak Indonesia (PSOI), ombak kiri G-Land istimewa karena sangat panjang dan membentuk terowongan yang juga amat panjang. ’’Hanya ada beberapa pantai di dunia ini yang memiliki karakter ombak ke kiri yang sangat bagus. Di antaranya, Tahiti, Fiji, dan Pipeline, Hawaii. G-Land punya ombak dan terowongan yang lebih panjang dari semua tempat itu,’’ ucap Tipi.

Baca Juga :  Saatnya Perempuan Diberi Kesempatan dan Membuktikan Jadi Pemimpin di Papua

Lebih lanjut, Tipi menyebut G-Land juga lebih istimewa karena gelombang ombak di tempat itu berlangsung sangat lama dalam satu tahun. Mulai April sampai November.

Belum banyak bangunan yang ada di G-Land sampai sekarang. Hanya ada empat surf camp sederhana yang merupakan rumah singgah bagi peselancar yang ingin bermalam. Untuk menuju pantai itu, pengunjung harus melewati tiga pos penjagaan Taman Nasional Alas Purwo. Suasana jauh dari hiruk pikuk kota itulah yang malah jadi daya tarik tersendiri bagi peselancar untuk datang.

Adalah dua peselancar Amerika Serikat, Bob Laverty dan Bill Boyum, yang menemukan karakter spesial ombak di pantai yang berada di kawasan Teluk Grajagan itu. Hampir setengah abad silam pada 1972.

Saat itu, dalam perjalanan menuju Bali, Bob dan Bill menengok ke jendela pesawat. Perhatian mereka lantas tertuju pada pecahnya gulungan ombak besar yang selalu mengarah dari timur ke barat yang terbentuk di pantai dengan hamparan karang di bibirnya tersebut.

Setiba di Bali, keduanya menyewa boat menuju Pantai Plengkung. Sejak itulah pantai yang terletak di ujung selatan Pulau Jawa tersebut makin kondang. Ombak kidal di Plengkung kini bahkan sudah diakui sebagai titik ombak kiri terbaik di dunia.

Plengkung mendapat keistimewaan itu karena berhadapan langsung dengan Samudra Hindia. Ombak besar dan konsisten yang datang ke lokasi itu berasal dari arus lautan Antartika dan terbawa oleh Samudra Hindia sampai ke pantai ini.

Karena itu, tak heran, gulungan ombak besar datang ke Plengkung dengan konsisten. Tingginya bisa sampai 6–8 meter dengan interval selama lima menit. Sungguh Plengkung adalah anugerah Tuhan bagi peselancar dunia di bumi Banyuwangi.

Tempat yang sangat diimpikan Slater untuk kembali didatangi dan kini terwujud. ’’Terima kasih Banyuwangi telah menyambut kami dengan hangat,” katanya. (*/c7/ttg/JPG)

Plengkung, Arena World Surf League, Pantai di Banyuwangi dengan Ombak Kidal Terbaik di Dunia 

Ombak di Plengkung jadi surga para peselancar karena sangat panjang dan membentuk terowongan yang juga amat panjang. Berada di kawasan taman nasional, keasrian dan kealamiannya pun terjaga.

I’IED RAHMAT RIFADIN, Banyuwangi

KE sana akhirnya Kelly Slater kembali. Ke pantai dengan ombak istimewa di bibir Samudra Hindia. Tempat dia merengkuh gelar 27 tahun silam.

’’Saya selalu menanti kejuaraan dunia kembali ke tempat istimewa ini. Dan, itu terwujud tahun ini,’’ ucap Slater.

Plengkung alias G-Land, pantai di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, pekan ini punya gawe besar sebagai tuan rumah World Surf League (WSL) Pro G-Land 2022. Kejuaraan itu merupakan satu di antara sebelas turnamen selancar level mayor yang digelar sepanjang 2022.

Dulu, saat kejuaraan serupa yang masih bernama Association Surfing Professional World Tour dihelat kali pertama di Plengkung pada 1995, Slater-lah juaranya. Ajang tersebut kembali diadakan di pantai di ujung selatan Taman Nasional Alas Purwo itu pada 1996 dan 1997. Kemudian absen lama sampai datang lagi tahun ini.

Sekian tahun lamanya, tapi Slater merasa tak ada yang berubah dari Plengkung. Tetap asri dan alami lingkungannya. Dan, dengan daya tarik utama pada ombaknya.

Bagi para surfer atau peselancar asing, pantai yang memiliki tiga titik ombak terkenal bernama Kong, Speedis, dan Many Track tersebut lebih akrab dengan sebutan G-Land. Beberapa versi muncul tentang asal usul huruf G itu.

Ada yang menyebut itu merujuk bentuk pantai yang melengkung menyerupai G. Cerita lain menyebut G-Land berasal dari huruf depan Teluk Grajagan. Plengkung terletak di sisi timur lengkungan teluk itu.

Ada juga yang menyebut huruf G menjadi sebutan Plengkung dari kata green alias hijau. Sebab, suasana pantai tersebut masih hijau, masih asri. Kondisi itu terjaga sampai saat ini karena berada di kawasan taman nasional yang dilindungi.

Baca Juga :  Pak Harto Gemar Mi Godok Pedas dan tanpa Acar

Datang ke Plengkung jauh berbeda jika dibandingkan datang ke pantai dekat perkotaan seperti halnya Kuta, Bali. Jika di sana surfer dikelilingi kafe dan hotel berbintang, di Plengkung surfer merasakan begitu alaminya hutan Alas Purwo. Monyet-monyet liar sering keluar dari hutan menemani mereka cangkruk saat menanti ombak di bibir pantai.

Indonesia tercatat sebagai negara yang memiliki garis pantai terpanjang kedua di dunia mencapai 108.000 km. Hanya kalah oleh Kanada yang punya 202.000 km. Itu membuat negara ini bak ditakdirkan sebagai rumah mewah olahraga selancar.

Sebelum datang ke Banyuwangi, WSL sudah menyambangi lebih dulu Banzai Pipeline dan Sunset Beach, Hawaii, Amerika Serikat; Peniche, Portugal; serta Bell Beach dan Margaret River, Australia. Setelah dari Banyuwangi, ajang itu berlanjut ke Punta Roca El Savador, Saquarema, Rio de Janeiro, Brasil; Jeffreys Bay Eastern Cape, Afrika Selatan; serta Teahupo’o, Tahiti.

Puncak liga selancar dunia 2022 itu akan berlangsung di San Clemente, California, Amerika Serikat. Lokasi tersebut menggelar WSL Finals pada September mendatang. ’’Suatu kebanggaan bisa kembali membawa tur dunia ke G-Land yang indah ini, setelah sekian lama,’’ ucap Andre Stark, general manager WSL Asia Pacific.

Menurut Stark, pihaknya memang selalu ingin kembali ke G-Land. ’’Tempat ini dihadiahi ombak kiri terbaik di planet ini,’’ tambahnya.

Menurut Tipi Jabrik, sekretaris jenderal pengurus Pusat Persatuan Selancar Ombak Indonesia (PSOI), ombak kiri G-Land istimewa karena sangat panjang dan membentuk terowongan yang juga amat panjang. ’’Hanya ada beberapa pantai di dunia ini yang memiliki karakter ombak ke kiri yang sangat bagus. Di antaranya, Tahiti, Fiji, dan Pipeline, Hawaii. G-Land punya ombak dan terowongan yang lebih panjang dari semua tempat itu,’’ ucap Tipi.

Baca Juga :  Anggaran Turun Drastis, OPD Harus Kreatif

Lebih lanjut, Tipi menyebut G-Land juga lebih istimewa karena gelombang ombak di tempat itu berlangsung sangat lama dalam satu tahun. Mulai April sampai November.

Belum banyak bangunan yang ada di G-Land sampai sekarang. Hanya ada empat surf camp sederhana yang merupakan rumah singgah bagi peselancar yang ingin bermalam. Untuk menuju pantai itu, pengunjung harus melewati tiga pos penjagaan Taman Nasional Alas Purwo. Suasana jauh dari hiruk pikuk kota itulah yang malah jadi daya tarik tersendiri bagi peselancar untuk datang.

Adalah dua peselancar Amerika Serikat, Bob Laverty dan Bill Boyum, yang menemukan karakter spesial ombak di pantai yang berada di kawasan Teluk Grajagan itu. Hampir setengah abad silam pada 1972.

Saat itu, dalam perjalanan menuju Bali, Bob dan Bill menengok ke jendela pesawat. Perhatian mereka lantas tertuju pada pecahnya gulungan ombak besar yang selalu mengarah dari timur ke barat yang terbentuk di pantai dengan hamparan karang di bibirnya tersebut.

Setiba di Bali, keduanya menyewa boat menuju Pantai Plengkung. Sejak itulah pantai yang terletak di ujung selatan Pulau Jawa tersebut makin kondang. Ombak kidal di Plengkung kini bahkan sudah diakui sebagai titik ombak kiri terbaik di dunia.

Plengkung mendapat keistimewaan itu karena berhadapan langsung dengan Samudra Hindia. Ombak besar dan konsisten yang datang ke lokasi itu berasal dari arus lautan Antartika dan terbawa oleh Samudra Hindia sampai ke pantai ini.

Karena itu, tak heran, gulungan ombak besar datang ke Plengkung dengan konsisten. Tingginya bisa sampai 6–8 meter dengan interval selama lima menit. Sungguh Plengkung adalah anugerah Tuhan bagi peselancar dunia di bumi Banyuwangi.

Tempat yang sangat diimpikan Slater untuk kembali didatangi dan kini terwujud. ’’Terima kasih Banyuwangi telah menyambut kami dengan hangat,” katanya. (*/c7/ttg/JPG)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya